Hari ini Yeri sudah diperbolehkan oleh dokter untuk pulang ke rumah dan kondisinya juga sudah jauh lebih baik dari sebelum-sebelumnya. Sekarang ia hanya perlu mengonsumsi antibiotik selama beberapa hari untuk mencegah sakit tipesnya kambuh lagi. Sayangnya kali ini Doyoung tidak bisa mengantarkan Yeri pulang ke rumah karena bertepatan dengan rapat bersama jajaran direksi perusahaan. Yeri pun akhirnya pulang ke rumah hanya berduaan dengan Mark.
Selama diperjalanan pulang mereka berdua tidak terlalu banyak berbincang. Yeri lebih memilih duduk di kursi belakang dibandingkan menemani Mark di kursi depan dengan alibi bisa berbaring di sana sedangkan kalau di depan tidak bisa padahal sampai sekarang yang dilakukan gadis itu hanya duduk bersandar di dekat pintu sambil menatap pemandangan melalui kaca mobil. Hal ini membuat Mark merasa diperlakukan seperti seorang supir yang sedang mengantarkan majikannya pulang setelah berobat di rumah sakit.
"Bunda Yoona belum pulang?" tanya Yeri sesampainya mereka di rumah.
Mark menolehkan kepalanya menjadi menghadap ke arah Yeri.
"Belum, sebenarnya pas awal lu sakit bunda udah mau pulang tapi gak jadi karena gue bilang udah ada gue yang bisa jaga lu," jawab Mark.
"Oh gitu. Hmm, gue masuk ke kamar dulu ya. Makasih atas bantuannya."
Saat ingin memasuki kamar, tiba-tiba ingatan tentang kejadian itu lagi-lagi mengusik pikirannya. Apalagi tadi pagi lagi-lagi kakaknya mengingatkannya untuk segera membicarakan tentang hal itu dengan Mark.
Ini nggak boleh ditunda lagi. Gue harus nanya sekarang.
Yeri segera membalikkan badannya dan berkata, "Bisa kita bicara sebentar? ada yang mau gue ceritain sama lu."
"Hah? Oh bisa Yer," jawab Mark.
Gadis itu lalu berjalan mendekati Mark dan menarik pergelangan tangan lelaki itu untuk mengajaknya duduk di sofa ruang keluarga yang terletak tidak jauh dari sana.
"Ingat jangan potong pembicaraan gue," kata Yeri saat mereka berdua telah duduk berdampingan di sofa.
"Cerita ini dimulai saat gue masih duduk di kelas satu SMA. Gue si cewek yang trauma dengan cokelat malah jatuh cinta dengan cowok pecinta cokelat yang setiap hari selalu bawa makanan rasa cokelat ke sekolah. Gue jarang berinteraksi sama dia karena dia beraroma cokelat dan gue nggak suka itu. Sampai suatu hari dimana dia rela lari keluar sekolah saat hujan deras buat beliin gue wedang jahe karena gue nolak cokelat hangat pemberian dia dan ya akhirnya gue jatuh cinta sama dia."
Mark terdiam membeku. Cowok yang ada di cerita Yeri saat ini sangat mirip dengannya. Kalau memang benar cowok itu dirinya berarti saat itu ia tidak sedang jatuh cinta sendirian.
"Semenjak kejadian itu kami jadi lebih sering interaksi dan dia tiba-tiba berubah jadi baik, perhatian serta selalu ada disaat gue butuh. Gue yang saat itu masih terlalu naif pun berpikir kalau dia juga suka sama gue. Di malam sebelum valentine, gue berusaha mati-matian melawan rasa trauma gue dengan buatin dia cookies cokelat kesukaannya. Lu tau kan kalau hari valentine identik dengan hari kasih sayang dan cokelat? gue pengen nyatain perasaan gue ke dia dan bilang kalau gue sayang sama dia, tapi hari itu tepatnya di depan ruang osis gue ditampar oleh kenyataan kalau ternyata dia udah punya pacar dan dia deketin gue karena sebuah taruhan. Gue pikir dia bisa jadi salah satu alasan buat gue jadi suka lagi sama cokelat tapi ternyata dia malah jadi alasan kenapa gue jadi makin benci sama cokelat."
Orang lain mungkin akan menganggap Yeri berlebihan karena telah membenci seseorang untuk hal yang seperti itu, tapi bagi Yeri itu bukanlah hal sepele. Ketika kamu telah berusaha melakukan sesuatu yang sulit untuk orang yang kamu sayang dan ternyata orang itu malah menusukmu dari belakang bukankah itu sangat menyakitkan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Cookies Cokelat
FanfictionKim Yerim jatuh cinta dengan teman sekelasnya dan berniat mengungkapkan perasaannya tersebut dengan sekotak cookies cokelat kesukaan Mark. Namun kesalahpahaman atas kalimat yang diucapkan oleh Mark hari itu membawa Yeri dalam patah hati bahkan sebel...