CHAPTER X

52 7 0
                                    

CHAPTER 10 (TUAS)

Andaikata sudah tak cinta

Tolonglah sisakan rasa iba

Agar tak berbuat semena yang merenggut tawa

Jikalau memang sudah taka da kata

Tolonglah, isyaratkan dengan tatapan mata

Agar tak hanya menereka – nerka

Melukai hati dengan jawaban tak punya makna

@aisyadzahra

****

''Kak, kak Amad ngapain di sini...!'' bisik Khadijah apda Ahmad yang berdiri menyandsrkan setengah tubuhnya pada tembok dengan warna senada seperti kemeja yang ia kenakan.

Tak dapat dipungkiri, melihat Ahmad berdiri dalam keadaan seperti itu membuat ketampanannya naik serratus persen bahkan lebih.

''Kak, jawab!'' bisik Khadijah lagi kali ini sambil mencubit lengan Ahmad yang masih terbungkus kemeja.

''Aww! Sakit!.''

''Ya jawab dong, kenapa tiba-tiba nyusulin aku. Kak Ahmad gak ngeliat apa si Amel kaget! Nanti dia mikir yang macem-macem. Lagian ngapain juga kak Ahmad dateng dan ikut makan bareng Syifa, ntar nangis lagi.''

Ahmad yang tengah berusaha cuek berubah kesal setelah Khadijah mengejeknya.

''Saya mau ketemu kamu kan,'' jawab Ahmad isngkat.

''Ck, bilang aja mau ketemu mantan cinta pertama.'' Sambung Khadijah.

Khadijah memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit ketika melihat tatapan Ahmad menjadi lebih tajam, selain ittu pria di hadapannya juga maju membuat punggunya menyentuh tembok. Di bagian tubuh yang lain, jantungnya sudah berdetak sepuluh kali lebih ceoat dari biasanya, keringat dingin mulai menyelimuti tubuhnya yang sebelumnya sangat kaku.

''Saya akan temani kamu,'' ucap Ahmad tepat di telinga kanan Khadijah,membuat sang gadis terjatuh lemas dan melihat pria bertubuh tinggi dan tegap itu pergi kembali ke tempat mereka semula. Khadijah jadi menyesal telah berani menyeret Ahmad dari ekspresi terkejut semua orang.

Flashback

Krekkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk........

Bunyi kursi yang di tarik mengalihkan perhatian seluruh manusia yang menempati meja nomor dua puluh tiga.

''Maaf aku telat...'' kata Ahmad tiba-tiba.

Semuanya terdiam sebab terkejut, Khadijah dengan mulut terbuka kecil dan matanya yang membulat terkejut, Amel dengan ciri khasnya itu langsung barteriak spontan, Husain yang tidak kenal hanya melihat siapa pria itu dengan kebingungan, dan Syifa terdiam dengan seribu perasaan berkecamuk dalam hatinya.

Lagi, lagi, dan lagi mereka terlibat dalam suasana hati yang canggung dan menyedihkan. Ketika semua orang dalam satu meja itu terkejut dan ditembaki dengan rasa canggung, berbeda dengan Amel yang sudah berteriak.

''Loh!! Bapak! Ngapain di sini!!!'' teriak Amel kencang sampai menarik perhatian banyak orang dan berujung Khadijah membekap mulut gadis dengan suara nyaringnya.

''Saya di undang Khadijah kemari,'' jawab Ahmad santai smabil mengambil piring berisi makanan kesukaan Khadijah. Jadi hari ini Khadijah tidak mendapatykan jatah minum dan makan, minumnya telah di seruput Amel sampai ekring tak tersisa, sedangkan makanannya di lahap santai oleh pria menjengkelkan di hadapannya.

Mengetahui semua orang masih bingung dan terkejut, Ahmad berusaha memecahkan keheningan dengan menyapa Husain lalu Syifa dengan canggung. Ahmad melihat sorot mata Syifa yang penuh rasa bersalah dan tangannya yang memegang sendok sangat terlihat gemetar.

Memejam SekejapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang