Akhirnya Yeri terbangun setelah hampir satu hari terbaring lemas di atas ranjang rumah sakit itu dengan kondisi tidak sadarkan diri. Ia mencoba membuka matanya secara perlahan dan mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan dengan cahaya terang yang berasal dari lampu di ruangan tersebut agar matanya segera beradaptasi dengan cahaya terang itu. Yeri terbangun di ruangan serba putih dengan bau obat-obatan yang menyerbak memenuhi ruangan itu. Gadis itu mengamati setiap bagian di ruangan tersebut untuk memastikan tempat di mana ia berada saat ini dan pandangannya terhenti pada seseorang yang tengah tertidur pulas di samping ranjangnya dengan kedua tangan yang menggenggam erat tangan kanannya saat ini.
Perlahan-lahan Yeri mulai mengingat kembali kejadian sebelum ia tak sadarkan diri.
"Ternyata orang itu benar-benar Mark."
Seutas senyum tipis pun menghiasi wajahnya.
"Makasih Mark," ucap Yeri sembari mengelus puncak kepala Mark dengan tangan kirinya yang bisa bergerak bebas.
Mark yang merasa tidurnya terusik karena ada yang mengelus kepalanya akhirnya terbangun dan menyadari kalau Yeri telah sadar dari pingsannya.
"LU UDAH SADAR???" teriak Mark histeris.
Lelaki itu segera menekan nurse call yang terletak di sisi tempat tidur.
"Gue seneng liat lu udah sadar, gue khawatir banget waktu lu pingsan sehabis minta tolong sama gue," ucap Mark dengan kedua tangan yang menggenggam erat tangan Yeri.
Semalaman ia khawatir dengan kondisi Yeri dan berharap gadis itu bisa segera sadar. Bahkan Mark terjaga sepanjang malam sehingga nanti ia bisa segera mengabari dokter jika Yeri telah sadar dan bisa siap siaga membantu Yeri jika gadis itu butuh sesuatu. Namun rasa kantuk mengalahkannya hingga akhirnya ia ketiduran tepat disamping ranjang gadis itu sembari menggenggam erat tangannya.
Seandainya terjadi hal yang buruk pada Yeri mungkin ia akan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak bisa menjaga Yeri seperti janjinya pada Bunda Yoona sebelum bundanya pergi keluar kota. Mark akhir-akhir ini selalu pulang malam karena ia berpikir bahwa itu akan membuat Yeri merasa lebih nyaman untuk berada di rumah. Namun ternyata itu malah membuatnya tidak mengetahui tentang kondisi Yeri selama ini. Beruntungnya ia malam itu pulang lebih cepat dibandingkan biasanya jadi ia bisa segera menolong Yeri dan membawa gadis itu menuju ke rumah sakit. Sekarang Mark benar-benar merasa lega saat tau Yeri telah sadar.
"Akhirnya lu sadar, gue lega banget sekarang," ujar Mark sembari tersenyum lebar dan menatap Yeri tepat pada manik mata gadis itu.
Mata mereka bertemu. Mereka berdua saling bertatapan untuk waktu yang cukup lama.
Sayangnya tatapan Mark itu membuat Yeri kembali mengingat kejadian di depan ruang osis empat tahun silam yang membuat Yeri membenci lelaki itu. Tatapan mata penuh binar Mark saat ini sama dengan tatapan lelaki itu saat menatap gadis berkulit putih dengan rambut sebahu yang Yeri tidak kenal itu siapa. Percakapan mereka berdua bahkan masih terukir dengan jelas diingatannya, terutama ucapan gadis itu "Yaudah good luck Mark sama Yeri dan jangan lupakan taruhannya."
Ingatan yang selalu ingin Yeri buang jauh-jauh, tapi tidak pernah berhasil karena setiap kali ia mencoba untuk melupakan ingatan itu maka ingatan itu akan terus terulang kembali dan kembali lagi yang membuatnya semakin sulit untuk melupakannya.
Yeri segera memutuskan kontak matanya dengan Mark dan memalingkan wajahnya. Semakin lama ia menatap Mark maka hatinya akan terasa semakin sakit dan matanya kini sudah terasa memanas.
"Gue udah gak apa-apa dan lu bisa keluar sekarang. Makasih udah bawa gue ke sini dan jagain gue."
"Gue masih mau nemenin lu disini Yer."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cookies Cokelat
FanfictionKim Yerim jatuh cinta dengan teman sekelasnya dan berniat mengungkapkan perasaannya tersebut dengan sekotak cookies cokelat kesukaan Mark. Namun kesalahpahaman atas kalimat yang diucapkan oleh Mark hari itu membawa Yeri dalam patah hati bahkan sebel...