Setelah tertidur cukup lama akhirnya Yeri terbangun dari tidur nyenyaknya. Ia cukup kaget ketika menemukan dirinya terbangun di kamar tidur bercat abu-abu dengan ukuran yang cukup luas sekitar 4 x 5 m². Ruangan yang terasa sangat baru baginya. Cukup lama ia merasa bingung tentang ruangan tersebut hingga akhirnya ia tersadar bahwa mulai dari hari ini dan seterusnya ia akan menempati kamar ini sampai kakaknya menjemputnya untuk pulang ke rumah.
Ah iya aku udah tinggal di rumah Tante Yoona.
Yeri segera meraih ponselnya yang ia letakkan di atas nakas dekat tempat tidurnya untuk mengetahui jam berapa sekarang. Setelah mendapatkan ponselnya, ia pun melihat ke arah layar ponselnya yang menunjukkan pukul satu malam dan itu artinya sekarang masih tengah malam. Yeri berniat untuk melanjutkan tidurnya, namun rasa haus yang ia rasakan saat itu membuatnya terpaksa berjalan ke dapur untuk melepaskan dahaganya dengan meminum segelas air putih.
Saat melewati ruang tamu untuk menuju ke dapur, Yeri menemukan Mark yang sedang duduk termenung di salah satu kursi di ruangan tersebut. Entah apa yang sedang dipikirkan oleh lelaki itu, mimik wajahnya yang kusut memperlihatkan kalau ada suatu hal memusingkan yang sedang mengganggu pikirannya. Tapi Yeri berusaha untuk enggak memperdulikan hal itu karena baginya Mark sedih ataupun senang itu sama sekali bukan urusannya.
"Lu darimana aja Yer? Gue udah nyari lu selama beberapa tahun belakangan ini tapi gue sama sekali nggak nemuin keberadaan lu, seakan lu hilang ditelan bumi." Kata Mark.
Perkataan Mark itu membuat Yeri menghentikan langkahnya. Dia baru saja mengetahui fakta bahwa selama ini Mark mencarinya, seharusnya ia senang karena mengetahui fakta ini tapi kenangan hari itu telah membuatnya mati rasa dengan segala hal yang berhubungan dengan Mark.
Yeri pun tidak mengacuhkan Mark dan tetap melanjutkan langkahnya menuju dapur.
Mark menghela napas panjang dan berjalan menuju ke arah Yeri. Ia segera memegang tangan Yeri untuk menahan agar gadis itu tetap berada di sana dan mendengarkan apa yang ingin ia katakan.
"Yer, lu harus dengerin penjelasan gue. Kejadian di hari itu nggak seperti yang lu pikirkan." Ucap Mark sembari menggenggam erat tangan Yeri.
Yeri pun menepis genggaman tangan Mark dengan kasar dan lantas berkata "Emang lu tau apa yang gue pikirin? enggak kan? udah ya Mark, sekarang gue haus dan pengen minum. Dengerin bacotan lu nggak bakal ngebuat rasa haus gue jadi hilang."
"Maafin gue Yer."
"Gak usah minta maaf, lu nggak salah. Gue yang salah karena udah terlalu naif. Mending sekarang lu pergi tidur karena pasti lu belum tidur dari tadi, begadang tuh nggak bagus buat kesehatan."
Setelah mengatakan itu, Yeri segera pergi menuju dapur dan meninggalkan Mark yang masih terdiam di sana.
*****
Sekarang sudah pagi hari dan matahari telah terbit dari ufuk timur. Cahaya matahari bahkan telah menyinari kamar seluas 4 x 5 m² tersebut. Yeri mengerjapkan matanya beberapa kali, cahaya matahari yang masuk itu telah mengusik tidurnya dan membuatnya harus terbangun lebih cepat dari yang ia perkirakan.
Semalam setelah ia kembali dari dapur, ia terus memikirkan tentang perkataan Mark hingga membuatnya sulit untuk tidur dan baru terlelap kembali pada pukul empat pagi. Ia terus memikirkan apakah ia harus mendengarkan penjelasan dari sisi Mark tentang kejadian tersebut? Entahlah, mengingat tentang kejadian hari itu saja sudah membuatnya sakit hati apalagi jika harus mendengar penjelasan dari sudut pandang Mark.
Yeri mendesah pelan, kepalanya terasa sedikit pusing akibat terlambat tidur tadi malam.
Gadis itu pun segera bangkit dari posisinya yang masih berbaring dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setidaknya tubuhnya akan terasa segar setelah mandi dan mungkin itu bisa meringankan sakit kepala yang sedang dialami olehnya. Beruntung baginya karena kamar tidur tersebut telah difasilitasi dengan kamar mandi sehingga ia tidak perlu repot-repot pergi keluar jika ingin ke kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cookies Cokelat
FanfictionKim Yerim jatuh cinta dengan teman sekelasnya dan berniat mengungkapkan perasaannya tersebut dengan sekotak cookies cokelat kesukaan Mark. Namun kesalahpahaman atas kalimat yang diucapkan oleh Mark hari itu membawa Yeri dalam patah hati bahkan sebel...