Platinum menghentikan motornya tepat didepan rumah minimalis milik Zahra. Zahra turun dari motor Platinum sambil melihat wajah Platinum yang sedang mengerutkan keningnya.
"Lo kenapa ka?" Ujar Zahra
"Ini rumah lo"
"Iya kenapa?"
"Enggak nanya aja" jawabnya. "Ko mukanya gak asing ya" ujar Platinum pelan ketika melihat perempuan yang keluar dari dalam rumah Zahra.
"Ngomong apa ka?" Ujar Zahra yang melihat Platinum sedang mendumel.
"Ahh engga, kalo gitu gue balik dulu" Platinum menyalakan mesin motornya, hanya dijawab deheman oleh Zahra.
"Owh iya untuk masalah utang itu gue belum mikirin. nanti kalo gue udah tau mau apa, gue kasih tau ke lo"
"Iya deh gue ikut lo aja enaknya gimana" ujar Zahra malas.
Setelahnya Platinum meninggalkan Zahra yang masih setia berdiri didepan rumahnya itu.
Zahra melangkakan kakinya kedalam rumah. Ia melihat teh desi yang berdiri tepat didepan pintu masuk, Ia menyalimi tangan teh desi. Teh desi tersenyum kearahnya dengan senyuman aneh, Zahra yang melihat itu mengerutkan keningnya pertanda bingung.
"Kenapa sih ka?. Aneh banget deh" ujar Zahra pada teh desi yang sedang senyum senyum tidak jelas.
"Siapa dek, pacar kamu ya?" Ujar teh desi.
"Siapa?. dia" ujar Zahra samabil tangannya yang membentuk sip, ia arahkan kebelakanng. "Cuma temen teh"
"Ehh teteh juga pernah muda. teteh juga pernah kaya kamu dianterin cowo sampe depan rumah, bilang ke bunda itu cuma temen. Padahalkan dia cemcemannya teteh" ujar teh desi jujur.
"Ha teteh pernah kaya gitu?"
"Kaya gitu udah lumarah kali dek, dikalangan kita. Gimana sih, udah deh jujur aja dia pacar kamu kan"
" bukan teh, udah ah awas aku mau masuk mau mandi ganti baju" ujar Zahra malas sambil melangkakan kakinya kedalam rumah.
Zahra menaroh semua barang barang yang ia bawa merebahkan badanya diranjang yang begitu sangat nyaman, ia begitu cape hari ini banyak hal yang sangat membuatnya kesal dari telat, dikerjain Platinum, dan terahir diajak kepadepokan yang membuat dirinya begitu was was.
Zahra terun dari ranjang sambil menghembuskan nafas beratnya mengambil anduk yang akan ia kenakan untuk mandi.
Setelah mengantarkan Zahra Platinum tidak pulang terlebih dahulu ia menju markas yang sudah beberapa tahun ini menjadi rumah keduanya.
"Assalamualaikum" ujar Platinum memasuki markas
"Waalaikumsalam" ujar semua yang ada didalamnya
"Ehh num kemana aja lo" ujar titiannio langsung
"Padepokan yo" Platinum mendudukukan bokongnya disofa depan "owh ya gue udah ngomong sama bang apoy dan ingsaallah dia mau bantu"
"Allamdulilah sukur deh kalo kaya gitu" ujar titannio
"Lo bisa tahmid juga nio" ujar Arsen dari balik pintu.
"Anjing lo, ya bisalah"
"Dari mana lo" ini bukan Titannio yang bertanya melainkan Platinum.
"Nih habis beli cemilan buat mereka" sambil menaroh barang belanjaan keatas meja.
Mereka yang disana langsung menyerbu makanan itu. Bahakan Titannio pun sekarang sedang menyomot kue pukis yang sangat menggiurkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Platinum
Fiksi RemajaPernahkah kamu merasakan rasa senengnya dipertemukan kembali dengan seseorang yang pernah ada dihidupmu, dipertemukan kembali dengan cara yang unik, bahkan sangat unik. Tapi sayang salah satu dari mereka tidak mengingat, lebih tepatnya tidak menyad...