~Mingyu's POV~
Aku berniat mengunjungi Wonwoo sepulang dari kantor. Wonwoo bilang ia akan mengunjungi kedua orang tuanya dan memberitahukan mengenai hubungan kami. Sebenarnya aku juga sedikit melarangnya mengingat bahwa Seulgi pasti ada di sana. Seulgi pasti tidak akan tinggal diam ketika ia tahu bahwa Wonwoo hanya berpura-pura mengakhiri hubungannya denganku.
Dan ketika aku sampai di gedung apartemen Wonwoo, aku melihat pintu unit apartemen Wonwoo yang terbuka, aku menerobos masuk dan mendengar suara tamparan dari arah kamar. Dan ketika mendatanginya, aku melihat kedua kakak beradik itu sedang bertengkar. Wonwoo mendorong Seulgi dan Seulgi melempar heelsnya. Aku memperhatikan Wonwoo yang kini sedang menatapku, melihat bagaimana darah merembas keluar dari luka di dahinya yang entah terbentur apa.
Aku kemudian menoleh ke arah Seulgi. Menarik tangannya dan mengambil heels yang ia lemparkan pada Wonwoo tadi. Aku tidak mau barang-barang wanita ini tertinggal sedikit pun di apartemen Wonwoo. Aku menarik paksa tangannya, menghiraukan rintihan kesakitan yang ia tunjukkan. Aku mendorong tubuhnya keluar dari unit apartemen ini dan melempar heelsnya.
"Jika kau sekali lagi menyentuh Wonwoo, aku tidak akan tinggal diam."
Ucapku lalu menutup pintu tersebut secara kasar. Aku kemudian berjalan menuju lemari kecil yang ada di ruang tamu dan mengambil kotak P3K lalu masuk ke kamar Wonwoo. Aku melihatnya yang terduduk di sisi ranjang dan aku terduduk di sampingnya. Memutar tubuhnya agar menghadapku dan mulai membersihkan darah yang ada di wajahnya dan mengobati luka tersebut.
"Diamlah sampai aku selesai."
Ucapku ketika ia berkali-kali memanggil namaku, aku kemudian melanjutkan mengobati lukanya dan memakaikan plester di sana. Mengembalikan kotak P3K dan kembali ke kamar. Menyuruhnya untuk tidur. Ia bertanya apakah aku marah dengannya atau tidak, aku menggeleng. Aku tidak marah padanya, aku marah pada diriku sendiri.
Melihat luka di dahinya membuatku sadar betapa kurangnya perhatianku terhadapnya, ia selalu mencoba melawan sendirian kakaknya itu. Padahal ia sebenarnya memiliki aku yang seharusnya dapat melindunginya.
Aku mengecup singkat plester yang menutupi lukanya, berharap itu akan menyembuhkan luka tersebut dan menyuruhnya untuk tidur. Ia segera memejamkan kedua matanya, tapi tidak denganku. Aku tak henti-hentinya mengelus rambut kepalanya dan berpikir keras mengenai kesalahan diriku. Aku harus lebih perhatian padanya.
***
Keesokan harinya, kami sudah berkumpul di gedung perusahaan tempatku bekerja, di sebuah ruangan luas yang kami pakai untuk melakukan press conference film yang aku kerjakan di Amerika bersama Wonwoo.
Aku tengah menyiapkan dokumen yang akan aku sampaikan nanti, lalu melihat Wonwoo yang berdiri tak jauh dariku dan sedang berbincang dengan aktor yang lain. Aku memperhatikannya dan entah mengapa pikiranku jauh memikirkan tentang Seulgi. Ia pasti tak akan tinggal diam setelah semua kebenaran yang ia tahu tentang hubungan kami. Kemarin ia sudah melukai Wonwoo hingga dahinya berdarah, lalu bagaimana selanjutnya? Ia bisa melakukan hal apa pun untuk menghancurkan Wonwoo atau pun hubungan kami. Ia adalah wanita yang bertindak tanpa pikiran.
Beberapa menit setelah itu, acara pun di mulai. Kami membahas banyak mengenai film ini, film tentang boyslove yang pertama kali akan di tayangkan di bioskop. Aku juga menjawab pertanyaan para wartawan mengenai alasan memilih film ini, kujawab sejujur mungkin tentu saja.
Selesai dengan acara yang berlangsung selama hampir dua jam tersebut, aku kembali ke ruanganku yang berada di lantai empat. Aku terduduk di kursiku dan tak berapa lama seseorang mengetuk pintu dan ternyata itu adalah Wonwoo. Ia masuk dengan membawa makanan di tangan kanannya lalu duduk di sofa yang ada di ruanganku. Aku beranjak dan menghampirinya lalu duduk di sampingnya. Meraih pinggangnya dan mengecup pipinya lembut.
