Chapter 02

12.6K 1.2K 99
                                    

••••••☸☸☸••••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••••☸☸☸••••••

Aku menghampiri pria asing yang tengah tergeletak di pojok gang itu. nampaknya ia sangat kesakitan. persetan dengan rasa takut, aku berjalan perlahan mendekat.

Kalo bukan karena ingat pepatah ibuku untuk selalu menolong orang yang sedang dalam kesulitan aku mungkin sudah lari terbirit-birit sekarang.

Mendapati kota New York yang sedang tidak aman karena kasus pembunuh berantai di tambah kondisi ku juga yang bisa di bilang tidak baik-baik saja membuat ku berpikiran yang tidak-tidak.

bagaimana jika dia adalah pembunuh yang menyamar, bagaimana jika dia adalah anggota mafia? bagaimana jika dia adalah si psikopat penjual organ tubuh manusia. aku masih belum menikah belum menikmati yang namnya surga dunia, aku tidak mau mati muda

terbesit di pikiranku untuk meninggalkannya saja tapi aku takut kalo dia adalah korban dari si pembunuh berantai yang sedang di bicarakan itu.

'Ah masa bodoh lah, yang penting nyawanya bisa terselamatkan. nyawa lebih penting dari apa pun' pikirku.

"Hey Tuan apa Anda baik-baik saja"
Oh ayolah shawn apa kau tak melihat betapa begitu banyaknya darah yang mengalir dari perut yang ia tahan dengan telapak tangannya.

sekali lagi aku hanya bisa berdecak kesal. coba saja jika handphone ku tidak ikut kena copet mungkin aku bisa menghubungi 199 kalo ada keadaan darurat sekarang.

Aku kembali bertanya, tapi tak ada respon juga dari pria itu. aku menghela napas lalu bersiap untuk berdiri toh orang yang ingin aku tolong pun tak ada respon sama sekali.

ketika aku hendak berdiri dia memegang pergelangan tangan ku sangat kuat, oh shit ini sungguh sakit. aku melotot kesakitan dan berusaha melepaskan tangan ku dari genggaman pria asing ini.

Hasilnya nihil genggamannya sangat kuat, pergelangan tanganku sampai merah di buatnya.

"Tuan tolong lepaskan tangan saya ini sangat sakit, saya mau pulang. kalo tidak nanti saya teriak ada penjahat di sini"

Bukanya melepaskan genggamannya dari tanganku pria ini justru terus saja mengucapkan kata 'Darah' membuat ku merinding saja.

Tiba-tiba saja pria ini mengangkat kan kepalanya. mataku dan matanya beradu pandang. entah kenapa aku merasa sorot matanya itu terasa begitu dingin? dan juga kenapa ia memiliki gigi taring? jangan bilang kalo vampir itu memang ada?

Ayolah jaman sekarang mana ada vampir, atau ini sedang syuting film? tapi kenapa tampak sepi dan tidak ada orang sama sekali.

Dalam satu hentakan dia menarik tubuhnya dan menindihnya. hey apa-apa orang ini, apa yang ingin dia lakukan.

"Tuan tolong lepaskan saya" aku berusaha menyingkirkan tubuh besar pria ini yang sedang mengukung ku.

"Darah.. Haus...Haus.. Darah.. Aku butuh darah"

The Last VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang