13 - Membujuk Anneth

354 42 10
                                    

Aku menyukaimu. Kalau kamu mau, kamu bisa mengandalkan aku ketika kamu perlu bantuan.

(Betrand)

**

Selama mereka berdua berjalan menuju parkiran, Anneth dan Betrand tidak banyak bicara. Gadis berambut sebahu itu berpikir dalam diam.

Percuma dong aku dandan kayak gini? Tipis sih, tapi kan... Anneth merengut.

"Cantiknya kamu itu natural banget." Tiba-tiba suara pujian dari Betrand itu terngiang di kepalanya. Seketika membuat Anneth berhenti melangkah dan tertunduk malu.

Sedangkan Betrand masih terus berjalan tanpa memperhatikan Anneth yang mengikutinya atau tidak. Gadis berambut sebahu itu langsung berjalan cepat. Dia menarik tangan Betrand membuat pemuda itu hampir terjungkal.

"Kak!"

Betrand berhenti melangkah. Dia berbalik menghadap Anneth dengan tangan kirinya yang masih digenggam gadis itu. "Kenapa?"

"Mau jalan-jalan lagi?"

Pemuda itu mengernyit. "Bukannya tadi kamu bilang punggungmu sakit?"

Iya sih, tapi.... Anneth menggeleng sambil tersenyum lebar. "Itu alasanku saja biar bisa pergi dari mereka tadi." Dia meringis. Oke, ini alasan teraneh yang pernah kubuat! Tapi itu 80% benar kok. Jadi, gak bohong juga kan tadi?

Anneth menunduk. Dia takut melihat ekspresi wajah Betrand. Tidak ada jawaban pula dari pemuda itu. Jangan-jangan marah? batinnya. Namun, ketika dia mendongak dan menatap mata Betrand, yang tidak menampilkan ekspresi apa pun. Membuat Anneth bingung.

Pemuda di hadapannya itu menarik napas. Dia melepas tangannya yang digenggam Anneth. Lalu meletakkannya di kedua bahu gadis itu. "Anneth, aku tahu kamu tadi itu gak bohong. Kupikir kondisi kamu jauh lebih penting daripada keinginanku untuk berdua sama kamu."

Anneth tertegun mendengar penuturan Betrand. Rasanya ia ingin menangis. Baru kali ini ada seseorang yang mau membuang egonya demi dirinya. Perlahan senyuman terbit di wajah Anneth. "Terima kasih," bisiknya.

Betrand menepuk-nepuk bahu Anneth. "Lagi pula kita masih bisa jalan lagi kan minggu berikutnya?"

*

Sebelum sampai rumah, Anneth meminta untuk mampir dulu ke tempat membeli es boba, titipan Naura. Gadis itu tidak mungkin lupa pada pesanan kakaknya. Asalkan dibayar dua kali lipatnya sih nggak apa-apa!

Anneth dan Betrand juga duduk sebentar setelah melalui perjalanan jauh. Pemuda itu meminum bobanya sendiri. Anneth sengaja pesan tiga gelas. Satu gelas untuk dibawa pulang.

"Neth, tadi kamu ngobrol apa saja sama Kak Vania?" tanya Betrand saat teringat kejadian tadi pagi. Dia meletakkan gelasnya di meja.

Anneth berdeham. Dia mengaduk-aduk sedotan besarnya di gelas sambil berkata, "Dia suruh aku datang ke rumah sakit buat periksa. Katanya harus ke dokter khusus spine."

Betrand mengangguk-angguk. "Kapan kira-kira kamu mau ke sana?"

Gadis berambut sebahu itu mengangkat bahunya sambil menggelengkan kepala. "Aku gak tahu kapan. Kamu masih ingat kan tanggapan ayahku kayak apa?" Dia masih berpikir lagi apa yang harus dikatakan ke ayahnya nanti. Lantaran laki-laki itu terlalu keras kepala dengan pendapatnya kalau Anneth itu ketempelan.

Betrand menarik napasnya, "Tapi kasus itu serius banget, Neth. Kalau dibiarkan terus, bisa bikin masalah ke paru-paru kamu."

"Oh ya? Tadi Kak Vania gak bilang begitu." Anneth mengernyit heran.

Pemuda itu menggaruk-garuk lehernya sendiri. Dia memang sudah banyak mencari tahu soal skoliosis di YouTube. Lalu Betrand pun menceritakannya, dari pengalaman salah satu Youtuber yang melakukan operasi, skoliosisnya cukup parah hingga membuat paru-parunya mengecil.

"Ya ampun!" bisik gadis itu. Dia menutup mulutnya. Anneth terkejut pada fakta tadi sekaligus terharu karena Betrand mencari tahu begitu banyak untuknya.

"Makanya kamu harus cepat ke dokter. Jangan ditunda kelamaan. Kalau masih bisa ditangani kayak Kak Vania itu bagus banget. Karena gak semua skoliosis harus dioperasi kok." Betrand masih ingat isi Youtube Vania yang menceritakan skoliosisnya hanya di-treatment dengan brace dan olahraga hingga dinyatakan sembuh.

Lama tidak ada jawaban dari Anneth, Betrand langsung mengambil inisiatif, "Setelah hari olimpiade gimana? Mau gak? Aku temani kalau kamu mau."

"Kamu kan harus sekolah, Kak!"

"Nggak apa-apa. Yang penting kamu baik-baik saja. Kalau ibu dan kakakmu gak sempat, aku bisa kok temani."

Annethtidak bisa berkata apa-apa lagi.

*TO BE CONTINUED*

Iniuntuk utangku minggu kemarin. Maaf banget baru bisa update sekarang. Terimakasih yang setia nungguin ^^

Nyawiji (Revisi Dear Anneth - Kurva yang Ditakdirkan Untuknya)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang