Bab 4

95 21 14
                                    

Pada Weekend kali ini Yeri berencana untuk pulang ke rumahnya mengambil beberapa barangnya yang masih tertinggal di sana sekaligus untuk menghindar dari Mark. Lelaki itu belakangan ini selalu mengusiknya setiap kali mereka bertemu dengan alasan kalau tangan atau tubuh lelaki itu masih terasa sakit akibat peristiwa tempo hari.

"Yer, ambilin gue minum dong kaki gue masih sakit."

"Suapin gue ya Yer, tangan gue masih sakit nih."

"Remot tv dimana sih? tolong cariin dong Yer. Badan gue sakit semua nih jadi nggak bisa gerak"

"Pengen makan mie tapi kaki masih sakit huhu. Eh ada Yeri, boleh tolong buatin nggak Yer?"

"Yerii"

"Yeriii"

"Yeriiii"

Seandainya Yeri nggak ingat kalau Mark adalah anak Tante Yoona dan sekarang dia sedang tinggal di rumah mereka, mungkin saja lelaki satu itu sudah habis dicincang hingga halus olehnya. Karena itulah Yeri selalu berusaha sabar meskipun rasa kesalnya sudah melampaui batas.

Sebenarnya dari kemaren Mark telah berhenti mengusiknya karena lelaki itu telah ditegur oleh bundanya, meskipun begitu Yeri tetap ingin menghindar dari lelaki itu.

Namun rencana tersebut terpaksa gagal total karena Yoona yang meminta tolong pada Yeri untuk menjaga rumah selama ia pergi menemani Donghae keluar kota untuk keperluan bisnis mereka.

Yeri awalnya ingin menolak permintaan tersebut, tapi saat ia melihat tatapan penuh harap dari Yoona tanpa sadar ia malah menganggukkan kepalanya dan menyetujui permintaan tersebut.

Lalu di sinilah Yeri sekarang, duduk termenung di pinggiran kasur kamarnya sembari memikirkan hal apa yang harus dia lakukan selama tinggal berdua dengan Mark. Iya, dia sekarang terpaksa tinggal berdua dengan Mark di rumah sebesar ini.

Gadis itu berharap stok kesabarannya masih tersisa banyak agar ia tahan menghadapi sikap ajaib Mark dan ia bisa tinggal di rumah ini dengan tenang.

"Yeriiii" Teriak Mark.

Baru saja Yeri berharap untuk hidup dengan tenang tapi lelaki itu lagi-lagi mengacaukannya.

"Yeriiii" Teriak Mark lagi.

Kali ini Yeri benar-benar tidak ingin diganggu lagi oleh Mark. Gadis itu pun mengabaikan teriakan Mark dan lebih memilih berbaring ke atas kasurnya untuk tidur siang.

Belum lama dari gadis itu memejamkan kedua matanya, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan dari arah dapur.

Prang Pring Pyar

Yeri tetap berusaha untuk mengabaikan suara-suara itu dan mencoba untuk tidur.

"AAAWWWW!!!"

Namun untuk yang satu ini tidak akan bisa Yeri abaikan. Gadis itu segera bangun dari tempat tidurnya dan berlari menuju dapur. Yeri khawatir jika terjadi sesuatu yang gawat di sana, apalagi teriakan Mark tadi lumayan besar.

Sesampainya ia di dapur, gadis itu melihat kondisi dapur yang cukup berantakan dengan banyak darah yang berceceran di sekitar meja dapur. Serta Mark yang sedang menggenggam jari tangannya yang sudah basah dengan darah.

"Mark ta... tangan lu kenapa berdarah?" Tanya Yeri khawatir.

"Aaww jari gue kepotong Yer. Sakit banget..." Rintih Mark.

Cookies CokelatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang