surat

30 4 0
                                    

Platinum memarkirkan motornya diarea pekarangan rumah.

Ia akan menemui pemilik tanah yang menjual tanahnya pada mereka.
Platinum ngengetuk pintu rumah tersebut.

"Assalamualaikum" ujar platimun sambil mengetuk pintu tersebut.

"Waalaikumsalam, ehh nak nium mari masuk" ujar pemilik rumah tersebut, lalu menyuruh platinum duduk.

"Gimana nak platinum dengan penawaran bapak?, apakah keberatan" ujarnya pada Platinum.

"Gini pak anto, apa gak bisa nego sedikit aja, soalnya kita juga beli tanah bapak untuk pondok anak jalanan yang tidak bisa mengenyam pendidikan"

"tidak bisa nak, soalnya itu tanah bapak susah untuk mendapatkannya"

"Gini aja deh pak, kalo enam puluh persen dari harga jualnya gimana?"

"Tetap gak bisa nak. itu sudah harga pas, saya kasih kepada nak Platinum"

Platinum menghembuskan nafas beratnya, memang sangat susah ya kalo berhadapan dengan orang yang seperti pak anto ini.

"Ya udah kalo gitu saya akan fikirkan dulu" Platnum berdiri dari duduknya. "kalo gitu saya permisi pak"

Ia pamit dengan pak anto dan keluar dari rumah tersebut, menuju motornya. yang terparkir rapih didepan pekarangan rumah pak anto.

Zahra sudah dirumah. ia sedang membantu ibunya, untuk membuat kue dan juga nastar. karna pesanan ibunya kali ini membeludak begitu banyak.

Ya sedang menyetak nastar diloyang, namun ponsel zahra selalu berdering dan tertanda nicel disana .

Kenapa anak itu menelfon zahra sore sore seperti ini. ada apa, dia tidak tau kalo saat ini zahra sedang sibuk bahkan kualahan karan membuat kue berdua saja dengan ibunya.

Zahara mengangkat telepon nicel.

"Halo nic kenapa?" Ujar zahra.

"Ra gue kerumah lo ya" ujar nicel disebrang sana.

"Ide bagus tuh, cepet buru kesini"

"Ko lo sebahagia itu sih denger gue mau ke rumah lo , curiga gue"

"Eeehhh tau aja lo, sini gue ada kerjaan nih buat lo"

"Iyalah insting gue itu kuat, kerjaan apa emang?"

"Udah sih sini aja buruan"

"Iya , iya gue otw"

"Gc woy"

"Iya, ahh elah sabar"

Platinum menemui anak anak jalanan yang sudah dekat sekalih dengan dirinya.

"Ka nium " ujar salah satu dari mereka.

"Hay apa kabar kalian?, ini kakak bawain makanan buat kalian" ujar platinum menyodorkan makanan kepada mereka.

"Asikkk" ujar mereka serentak.

Platinum sangat senang bila sudah ketemu dan bermain dengan mereka. menurut Platinum ini adalah obat rindu ia pada teman masa kecilnya, yang sekarang tidak tau dimana. makanya platinum begitu kekeh untuk membuat rumah pondok buat mereka.

Zahra dan nicel kini sedang berbaring dikamar zahra .

"Nic emang lo sama pak amar kenapa?" Ujar zahra yang membuat raut wajah nicel menjadi asam. "Terus kenapa lo ngomong sama pak amar guru mesum"

"Tau gak sih ra, tadi pagi tuh gue hampir dicium sama guru kiler itu" ujar nicel yang membuat zahra menjadi kaget.

"Hahh maksud lo"

"Udah lah ra, gak usah difikirin. gue juga udah gak mau nginget ninget lagi"

"Tapi kan nic"

"Ehh hari ini gue nginep dirumah lo ya"

Zahra pasrah "ia udah" nicel memeluk zahra " makasih ya raa"

Jam sudah pukul 6.45 zahra dan nicel sedang menggunakan motor yang dibawa oleh nicel dengan kecepatan tinggi.

"Nicc hati hati, gue belum mau mati"

"Tenang , gue gak akan buat lo mati"

"Ini semua gara gara elo yang kebo, kalo elo bangunnya gak nanti nanti. pasti, gak akan kaya gini"

"Udahlah lo diem. lebih baik lo pegangan, karna sebentar lagi gue mau ngebut. kalo, dengerin lo ngoceh terus kita pasti terlambat"

"Hati hati nicelll"

Kini motor nicel sudah ada digerbang sekolah dan benar mereka benar benar telat , gerbang sudah terkunci.

"Aduhh nic gimana nih gerbangnya udah kekunci, lo sih ahh jadi ginikan"

"Ya maap"

Zahra dan nicel menggedor gedor gerbang, satpam pun datang .

"Mang tolong bukain dong"

"Gak bisa neng , eneng eneng ini sudah telat 15 menit"

"Tapi pak kita mau masuk, soalnya ada ulangan matematika"

"Gak bisa neng"

"Plis dong pak"

"Tetep gak bisa neng mending kalian pulang aja"

Zahra dan nicel sedang adu cekcok dengan satpam. tiba tiba datang seorang pria dengan memakai jas almamater sekolah mereka. menggunakan motor  vespa metiknya.

"Kenapa pak?"

"Ini den, neng neng ini maksa mau masuk tapi mereka sudah telat dari 15 menit yang lalu" ujar satpam tersebut.

"Biarin mereka masuk pak" ujar pria tersebut.

Dan kalian tau pria tersebut. adalah pria yang menghantar zahra kedepan pintuk gugusnya, ya siapa lagi kalo bukan argantara. sang ketua osis yang paling ganteng , baik dan murah senyum itu.

"Tapi den"

"Gak papa gak bakal ketauan ko sama kepsek tenang aja pak" ujarnya. "dan saya juga. mau keluar, mau ngasih proposal sama sekolah lain."

Masih ada orang seperti dia yang tidak menyebalakan dan baik hati pula.

Satpam tersebut membukakan gerbang. argantara keluar, melewati zahra dan juga nicel.

Zahra yang melihat itu haya tersenyum. ketika argantara, mendekati mereka dengan vespanya, sambil menyuruh mereka. untuk, masuk nicel tersenyum sambil mengucapkan terimakasi. dan zahra hanya tresenyum kikuk. setelahnya, argantara berlalu dari mereka dengan motor vespa tersebut.

Sudut mata zahra mengikuti arah kemana argantara pergi. hingga, sudah tak terlihat motor vespa yang dikendarai oleh sang pujaan hati. karna sudah tak terlihat. sudah, melesat jauh.

Sedangkan nicel yang melihat kejadian itu, hanya geleng geleng kepala. ketika, melihat sahabatnya yang seperti itu, ia menyenggol bahu zahra.

"Uyy lo mau masuk. apa masih betah, memandang mas mas ganteng itu sampe puas."

"Apa sih nic." ujar zahra sedikit malu malu.

"Udahlah. Toh masnya sudah pergi kan, ayo masuk" zahra menaiki motor

Motor nicel memasuki gerbang sekolah. Dan tak lupa juga mengucapakan terimakasih.

Bel sudah berbunyi dan seperti biasa para sisiwa berhamburan. zahra dan nicel niatnya mau kekantin. namun, sebelu kekantin mereka sudah dicegat oleh seorang siswa.

"Permisi, kamu zahra dari 10 mipa." ujar siswa tersebut.

"Ia ka , emangnya ada apa ya?" Ujar zahra.

"Ini ada surat buat lo"

"Dari siapa?"

"Lebih baik lo baca aja langsung, kalo gitu gue pergi dulu"

"Tapi ka" sebelum zahra meneruskan perkataannya siswa tersebut sudah pergi duluan.

"Coba lo buka deh raa , barang kali penting"

Zahra membuka surat tersebut dan surat tersebit berisikan.

PlatinumTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang