7 - Berhasil Rekrut sih, tapi Kok Syaratnya ...

438 49 6
                                    

Anneth menendang sampah kaleng yang ada di dekatnya. "Sumpah ya aku pengen banget maki itu orang!"

Zara mengelus punggung Anneth. "Sabar, Net." Meski tidak ikut Anneth ke kelas Naura, Zara hanya berusaha meredakan amarah sahabatnya itu.

Anneth sudah ingin menginjak sepatu Naura yang masih bersih mengkilap itu. Tapi kalau bukan Betrand yang langsung tarik Anneth, dia gak akan tahan.

"Emangnya tadi dia bilang apa?" tanya Deven. Dia memang sudah tahu kalau Naura memang punya bakat itu, tapi tidak disangka kalau Anneth akan langsung rekrut secara tertutup.

Saat ini mereka kompak sedang makan soto ayam di kantin. Anneth melemparkan batang cabai rawit ke mangkuknya yang kosong.

"Dia bilang gini, 'Memang kalian yakin bakalan menang?'" tutur Betrand, tenang.

Anneth langsung menyahutnya dengan geram. "Sumpah ya, laganya sudah kayak dia yang jadi pelatihnya. Memang dia siapa sih bisa segitu sombongnya? Benci banget aku tuh."

Deven mengangguk-angguk. "Tapi ujung-ujungnya dia tetap jadi anggota nggak?" tanyanya.

"Nggak."

"Iya."

Jawaban Anneth dan Betrand yang tidak sinkron itu membuat Zara dan Deven bingung. "Maksudnya bagaimana? Jadi, dia mau masuk sanggar atau nggak."

Anneth mendesis galak. "Nggak usah bahas itu deh. Masih kesal nih."

*

Saat masih berada di depan kelas 10-5, Naura mengajukan persyaratan kalau Anneth memang ingin merekrutnya demi bisa memenangkan lomba.

"Apaan?" tanya Anneth, galak.

Naura tersenyum. Dia melirik Betrand sebentar sebelum kembali menatap Anneth. "FYI, aku butuh seseorang yang bisa nebengin setiap pulang latihan."

Dia mengecek jam tangannya. "Biasanya angkotku udah habis tuh jam 5. Sedangkan kita bakalan latihan sampai jam 6 sore. Bisa gak?" tanyanya.

Naura menghitung dalam hati sambil melipat tangan di dada. Dia perhatikan kedekatan Anneth dan Betrand yang tampak tak biasa. Pasti mereka pacaran kan?

Anneth menoleh ke Betrand, ekspresi pacarnya itu masih terlihat datar. "Heh, kamu kira dia itu tukang ojek apa?"

"Ya terserah sih. Kalau gak mau ya gak apa-apa. Kan jadinya aku bisa ikut ekskul lain. Dah!" Naura berbalik, hendak masuk kelas lagi.

"Sebentar, Nau!" Suara berat khas Betrand menahan Naura untuk pergi.

Sebelum kembali menghadap Anneth, senyum Naura mengembang. Sudah kuduga. Dia memandangi Anneth dan Betrand. Menunggu keputusan mereka.

Lelaki berkulit hitam manis itu mengambil napas sejenak, demi bantu Anneth. "Oke. Aku bakalan antar kamu pulang setiap kali latihan," ujar Betrand akhirnya.

I got you!

*

"Jadi, kalian mau ikut lomba?" tanya Maria, pelatih klub sanggar ini. Mahasiswa jurusan tari semester akhir. Dia yang menjadi pelatih karena sebelumnya juga pernah bersekolah di sini.

Maria menoleh ke Anneth. "Kenapa kamu gak bilang dari kemarin?" tanyanya. Terdengar sekali betapa ketusnya nada bicaranya.

Yang tidak Anneth tahu, jadwalnya sudah cukup padat karena harus menggarap pementasan untuk kelulusannya.

Anneth menunduk.

"Maaf, Kak. Tadi itu kita juga baru rekrut satu anggota lainnya," ujar Zara. Meski dia masih tidak tahu seperti apa wajah Naura yang dibilang sombong itu.

Nyawiji (Revisi Dear Anneth - Kurva yang Ditakdirkan Untuknya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang