Dahyun pikir, keputusannya untuk tinggal di rumah milik anak teman ibunya itu adalah keputusan yang tepat. Namun kenyataannya, ia salah besar.
Berakhir tinggal bersama lelaki gay tentu bukan keinginannya. Namun kenyataan yang sebenarnya terjadi mala...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Karena gadis ini milikku.”
“Ju … Jungkook-ah.”
Jungkook langsung menatap ke arah Dahyun, sementara gadis itu tanpa sadar tersenyum seraya menghela napas lega. Untuk pertama kalinya, ia senang melihat Jungkook menghancurkan kencannya.
Saat keduanya lengah, Hyunjong langsung menarik tangan Dahyun dan membawanya pergi dari sana. Jungkook mengejarnya, lelaki itu melewati lautan manusia yang masih ada di lantai dansa. Maniknya dengan teliti mencari celah dan berlari ke jalan lain. Tanpa banyak berpikir, Jungkook langsung menendang tubuh Hyunjong begitu lelaki itu sampai di lorong. Tubuhnya terhempas dengan kuat hingga terguling beberapa kali.
Suara sirine mobil terdengar, disusul dengan beberapa polisi yang langsung menggrebek club itu, yang disinyalir dijadikan tempat untuk jual beli narkotika. Jungkook yang menyadari situasi semakin ricuh langsung menarik tangan Dahyun.
“Ayo kita pergi!”
“Ahh … appo.” Dahyun meringis sakit. Jungkook menoleh, melepaskan cekalannya dan melihat kalau pergelangan tangan Dahyun sudah memerah. Lelaki itu berdecak lantas membuka jaketnya lalu diikatkan di pinggang Dahyun untuk menutupi tubuh bagian bawahnya, kemudian berjongkok di depan gadis itu.
“Naiklah.”
Dahyun masih terlihat ragu untuk naik ke punggungnya. Jungkook menghela napas lalu mundur dan langsung memegang kaki Dahyun, membuat tubuh gadis itu otomatis jatuh ke punggungnya.
“Pegangan yang erat.” Dahyun melingkarkan tangannya di leher Jungkook dan menyandarkan kepalanya di bahu Jungkook saat lelaki itu mulai berlari, membawanya keluar dari club itu sebelum polisi menangkap mereka.
Dahyun memeluk leher Jungkook dengan erat. Punggung Jungkook begitu hangat, ia juga dapat merasakan detak jantungnya yang berdebar cukup kencang walau kini mereka sudah jauh dari jangkauan polisi.
“Jungkook-ah kenapa kau datang?” tanya Dahyun tanpa mengangkat kepalanya yang masih menyandar dibahu bidang lelaki itu.
“Karena kau gadis yang sangat bodoh. Tidak ada orang yang berkencan di club! Ck, brengsek! Gara-gara polisi itu, aku jadi tidak bisa menghajar lelaki bajingan itu tadi.”
Dahyun terkekeh, membuat Jungkook langsung menoleh garang ke arahnya. “Kenapa kau tertawa?”
“Ani, hanya saja, waktu itu aku sangat terganggu sekali saat kau selalu membututiku ketika aku kencan. Tapi sekarang aku senang.” Dahyun mengeratkan pelukannya seraya memajukan wajahnya hingga bersinggungan dengan sisi wajah Jungkook. “Aku senang kau datang, gumawo.”
Jungkook memalingkan wajahnya seraya berdeham salah tingkah. Suara Dahyun terdengar begitu menggelitik. “Ekhm, iya. Tapi lain kali kau harus hati-hati, karena tidak semua laki-laki itu baik sepertiku.”
“Mwoya? Kau baik? cih, kalau kau baik, aku tidak akan berusaha keluar dari rumahmu. Jangan terlalu percaya diri.”
“Setidaknya aku tidak diam-diam menyelinap ke kamarmu untuk me—arrgghh!Ya! Sakit!”
“Awas saja kalau kau berani menyelinap!”
“Tidak akan! Kecuali kalau pintunya tidak dikunci.”
“Yak! brengsek!”
“Kenapa? aku normal kan dan aku sudah memperingatkanmu soal itu sejak awal.”
“Ya ya ya, terserah. Aku mengantuk.”
“Jangan tidur. Tidurnya dimobil saja nanti, sebentar lagi.”
“Ish! tapi aku sangat—“ Sesuatu didalam perut Dahyun rasanya akan meledak dan beberapa detik selanjutnya, gadis itu muntah.
Dahyun melotot panik saat melihat celana dan sepatu Jungkook yang terkena muntahannya.
Sementara Jungkook terdiam sesaat, kedua tangannya mengepal sebelum akhirnya berteriak, “SHIN DAHYUN SIALAN! INI SEPATU BARUKU!”
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.