"Kenapa kau kemari hm?"
Aku bertanya dan ia menoleh.
"Aku hanya ingin makan siang denganmu."
Jawabnya dan kuberi anggukan. Ia membuka bungkus makanan tersebut dan menyodorkan salah satu padaku. Kami memulai acara makan siang kami, memang begitu jarang Wonwoo datang untuk makan siang bersama, bahkan mungkin belum pernah.
Setelah semua orang tahu mengenai hubungan kami, kami tidak lagi bersikap seperti dulu jika sedang bersama di tempat kerja. Kami tak lagi menutupinya dan aku bisa leluasa dekat dengannya atau pun hanya sekedar menggenggam tangannya. Aku berharap semuanya akan selalu seperti ini hingga aku bisa melamar dan menikahinya.
"Kau tidak ada jadwal setelah ini?"
Tanyaku sembari membenahi bungkus makanan yang sudah kami makan isinya.
"Jeonghan hyung bilang tidak ada untuk hari ini, bagaimana denganmu?"
Tanyanya dan aku kemudian mengecek pekerjaanku di atas meja.
"Ada sedikit. Kenapa?"
Ia berjalan menghampiriku.
"Ayo ke pantai, setelah pekerjaanmu selesai."
Aku sedikit terkejut ketika mendengarnya tapi kemudian aku tersenyum sembari menatapnya, dan mengangguk. Mungkin ini bisa menjadi permintaan maafku tentang luka yang ada di dahinya.
Aku melihat ia yang tersenyum girang lalu berjalan menuju sofa dan terduduk di sana lagi. Sedangkan aku mulai melakukan pekerjaanku.
*
Tak berapa lama, pekerjaanku selesai sekitar satu jam, aku kemudian mengajaknya untuk pergi dari kantor ini dan memasuki mobilku yang terparkir di tempat parkir perusahaan dan langsung melajukannya ke pantai terdekat.
Di perjalanan, kami berbincang mengenai press conference tadi dan aku masih saja bisa melihat senyumnya yang begitu lebar sedari tadi. Ia juga menyampaikan betapa senangnya ia bisa pergi ke pantai karena kami memang jarang sekali melakukan hal seperti ini karena tuntutan pekerjaan.
Sesampainya di pantai, dan aku baru saja memarkirkan mobilku, ia bergegas keluar dan berlari menuju bibir pantai. Keadaan pantainya tak cukup ramai mengingat bahwa hari ini adalah weekday.
Aku berjalan ke arahnya yang masih menikmati pasir putih itu dan sesekali bermain air. Aku kemudian melepas sepatuku dan menghampirinya, bermain air bersamanya dan tak bisa berhenti tertawa untuk kesekian kalinya.
Kami bahkan menghiraukan tatapan orang lain yang memperhatikan kami, mengingat bahwa Wonwoo adalah seorang aktor yang wajahnya ada di mana-mana tentang perilisan film lusa.
Entah berapa lama kami bermain hingga baju yang kami gunakan itu basah kuyup. Aku kemudian mengajaknya untuk berhenti dan duduk di bibir pantai. Ia menatapku dengan senyuman yang masih sama, ia begitu bahagia hari ini dan aku senang melihatnya.
"Kita akan pulang dengan baju seperti ini?"
Tanyanya dan aku menggeleng. Aku kemudian mengajaknya berjalan menuju sebuah toko baju yang tak jauh dari area pantai. Kami membeli dan langsung memakainya, membawa baju basah kami dan aku masukkan ke bagasi mobil.
Tak langsung pulang, Wonwoo meminta untuk tetap di pantai guna melihat sunset yang sekitar satu jam lagi muncul. Aku terduduk di sampingnya dengan ia yang bersandar pada pundakku. Aku menatap lautan dan matahari yang mulai menyembunyikan dirinya secara perlahan. Aku menoleh ke arah Wonwoo yang juga menatap matahari tersebut. Memutar tubuhnya agar menghadap padaku.
"Wonwoo, marry me, please."
.
.
.
.
.
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
poison
FanfictionMINWON • COMPLETED Jeon Wonwoo selalu diam dengan semua tingkah kakak perempuannya yang selalu merendahkan dirinya yang seorang gay, ia hanya diam. Ia tak peduli dengan hal tersebut. Ia juga menjalin hubungan dengan seorang produser bernama Kim Min...