6. Tekanan

28 3 0
                                    

Jangan lupa vote uy🌸

🍃🍃🍃

Berharap dengan manusia, sama saja seperti mengharapkan sesuatu yang sia-sia.

"Aku gak mau," tolak Ariana menatap Ibunya yang sedang menahan kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku gak mau," tolak Ariana menatap Ibunya yang sedang menahan kesal.

Anggota klub tinju yang melihat itu pun hanya bisa berdiam. Mereka tidak tau apa yang sedang terjadi di antara keduanya. Bahkan Arletta sendiri merasa tidak bisa melakukan sesuatu untuk gadis itu.  
"Kamu pilih pergi dari rumah atau ikut pulang bersama Mama?"

Ariana terbelalak. Tidak menyangka jika Veyli sampai segitu bencinya dengan apa yang dia lakukan sekarang. Lagipula, bagaimana bisa wanita itu tau dia sedang latihan di sini?

Apakah ini semua ulah Ignacia?

Jika memang benar, Ariana bersumpah tidak akan memaafkan saudara kembarnya tersebut.

"Ma, plis. Sekali aja denger aku. Ini pilihan aku untuk bisa masuk klub tinju Mama. Ariana gak bisa kalau harus ngerelain semuanya," mohon gadis itu sambil menggenggam kedua lengan Veyli. Matanya memancarkan harapan. 

Veyli justru semakin dibuat tersulut emosi. Dia menepis genggaman itu dari Ariana. Membuat gadis di depannya menahan untuk tidak menangis di sana. 

"Mama gak mau tau. Sekarang juga kamu pulang dan gak usah ikut kegiatan kayak gini lagi," bantah Veyli. Masih dengan keras kepalanya. 

Ariana pun tak bisa mengelak lagi. Karena jika dia masih terus membantah ibunya di sini, suasana akan semakin rumit. Pasti semua orang yang ada di sana akan berpikir aneh tentangnya lagi. Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Tahan, An. Gue mohon lo tahan. Jangan nangis di sini, Batinnya sekuat tenaga.

"Misi, Tante."

Tiba-tiba saja, seorang laki-laki berdiri di samping kanan Ariana. Membuat gadis itu langsung menoleh.

"Saya Kavin. Teman seangkatan Ariana yang kebetulan satu ekskul di sini. Maaf sebelumnya, Tante. Saya tidak maksud untuk ikut campur. Tapi, lebih baik kita bicarakan ini dengan kepala dingin." Cowok itu mencoba untuk menasehati secara sopan.

"Tante, saya memang belum sepenuhnya kenal dengan Ariana. Hanya saja, baru kali ini saya bisa melihat ada orang yang seperti dia. Gak ada lho, cewek yang mau masuk klub berbahaya kayak gini. Walaupun, saya tau mungkin ada alasan lain Tante tidak menyetujui. Tapi, di ekskul ini semua serba modern dan ekstra hati-hati. Mereka juga gak sembarangan milih anggota yang brutal." Kavin menjelaskan dengan pelan. 

"Karena itu, saya di sini sebagai teman Ariana ingin Tante memikirkan baik-baik keputusan dia. Saya sendiri yang akan menjamin anak Tante bakal mendapatkan impiannya dan membuktikan bahwa dia bisa," pinta Kavin. Dengan sorot mata yang meyakinkan. 

Different Twins [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang