Blurred Lines

160 17 27
                                    

Akhir Desember 2019, Neraka. Eh salah, Universe Publishing

"Woi!"

Kal nyaris menjatuhkan ponselnya karena dikagetin Daniel barusan yang baru balik dari pantry dengan segelas kopi di tangan kirinya itu.

"ELO YA! ISENG BANGET! KALO LCD-NYA RUSAK GIMANA!? GAJI GUE ABIS NIH!" Kal dengan sepenuh hati gebukin lengan Daniel yang lagi duduk di sebelahnya. FYI, mereka berdua lagi duduk di ruang meeting, abis meeting tapi mereka ternyata punya meeting juga berdua yang disebut tjoerhat.

"Ampun woi! Sakit! Ampun! Ampun!" Rintih Daniel yang akhirnya dilepaskan Kal. Sambil mengusap - usap lengannya, Daniel kembali berkata, "Kenapa lagi? Apa lagi masalah maneh? Nih lama - lama, harusnya gue, lo gaji!"

"Nil, menurut lo, salah nggak kalau gue mulai ngerasa bosen sama Leo?" Kal akhirnya memulai sesi tjoerhat mereka.

Daniel menyesap kopinya, kemudian menjawab, "Ya. . Tergantung. Yang udah nikah aja bisa bosen banget sampe selingkuh apalagi lo yang cuma pacaran. Kenapa? Lo mau selingkuh ya? Aw Kal bad gurl oge~"

"Idih! Siapa yang mau selingkuh! Gue tuh setia!" Protes Kal.

Mereka berdua mah judulnya aja mencurahkan isi hati, tapi ribut tetep selalu menghiasi.

"Setiap tikungan ada?"

"Dih! Jayus lo! Gue seriuuuss niiiih! Jangan diajak becanda mulu dooong!!!"

Daniel terkekeh sampai kedua matanya yang sipit itu semakin menyipit lagi, "Lagian, minta saran cinta ke jomblo, kan itu namanya anda ngadi - ngadi, Neng?"

"Lo mau denger nggak?"

"Galak euy~ ya udah sook ceritakeun~"

"Jadi. . Sekitar sebulan yang lalu gue kan kencan sama Leo ya. . ."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Sebulan Yang Lalu, Hari Sabtu Siang di Rumah Kal

.

Seperti janji yang telah dibuat, Leo sudah menyamankan dirinya di ruang tengah rumah Kal dengan sebungkus citato ukuran jumbo di tangannya, hari itu mereka ada movie date soalnya.

Leo is not a big fan of horror movie, tapi prinsipnya tuh kan, Kal gets what she wants, jadilah mereka berdua berakhir menonton pengabdi setan berdua.

"Yah. . Aduh. . Babe. . Suaranya bisa pelanin aja nggak?" Protes Leo saat suara jedar jeduk dari speaker besar di samping TV flat screen itu membuatnya kaget dan hampir membuang citatonya.

"Film horror mana seru kalo pelan, Yoooo! Kamu kalo takut tutup pake bantal aja sih!" Kal yang duduk di karpet sambil bersandar ke sofa sama sekali tidak berniat mengalihkan perhatiannya dari adegan Ibu yang mengintip di jendela.

"I'm not scared! Sound-nya ganggu aja sayang." Balas Leo lebih ke mempertahankan pride-nya. Dasar cowok.

Alih - alih menjawab, Kal hanya memutar bola matanya jengah dan kembali menikmati filmnya.

"Yang. . Yang. . Bentar! Bentar! Pause bentar!" Leo menepuk pundak Kal pelan.

"Kenapa?"

"Mbak Leta nelpon." Leo menyebutkan nama mbak - mbak yang belakangan bekerja sebagai manajernya. FYI, sejak lagunya rilis dua bulan yang lalu, slowly but sure, Leo dan musiknya mulai dikenal lebih banyak masa dan tentu saja Kal turut bahagia, karena lagunya Leo tuh emang seberhak itu didengar banyak orang.

Dispenser [SVT Local AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang