Ep. 15 🎋

537 38 11
                                    

Tembakan itu melesat menembus bahu kiri Ohm Pawat sehingga membuatnya berlubang dan meneteskan banyak sekali darah dan membuatnya menjadi lemas

"Kau berkata bahwa kau bisa menghindarinya , hm ?"

'Sial, aku terlambat'

Pawat mengerahkan sisa tenaganya untuk merebut pistol itu tapi malah bahu kanannya menjadi tertembak
Kedua tangannya melemah dan tidak bisa digunakan, bagian yang bisa ia andalkan hanya kaki
Itupun tenaganya tidak akan cukup untuk melawan

Dengan sekuat tenaga ia memutar otak dan secara tiba-tiba ia berdiri dan menendang pistol itu tapi malah meleset
Kakaknya mengarahkan pistol itu ke perut Pawat dan menarik pelatuknya..

*DORRR-!!

Peluru itu melesat menembus perut Pawat, darah mengalir dari mulutnya dan pandangannya menjadi kabur
"PAWAATTTTTT....."
Nanon berteriak dengan sangat keras bercampur dengan tangisannya karena ia melihat suaminya tertembak di depan matanya

Sebelum ia merasa kehilangan kendali, Pawat berhasil merebut pistol itu dan menembakkannya tepat ke jantung kakaknya

*DORR-!!

Kakaknya juga mengeluarkan darah dari mulutnya dan jatuh tidak sadarkan diri kemudian meninggal dalam beberapa menit

Nanon tidak bisa berdiri karena tangannya masih terikat di belakang, ia hanya bisa meronta-ronta sambil berteriak dan menangis karena Pawat mulai berlutut tidak sadarkan diri
"PAWATTTT... J-JANGAN TINGGALKAN AKU.."

Pandangan Pawat menjadi kosong dan dia mulai lemas
Beruntungnya, ikatan di tangan Nanon menjadi renggang dan membuatnya bisa melepaskan diri dan bergerak menuju suaminya yang mulai lemah dan pucat

Nanon merebahkan tubuh suaminya diatas pangkuannya sambil terus berharap bahwa ini semua tidak terjadi
"Pawat.. Jangan tinggalkan aku.. Aku tidak mau hidup sendirian.. Watt.. Aku mohonn.. "

Ohm Pawat dengan tenaga terakhirnya, memegang pipi Nanon dan tersenyum
"Nanon sayang, a-aku.. ah... men..cintai..mu.. "

"aku juga sangat mencintaimu, t-tapi jangan tinggalkan aku"

"a-aku sudah t.. t-tidak bisa.. bertahann.. lagi.. J-jaga dirimu ya.. j.. jangan men..nyusulku.. t-terlalu.. c.. cepat.."

"Jangan katakan hal itu-!!"
Nanon menggenggam tangan Pawat yang sudah berubah menjadi putih pucat dan bersuhu dingin
"S-selamat tinggal.. Nanon sayang.."

Tangan Pawat melemah dan akhirnya dia meninggal dunia di atas pangkuan istrinya
"PAWATTTT.. TIDAKKKKKKKK....."

Nanon menangis begitu keras dan masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat, ia ingin memastikan bagaimana keadaan Marc dan keluar dari ruangan

Hatinya hancur, Marc juga terbaring tidak sadarkan diri
Nyawanya sudah terenggut dan ia juga meninggal di tempat itu

Nanon berlutut dan menangis keras, dirinya tidak percaya bahwa semua akan berakhir seperti ini

Nanon mendengar sebuah pemantik yang disetel di lantai satu rumah itu, dan tidak lama setelahnya ia mencium aroma terbakar disana dan ia sudah tau apa yang akan terjadi

"Lebih baik aku mati disini bersama mereka daripada aku harus hidup sendirian.."-Ucap Nanon pasrah

Rumah tua itu mulai terbakar dan Nanon masih berada di tempat yang sama, berlutut tanpa harapan dan ingin mati

Saat ia berlutut, penyakit mentalnya membuat dirinya membayangkan seolah ini semua tidak terjadi
Ia menganggal bahwa Pawat dan Marc masih tetap hidup dan keluar dari sini bersama-sama

Gambaran sebelumnya dimana Marc berhasil mengalahkan dua orang itu dan Pawat yang berhasil mengalahkan kakakknya hanya sebatas imajinasi belaka akibat penyakit mental Nanon

Ia tersenyum dan menutup mata kemudian pingsan, tidak diketahui secara pasti kenapa Nanon tiba-tiba terlempar keluar dari cendela dan mendarat dengan kepalanya..

Flashback selesai..

Nanon meneteskan air mata setelah mendengar cerita lengkap dari Singto, ia tidak percaya bahwa suami dan anaknya bisa mati dalam tempat itu

Singto merasa bersalah karena ia menceritakan semua hal buruk itu kepada Nanon yang baru saja bangun dari pingsannya

"M-maafkan aku"

"Tidak, tidak apa apa.. Terima kasih sudah memberi tahuku tentang cerita itu"

"Apa kamu benar benar tidak apa apa ?"

*Nanon tersenyum dan mengangguk

Dokter datang kedalam ruangan dan melakukan beberapa check up terakhir kepada Nanon sebelum akhirnya ia diperbolehkan pulang

"Sekarang anda sudah diperbolehkan pulang, jika ada gejala lagi silahkan beri tau kami"

"Baik, terima kasih dokter" -Ucap Singto

"Sama-sama"

Dokter meninggalkan mereka berdua dan menuju ke ruangan pasien lain,

Nanon meminta sesuatu kepada Singto
"Em, Singto. Bisakah aku meminta sesuatu"

"Silahkan, katakan saja"

"Tolong antar aku ke gedung asean games"

"Asean games ? Untuk apa ?"

"Em, aku hanya ingin berjalan-jalan. Nanti kamu bisa meninggalkanku disana, aku bisa memanggil taxi"

"Oh, baiklah"

Singto mengantar Nanon ke gedung Asean games dan meninggalkannya
"Kamu yakin aku tinggal disini ?"

"Iya, terima kasih atas tumpangannya"

"Baiklah, sama-sama. Telfon aku jika perlu sesuatu"

"Siap"

Singto meninggalkan Nanon

Nanon berjalan masuk kedalam gedung dan ia melihat seluruh isi gedung itu untuk mengenang cerita-ceritanya

Ia naik keatas bangku penonton yang paling tinggi berjarak 70 meter diatas tanah dan tebak apa yang ia lakukan

Nanon menangis dengan keras mengingat atas apa yang terjadi dalam hidupnya, semua begitu hancur
Kenangannya bersama Chimon hanya sebatas imajinasi yang diakibatkan oleh penyakit mentalnya

Selama ini Nanon tidak pernah bertemu Chimon karena memang dia sudah lama meninggal
Ohm Pawat juga meninggal akibat konflik dengan kakaknya
Marc ikut meninggal demi mengulur waktu untuk orang tuanya

Nanon melangkahkan kakinya dan terjun dari ketinggian 70 meter, dia bunuh diri dan..

*Bruakk...

Tubuhnya jatuh ke tanah, ia mengeluarkan darah dan mulai perlahan kehilangan kesadarannya..
Nanon menghadap langit dengan senyumannya dan berkata..





"Chimon, Pawat, Marc.. Tunggu aku.. Aku akan menyusul kalian.."





Nanon meninggal saat itu juga..





-Tamat-

Trivia Voyage [SEQUEL] || OhmNaMon [FR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang