Part 7

28.7K 2.2K 55
                                    

Semenjak kepulangannya dari rumah mertuanya, hubungan Tania dan Levin menjadi sedikit lebih dekat. Terlebih Tania terus mengomel di sepanjang hari karena hal-hal sepele.

Seperti halnya....

Levin handuk kamu!

Levin baju kamu jangan berantakan!

Levin jangan pencet pasta gigi sembarangan!

Levin kalau pup siramnya yang bener!

Levin! Levin! Levin!

Padahal biasanya Tania tidak pernah berkata apa-apa. Tapi sekarang wanita itu gemar sekali protes dan meneriakinya.

Apa ini semacam karma? Dahulu Tania hanya diam ketika ia berbuat semena-mena. Tetapi sekarang keadaan berbalik. Wanita itu yang berbuat semena-mena kepadanya.

"Levin kamu bisa nyetrika nggak sih? Aku udah kerjain semuanya! Kamu nyetrika aja nggak bisa! Jangan mentang-mentang weekend kamu bisa seenaknya!"

"Aku kan nggak biasa nyetrika!"

"Susah kan jadi istri? Udah tau susah masih aja nyakitin. Aku nggak mau tau, beresin itu semua! Setrika semuanya! Abis itu kamu siram semua bunga-bunga di taman."

"Kamu kejam banget."

"Kamu lebih kejam."

Sambil menikmati yogurt, Tania mengangkat kakinya ke atas meja. Wanita itu menonton tv sembari mengawasi dan mengritik cara Levin menyetrika.

"Aku haus." Ujar Levin memelas berharap wanita itu akan mengasihaninya.

Tania menatap wajah melas Levin dengan seksama. Sebenarnya Tania ingin tertawa dari tadi. Betapa puasnya ia menyiksa Levin hari ini. Pria itu pasrah saja dengan semua yang ia suruh. Dari menggosok wc, hingga menyetrika baju. Seperti cinderella yang sedang disiksa ibu tiri.

Karena kasihan, akhirnya Tania memberi Levin satu kotak yogurt dingin untuknya. Tania menyuapinya.

"Ini nggak enak."

"Udah dikasih, masih protes aja."

"Kamu kesurupan apa sih? Galak banget pagi ini."

"Kamu juga kesurupan apa? Hobi banget selingkuh. Kamu pikir hati orang terbuat dari apa? Suami nggak ada ahlak."

Ditengah percakapan itu, tiba-tiba seorang tamu tak diundang datang. Viola, wanita itu datang. Tania muak sekali melihat wanita tak tau malu itu.

"Levin?" Viola menatap tak percaya kepada Levin yang mau saja di suruh oleh Tania. Sejak kapan mereka sedekat itu?

"Kamu nggak tau malu ya, jadi cewek? Murahan! Levin itu sudah beristri. Terlepas dari perjodohan atau nggak, Levin sudah beristri. Harusnya jika kamu wanita bermartabat, kamu nggak akan kegatelan datang terus kesini."

"Tania..." Tegur Levin lembut.

"Kenapa? Aku benar kan? Aku istri kamu. Aku berhak buat usir dia. Suruh dia pergi dari sini."

"Kamu nggak ada hak Tania!" Viola berteriak tak trima. Kenapa wanita itu jadi seberani ini? Padahal dahulu Tania diam saja ketika ia jadikan babu.

"Pergilah Viola." Sela Levin.

"Levin..."

"Pergi Viola. Aku pusing sekali mendengar ocehan kalian." Ujar Levin. Bukannya ingin membela Tania, tapi wanita itu sedang terkena masalah mental. Levin tidak tega menyakitinya lagi.

"Kamu gila Levin! Kamu tega usir aku?"

"Pergilah, suamiku sudah mengusirmu bukan?" Cibir Tania sombong sambil menyedot yogurt miliknya.

"Kita harus bicara secepatnya Levin!" Sentak Viola sembari melangkah pergi. Tania tertawa puas melihat wanita itu pergi dengan wajah kesalnya seperti orang bodoh. Lagian siapa suruh jadi parasit dalam rumah tangga orang?

"Jangan minum itu terus, kamu harus minum obat nanti." Tania manyun saja ke arah Levin dan tak menghiraukannya. Namun dengan sigap Levin merebutnya. Semua kotak yogurt yang Tania pegang.

"Makan nasi, terus minum obat." Perintah Levin dingin.

"Bawel!"

"Kamu denger kata Lea kan? Minum obatnya rutin. Istirahat, jangan banyak tingkah. Kamu nggak capek teriak-teriak mulu?"

"Kamu nggak kejar selingkuhan kamu?"

Levin tak menjawab. Ia langsung menarik Tania kepelukannya. Terkadang kata-kata tak perlu di ucapkan. Levin ingin berjanji untuk tidak menyakitinya lagi. Tetapi Levin takut beringkar. Ia harus menyiapkan hati untuk semua ini. Terlebih untuk melepas Viola begitu saja.

Mysterious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang