Chapter 19

4.1K 391 17
                                    

Di sebuah ruangan yang tampak begitu rapih, dengan warna hitam dan putih yang mendominasi, membuat ruangan itu terlihat begitu elegan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di sebuah ruangan yang tampak begitu rapih, dengan warna hitam dan putih yang mendominasi, membuat ruangan itu terlihat begitu elegan.

Terlihat Jhony sedang termenung di meja kerjanya.

Matanya memandang kosong ke depan. Pikirannya sedang kalut. Ia tak tahu harus bagaimana. Menuruti kata hati atau mengiyakan perkataan sang Ayah untuk mempertimbangkan kembali masalah pertunangannya dengan Laura.

Beberapa hari yang lalu, setelah pulang dari acara ulang tahun Laura.

PLAAKKKK!!!

Suara nyaring dari sentuhan telapak tangan dengan kulit pipi itu berbunyi begitu nyaring. Sampai-sampai sang empu yang mendapatkan tamparan itu memalingkan wajah karena saking kuatnya.

Jhoni berdecih pelan, ketika melihat noda darah dari ujung bibirnya akibat tamparan yang di layangkan oleh Ayahnya itu.

Sementara sang ibu hanya bisa terdiam, menatap sang anak yang menjadi bahan pelampiasan emosi dari sang suami.

"Apa yang sudah kamu lakukan? Bodoh! Apa kamu sudah tidak punya otak?! Mau di taruh di mana wajah Ayah mu ini, hah? Anak sialan!!"

Jeremy sudah termakan oleh emosi. Dengan susah payah ia menjalin hubungan dengan keluarga Laura, tapi hanya dengan satu malam semua itu hancur begitu saja gara-gara ulah anaknya yang menolak acara lamaran.

"Aku, gak bisa Yah. Aku tidak punya perasaan pada Laura,"

"Persetan dengan rasa perasaan mu yang tidak berarti itu. Ayah tidak mau tau, kamu harus temui Laura dan jelaskan pada dia bahwa itu adalah kesalahpahaman."

"Tapi, Ayah? Aku,"

"Turuti apa kata Ayah, atau kamu pergi dari rumah ini."

Jeremy segera pergi meninggalkan Jhony juga istrinya berduaan.

Deana memandang wajah putranya sayu. Menghela nafas pelan sebelum akhirnya mendekat, mengusap pelan pundak sang anak.

"Mama tau, ini pasti pilihan yang sulit buat kamu. Tapi apa yang Ayah mu katakan benar. Ini untuk kebaikan keluarga kita. Untuk kebaikan kamu, Mamah dan juga Ayah mu." ucap Deana lembut.

"Tapi aku gak bisa mah,"

"Bukan tidak bisa, tapi kamu belum mencoba. Apa kamu pernah dengar? Bahwa cinta bisa datang karena terbiasa. Begitu juga mamah dan papah mu, kami dulu juga di jodohkan. And see? Kami bisa bertahan sampai sekarang. Dan juga punya anak setampan kamu,"

The Last VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang