Di kantor, baru masuk setelah libur awal tahun, 2019
"Woi. . Ngelamun ae mbak?" Sadi menoleh kearah sumber suara yang sudah pasti adalah mbak - mbak asisten bosnya itu alias Kal.
"Siapa yang ngelamun?" Sangkal Sadi sambil kembali melanjutkan gambarnya yang tertunda.
"Ya udaaaah~ kalau nggak ngelamun, tapi yang mau diceritain ada kaaaan?"
"Diceritain apaan?" Sadi salah tingkah sendiri, padahal dia juga nggak tau Kal ngomongin apa ckck.
"Ckck. . Ya udah kalau masih malu - malu iyuh, gue balik ke ruangan gue dulu yak, nanti kalau mau cerita chat aja hehe." Ucap Kal, lalu meninggalkan Sadi dan kerjaannya serta lamunannya yang tertunda.
Haaaaaah. . Iya. . Dia ngelamun. Ngelamunin Mas - mas yang nyaris dua bulan kemarin selalu naik lift bareng dia kalau pulang malem —entah itu kebetulan atau memang ada unsur kesengajaan. But, for the sake of her softie heart, Sadi lebih mau percaya kalau semua cuma kebetulan— dan tiba - tiba semua kebiasaan itu berhenti satu bulan belakangan. Mau bilang kehilangan, tapi mereka bukan siapa - siapa. Mau bilang dia nggak peduli juga, somehow dia sudah terbiasa dengan obrolan basa - basi mereka setiap naik lift bersama.
Oh, by the way. . Si mas - mas itu yang namanya Nugi. DJ radio tujuh belas yang kalau kata Kal, gebetable.
Sadi menoleh kearah pintu ruangan yang baru saja dibuka oleh siapa pun yang masuk ke dalam sana. Jam makan siang belum berakhir, so it's kinda weird kalau tiga rekan kerjanya yang emang tukang makan itu balik secepat itu.
"Lah? Udahan? Tumben?" Tanya Sadi saat melihat Aldi masuk ke dalam, kemudian berjalan kearah meja Sadi.
"Gue males makan sama anak - anak. Garing." Ucapnya sambil menyodorkan kotak makan keramat pusaka para ibu - ibu, yang kalau hilang kalian bakal dicoret dari KK.
"Garing, soalnya nggak ada elo." Sambungnya kemudian.
"Apaan dah~" Balas Sadi seadanya. Ya emang dia harus jawab gimana lagi? Orang udah nggak ada apa - apa ini.
"Apaan nih?" Tanya Sadi mengalihkan pembicaraan sambil menunjuk kotak makan yang Aldi berikan padanya.
"The Ultimate Handmade Sandwich Tuna Mayo langganan lo dari jaman SMA dulu."
"Buat gue?"
"Bukan, buat tetangga gue, ya buat elo lah Sadira, orang gue nyodorin kotaknya ke elo." Aldi memutar bola matanya jengah. Kayanya hilal balikan lagi masih belum keliatan.
"Tumben baik lo?"
"Gue baik salah, gue jailin lo salah, mau lo apa sih, Sad. . Ck. . Ck. ."
"Gils! Gils! Enak banget Dot!? Udah lama banget gue nggak makan bikinan elo!?"
Yup, Aldi bisa. . Nope, jago banget malah masak. Tapi, dia nggak pernah mau ikutan kalau disuruh jadi seksi konsumsi. Makanya nggak ada yang percaya sama Sadi waktu dia bilang Aldi jago masak.
"Gue bisa bikinin elo tiap hari kok."
"Kenapa nggak buka catering aja sih? Pasti banyak yang mau mesen."
"Gue maunya cuma masak buat elo doang, gimana dong?"
Sadi menghela napasnya. Sekali lagi ia bertanya dalam hatinya, where did it go wrong?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dispenser [SVT Local AU]
ChickLitMasnya itu kaya dispenser. Kadang anget, kadang panas banget, kadang sejuk, kadang dingin banget. Tapi kita tetep butuh kalo aus. Aus kasih sayang maksudnya. . . . A SVT Local AU because we need seventeen boyfies right? . . . Somewhere around febru...