Kapan Nikah?

128 13 2
                                    


Padang, Somewhere in Oktober 2021

'Kapan nikah?'

Tidak bermaksud salty. Tapi, pertanyaan itu langsung bergema dari sudut ke sudut saat Kal berusaha menampilkan senyum terbaiknya di hadapan para kerabat atau undangan yang menghadiri pesta pernikahan sahabatnya–Oca.

No need to mention that it was literally a week before her 30th birthday tho.

"Apa lagi yang kamu tunggu? Kerja udah, karir ada, calon juga udah ada! Udah umur segini nanti susah punya anak~"

Kal menganggukkan kepalanya sambil mendengar celotehan sepupu sahabatnya itu. By the way, karena sudah terlanjur berjanji untuk datang no matter how no matter what, Kal akhirnya sekarang berada di Padang. Kembali ke kota dimana ia menghabiskan masa remajanya bersama kedua sahabatnya dari SMP itu. Dia seneng kok pulang, toh dia juga bisa bertemu keluarganya kan? Or let's say her father?

Ya, tapi bukan hidup namanya kalau senang tidak datang sepaket dengan hal - hal menyebalkan, ya contohnya omongan - omongan kaya tadi itu, especially when the 'single' lady is only you.

Kal menatap Kiki, sahabatnya yang paling pertama kali menikah dan sekarang sudah punya anak satu itu, sambil menghela napasnya.

"Apa? Lo mau nanya gue juga?" Tanya Kal tidak benar - benar sewot. Dia cuma lelah.

"Yeee~ gue nggak ngomong apa - apa? Galak amat sih!" Balas Kiki sambil terkekeh pelan sambil mengayun bayinya ke kiri dan ke kanan.

"Ki. ."

"Apaa?"

"Nggak jadi deh!"

"Apaan dah? Nggak jelas banget sih anda!"

Kal memutar bola matanya jengah, lalu meraba saku roknya kebayanya. Ia kembali menghela napas saat ia sadar barang yang ia cari tidak ada bersamanya. Ponselnya hilang dua hari yang lalu. Mungkin terjatuh saat ia berusaha memasukannya ke saku jaket sekeluarnya dari bandara. Tapi, ya sudahlah. It's good to keep herself away from the world for a while. Toh urusan kerjaan masih bisa follow up via laptop ini.

"Gimana sama Leo?" Mulai Kiki lagi.

"Leo? Gimana apanya?" Pura - pura bego aja dulu ah.

"Lo nggak baca komen - komen instagram dia?"

"Nggak lah. Ngapain."

"Ya kali aja. Tapi, kalian baik - baik aja kan?"

"Sejauh ini gue sama dia baik - baik aja sih. Kurang - kurang komunikasi juga udah biasa, jadi gue nggak masalah."

Kal mengangkat bahunya acuh sambil menyendok serabi dari mangkuk yang ia pegang sejak tadi.

"Tapi, kalau gue sih mending sama bos lo itu deh."

Wait, what?

Batuk kan Kal jadinya!

Okay, dia sesekali pernah menceritakan tentang sikap Ale padanya ke sahabat - sahabatnya itu. Tapi, ia merasa tidak pernah membuat narasi kalau dia dan Ale ada apa - apanya? Ya gimana ada apa - apanya coba? Kan tiap hari kerjaannya ribut?

Dispenser [SVT Local AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang