Ep. 4 🎋

467 48 0
                                    

Setelah selesai dengan makan siangnya, mereka bertiga berkumpul di ruang tengah seperti suatu keluarga yang harmonis

Marc menerima orang tuanya apa adanya, ia tidak pernah mengeluh atau bahkan merasa malu jika ia diadopsi oleh pasangan gay seperti Pawat dan Nanon. Justru malah dia bangga karena diadopsi oleh orang tua yang sangat mengerti tentang kepribadiannya

Marc masih tidak terlalu mengerti siapa itu Chimon, saat ia mencoba menanyakan itu kepada orang tuanya, mereka selalu mengalihkan pembicaraan seakan akan tidak mau membicarakan Chimon. Marc menjadi memiliki pandangan negatif kepada Chimon mungkin ia melakukan sesuatu yang buruk kepada orang tuanya.

"Daddy, Papaa.. Sampai kapan kalian menutupi siapa itu Chimon kepadaku ?"

Ohm Pawat dan Nanon melihat satu sama lain dan menghela nafas. Pawat memberi isyarat anggukan kepala kepada Nanon sebagai pertanda bahwa memang sudah saatnya Marc tau siapa itu Chimon

"Kamu mau mendengar dari bagian mana, eum ?" -Tanya Pawat

"Dari.. Awal mula kalian bertemu"

"Begini, kami bertiga dulu tidak saling kenal sama sekali. Kami berasal dari daerah yang berbeda beda dan secara kebetulan kami menjadi perwakilan lomba Asean Games pada waktu itu. Daddy bertemu dengan Papa dan Chimon di tempat yang sama dan kami saling jatuh cinta sejak saat itu sampai saat ini"

"Kalian bertiga saling jatuh cinta ?"

"Eum, Saat itu Chimon memanggil Daddy dan Papa untuk datang ke kamarnya secara bersamaan dan kami bertemu satu sama lain"

"Lalu.. Dimana Chimon sekarang ?"

"C-chimon, sudah meninggal"

"Hah-?! Meninggal-?!"

"Eum, saat itu Daddy memiliki masalah dengan Kakak Daddy dan ia memiliki dendam padaku. Kakak Daddy berusaha membunuh Daddy dengan sebuah pistol. Saat orang itu menarik pelatuknya untuk menembak Daddy, Chimon berlari dan melindungi Daddy dengan tubuhnya"

"Dia berhati besar"

"Benar, dia rela melindungi Daddy dari kematian yang sudah di depan mata. Kejadian itu menyebabkan trauma mendalam bagi kami berdua jadi kami membutuhkan waktu untuk siap menceritakannya kepadamu"

"Sekarang aku mengerti, memangnya seperti apa Chimon itu ?"

"Chimon yaa, dia itu anak yang periang. Bertubuh tinggi dan berwajah manis. Papa sangat jatuh cinta padanya saat pertama kali bertemu. Begitu juga Daddy, ia sangat menyukai berbagi kesenangan"

"Aku jadi ingin bertemu dengannyaa" -Ucap Marc sambil menunduk

"Eum, Daddy tau.. Tapi mau bagaimanapun, Chimon sudah tiada"

"Kalau begitu, kita doakan saja gimana Daddy ?"

"Daddy punya ide yang lebih baik, bagaimana kalau nanti sore kita ke makamnya Chimon ?"

"Hei, kamu kan baru pulang kerja" -Ucap Nanon khawatir

"Tidak apa apa, kamu juga merindukannya kan ? Aku tidak ada jadwal kerjaan lagi setelah ini, jadi kita bisa berkunjung kesana"

"Boleh Daddy, Marc mauuu"

"Eum okee, bagaimana denganmu Nanon ?"

"Kalau kalian setuju, ya sudah aku ikut saja"

Ohm Pawat mengelus kepala Nanon dan Marc perlahan
"Aku mencintai kalian"

Mereka tersenyum

Setelah menghabiskan waktu di kamar tengah, mereka segera mandi dan bersiap untuk pergi ke makam Chimon menggunakan mobil Ohm Pawat.

"Sudah siap semua ?"

"Sudah, aku sudah menyiapkan bunga dan airnya" -Ucap Nanon sambil membawa sebungkus bunga

"Kalau begitu, mari kita berangkat"

"Eum"

Ohm Pawat, Nanon dan Marc berjalan menuju mobil dan segera bergegas menuju makam Chimon yang terletak tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Perjalanan itu ditempuh sekitar 12 menit.

*skip perjalanan

Sesampainya mereka di makam, mereka turun dan langsung berjalan menuju makam Chimon dan segera memanjatkan doa-doanya

Nanon menaburkan bunga yang sudah ia bawa diatas makam Chimon dan ikut duduk untuk membaca doa

Suasana di makam itu begitu tenang dan sunyi, membuat mereka terlarut dalam suasana sedih. Nanon menggosok pelan batu nisannya sambil berkata dalam pikirannya
'Chimon, bagaimana keadaanmu ? Jujur aku sangat merindukanmu, begitu juga dengan Pawat. Kami ingin bertemu denganmu, tolong kembalilah kepada kami saat kamu ber-reinkarnasi nanti' -Batin Nanon sambil menangis

Ohm Pawat yang melihat istrinya menangis, langsung memeluknya dari belakang dan berusaha menenangkannya

'Aku jarang melihat papa menangis seperti itu, mungkin memang orang bernama Chimon ini sangat berarti untuknya' -Batin Marc

Mereka menghabiskan waktu selama beberapa menit sampai akhirnya mereka memutuskan untuk pulang. Nanon sudah berhenti menangis dan terus menerus perlahan merelakan kepergian Chimon.

To be continued..
Jangan lupa buat spam comment dan vote di setiap chapter ya-!! Author bakalan bales satu satu kok tenang aja
Stay positive side and stay healthy
Happy reading and god bless u <3

Trivia Voyage [SEQUEL] || OhmNaMon [FR]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang