Part 9

29.4K 1.7K 123
                                    

Flashback

Tania membuka pintu mendapati suami yang baru saja sebulan ia nikahi, membawa seorang wanita cantik disampingnya. Penampilannya begitu glamour dan modis. Sangat berbeda dengan dirinya yang terkesan culun dan aneh. Mungkin, ia lebih cocok di sebut pembantu dari pada seorang istri di rumah ini. Bukannya Tania tidak mempunyai uang untuk membeli pakaian bagus. Hanya saja... ia tidak percaya diri.

Levin menatap wajahnya yang sendu. Wajahnya yang selalu menunduk itu. Tania tidak pernah mau berbicara atau menatapnya. Mereka hanya bertemu di meja makan dan tak pernah ada percakapan lagi. Bahkan setiap Levin bertanya sesuatu, Tania hanya membalasnya dengan anggukan atau gelengan.

"Dia pacar aku. Sebelum kita di jodohkan." Ujar Levin dan Tania hanya mengangguk lalu pergi. Levin berharap Tania akan mengatakan sesuatu. Tapi nyatanya wanita itu hanya diam seperti biasanya.

"Bisa buatkan kita minuman?" Ujar Viola sambil tersenyum sinis yang membuat langkah Tania terhenti.

"Viola..." Tegur Levin. "Dia bukan pembantu." Lanjutnya dengan penuh peringatan.

"Nggak apa. Aku buatkan."

"Jus jeruk." Ujar Viola lagi.

Tania pergi dengan air mata berlinang. Kenapa semenjak orangtuanya pergi hidupnya jadi seperti ini? Sendirian dan hampa. Bahkan ia harus berhenti kuliah dan menikah dengan pria yang tak ia kenal. Dia tidak punya siapa-siapa untuk diajak berbicara. Hanya ibu mertuanya tempat ia berlindung. Tetapi tidak mungkin ia mengadu bahwa suaminya selingkuh bukan? Dari awal pernikahan mereka adalah paksaan.

Baru saja dirinya sampai kedapur, seseorang lebih dulu memanggilnya. Mencegah tangannya untuk mengambil gelas dari atas kitchen set mewah tersebut.

"Biar aku yang buat." Ujar Levin membantunya.

"Kamu mau juga?" Tanya Levin, dan Tania hanya diam. Tania justru langsung meninggalkannya sendirian. Apa-apaan pria itu? Setelah membawa selingkuhannya, ia masih bersikap sok care?

Levin mengedikkan bahu. Padahal ia harus berbohong pada Viola agar bisa membantunya membuat minuman. Apa tidak bisa wanita itu bicara sekali saja padanya?

"Apa dia juga terpaksa menikah denganku? Apa dia juga memiliki kekasih?" Gumam Levin pelan.

Sedangkan Tania yang akan menuju kamar, mendapati Viola sedang mencegatnya. Wanita itu menatapnya tajam. Tatapannya jelas tak suka dan benci.

"Kamu itu parasit tau nggak. Andai nggak di jodohkan, kita sudah menikah sekarang. Dasar wanita ular." Ujar Viola sambil mencengkram leher Tania dengan kasar. "Jadi tau diri kamu disini. Lihat aja dandanan kamu. Pantasnya jadi pembantu."

Flashback

Tania terbangun dengan terkejut di pelukan Levin. Lagi-lagi ia di hantui oleh masa lalu itu. Masa-masa yang tak ingin ia ingat lagi. Tania lalu beralih menatap suaminya. Pria itu mendekap tubuhnya mesra setelah semalaman bercinta. Manis sekali! Suatu hal yang tak pernah ia lakukan bersama Levin selama mereka menikah.

Tania mengusap wajah Levin yang masih tertidur. Betapa tampan dan manisnya pria itu. Betapa lembut dan romantisnya pria itu semalam. Membuat Tania semakin yakin untuk berubah. Ia harus bisa menjadi wanita yang kuat. Ia harus bisa membuat Levin meninggalkan Viola.

Mungkin setelah ini Tania akan menelpon ibu mertuanya untuk bercerita, bahwa ia sudah berhasil bercinta dengan Levin. Bukankah tinggal menunggu kehamilannya saja? Ahh Tania tidak sabar mempunyai Levin junior.

"Kamu ngapain senyum-senyum gitu?" Ujar Levin mengagetkannya. Entah sejak kapan pria itu sudah membuka mata.

"Kamu jangan bikin aku malu dong." Ucap Tania tersipu-sipu sembari menenggelamkan wajahnya pada dada sang pria.

"Jadi setelah menjadi galak selama beberapa hari, kamu berubah malu-malu?" Kekeh Levin dengan kecupan mesra di keningnya. Tania semakin merona di buatnya.

"Aku mandi dulu, aku harus kekantor hari ini. Kamu istirahat aja."

"Kok kerja sih?"

"Lho, aku memang harus kerja. Kalau nggak yang bayarin kartu kredit siapa ntar? Hmm?" Levin mencubit pipinya gemas sebelum akhirnya bangkit dari ranjang menuju kamar mandi.

Tania memanyunkan bibir. Padahal ia ingin berduaan hari ini. Tania pun segera bangkit dan ingin menyusulnya bangun. Namun... "Awwhhh..." teriaknya dengan berjongkok. Mendekap miliknya yang masih saja perih karena hujaman Levin semalam.

Levin pun berbalik arah sambil terkekeh. "Siapa yang suruh kamu bangun? Pasti masih sakit kan?" Tania mengangguk saja.

"Kamu mau mandi?" Tanya Levin lagi, dan Tania angguk-angguk lagi. Levin pun akhirnya menggendong Tania menuju kamar mandi bersamanya.

Levin lagi-lagi di buat bingung dengan sikapnya. Setelah menjadi brave dan begitu percaya diri, sekarang menjadi malu-malu dan manja. Separah itukah masalah mentalnya, sehingga Tania berubah-ubah seperti ini?

Levin menurunkan Tania ke dalam bathup berisi air hangat. Levin juga turut masuk kedalamnya. Saling menyabuni satu sama lain, dan bermain sebentar di dalam sana. Kalian tau lah, permainan apa yang mereka mainkan.

****


Mysterious WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang