4

3.2K 359 17
                                    

Naruto, Gomen Na?

Hari ini Naruto berangkat sekolah seperti biasa, saat sarapan ia hanya sendirian, karena sepertinya Deidara sudah berangkat pagi-pagi sekali karena mobilnya sudah tidak ada. Dan Naruto bersyukur akan hal itu. Dia tidak perlu merasakan dinding tinggi yang di bangun di antara ia dan kakaknya itu.

Ngomong-ngomong, Naruto saat ini sangat tidak sabar untuk bertemu dengan Sasuke. Ia ingin mengucapkan terima kasih karena telah mengajaknya makan tadi malam, juga telah mengangkatnya dari mobil hingga ke kamarnya. Ia tau dari Iruka saat ia bertanya tadi.

"S..Sensei!" Panggil Naruto saat melihat Sasuke yang berada di depan sana, berjalan di tengah lorong yang masih sepi. Sasuke yang merasa di panggil menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Ah, Naruto." Sasuke tersenyum tipis melihat bagaimana Naruto berlari kecil ke arahnya dengan malu-malu, "ada apa?" tanyanya setelah Naruto berada di hadapannya.

"Um... Ano.. Ngg"

Sasuke terkekeh, sungguh, Naruto sangat menggemaskan saat ini, dengan kerutan-kerutan yang muncul di wajahnya karena sibuk berpikir merangkai kata-kata yang hendak di utarakannya.

"Hm?"

"Ano... terima kasih untuk yang tadi malam" ujar Naruto pelan akhirnya. Senyum masih terpatri di wajah Sasuke, tangannya terangkat dan kemudian mengusak rambut Naruto gemas.

"Sama-sama" ujarnya, sebelum melepaskan tangannya dan kembali melanjutkan perjalanannya, dia ingin berlama-lama dengan Naruto, sayangnya sudah ada beberapa siswa yang datang, ia tidak ingin Naruto terkena gossip atau hal lainnya, jadi dia lebih memilih untuk segera meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Naruto yang mematung, kedua tangannya terangkat untuk menyentuh rambutnya yang tadi di usap Sasuke.

"Hangat.." gumamnya lirih. Ia kemudian tersenyum tipis sebelum melangkahkan kakinya dengan semangat menuju perpustakaan.

.
.
.
.
2 Hari kemudian, Naruto kembali ke rumah sakit bersama Itachi, setelah Itachi meminta saran dari beberapa dokter senior lainnya, akhirnya mereka memutuskan pengobatan yang terbak untuk Naruto saat ini.

"Jadi?" tanya Naruto pelan. Kali ini ia tidak sendiri, ia di tenami oleh Sasuke ke dalam ruangan Itachi, lagipula pria itu juga sudah tau apa yang terjadi dengan Naruto.

Itachi melepas kacamata bacanya dan menghela nafas, ia menatap Naruto dengan raut seriusnya.

"Operasi merupakan opsi paling buruk. Karena kemungkinan berhasilnya yang sangat kecil, dan juga kemungkinan akan adanya cacat permanen setelah operasi."

Naruto yang mendengarnya hanya diam. Tangannya terasa basah. Ia gugup. dan juga... Takut?

"Jadi.. kami memutuskan untuk melakukan kemoterapi sambil melihat perkembangannya" tambah Itachi akhirnya.

Seluruh udara di sekitar Naruto seakan menghilang. Naruto mematung. Dari sekian banyak pengobatan yang bisa ia lakukan, ia paling takut dengan kemoterapi. Bahkan operasi seperti tidak menakutkan baginya. Ia sangat tidak ingin mendapatkan efek samping dari kemoterapi, yang salah satunya adalah rontoknya rambutnya.

Dia sangat menyayangi rambutnya, karena rambutnya merupakan bukti... ia masihlah anak dari Namikaze Minato. Ia masihlah keturunan Namikaze. Dan juga... rambutnya ini... merupakan kesukaan Kakaknya.

-grep-

Sasuke menggenggam tangan Naruto yang terlihat gemetar. Mengalihkan Naruto yang sedari tadi tampak melamun. Naruto menatap Sasuke dengan wajah penuh ketakutan.

Sasuke memberikan senyum tipisnya, berusaha menenangkannya.

"Tidak apa... kami disini. Kau tidak perlu takut, hm?" ujar Sasuke sembari mengusap tangan naruto yang ada di genggamannya.

Naruto, gomen... na?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang