Avatar of Pride

5.3K 513 40
                                    

Pride
Lucifer x Reader!
.
Obey Me! © NTT. Solmare Corp.
.
.
.

Dokumen-dokumen berserakan, sesosok pemuda berambut hitam pekat dengan kepala yang disandarkan di atas meja, serta sehelai kain handuk terlentang begitu saja di lantai. Sebenarnya, apa yang telah terjadi beberapa jam saat kau memutuskan untuk membantu Solomon dengan ramuannya?

Helaan napas kau keluarkan ketika melihat Satan dan Belphegor dari balik pintu. Pasti mereka berniat untuk mengerjai Lucifer yang sedang kelelahan.

Meskipun kau tidak memiliki niat untuk mengerjai Lucifer, kedua sosok adiknya itu tetap memaksamu untuk masuk ke squad anti-Lucifer mereka. Toh, setidaknya mereka senang bagimu itu sudah cukup.

"Hei, teman-teman, prank-nya ditunda dulu, ya? Kasihan Lucifer ingin beristirahat, aku tidak enak kalau membuatnya sakit kepala terus menerus," ujarmu sedikit memelas.

Belphegor menggerutu, dahinya mengerut sembari mengernyitkan tatapan sayunya padamu. Iblis yang notabene adalah saudara terakhir tersebut membuka mulut, "Sekarang kau malah membelanya? Huh ... tidak menyenangkan, [Name]."

"Yah, kalau [Name] yang bilang begitu, apa boleh buat. Mari pergi, Belphie."

Iblis kemalasan itu mengangguk lemas lalu pergi bersama Satan, meninggalkan dirimu di ruangan Lucifer. Kau hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah mereka. Bukannya menjadi siswa pertukaran pelajar, kau malah menjadi therapist sang bersaudara di House of Lamentation.

Kau menoleh, memikirkan cara bagaimana agar ruangan ini kembali rapi dalam semula. Lagipula, tidak biasanya Lucifer tepar seperti itu.

Pertama, kau mulai mengambil handuk tersebut, kemudian melipatnya. Lalu, tanganmu menyapu sedikit dokumen milik Lucifer yang terlihat berdebu, hingga dihentikan oleh pemuda dengan helaian rambut hitam tersebut. Kejapan kecil kau berikan tatkala lenganmu dicengkram lemah olehnya.

"[Name]? Ah ... kupikir siapa," gumam Lucifer seraya mengucek matanya. Kekehan kecil kau ke luarkan ketika melihat tampangnya yang berantakan tersebut.

"Memangnya siapa lagi yang berniat untuk membersihkan ruangan ini dengan cuma-cuma, Lucifer-sama?"

"Jangan menggodaku, [Fullname]."

Lucifer memicingkan matanya sembari memberatkan nada suaranya. Helaan napas pelan lolos dari bibir kecilmu, lalu kau mengambil tempat dan duduk di atas mejanya dengan santai. Telunjukmu mengarah pada remote AC yang tergeletak di atas kasur. Membuat pemuda itu hanya bisa memiringkan kepalanya, kebingungan.

Kau pun membuka mulut, "Itu. Belphie dan Satan berniat untuk menukar remote AC dan TV agar bisa melihatmu kesal."

Dahi pemuda itu makin berkerut, segera saja ia memijatnya dengan kasar. Ia terlihat sangat kesal juga lelah dalam waktu yang bersamaan.

"Terima kasih sudah menghentikan mereka, [Name]."

Senyuman lebar terpampang jelas di wajahmu, kau pun berjalan ke arah pintu. Berniat untuk segera ke luar, mengingat pekerjaan rumah RAD belum kau sentuh sama sekali karena terlalu sibuk mengurusi para saudara Lucifer satu per satu.

Namun, begitu kau memegang gagang pintu, lengan Lucifer menghentikan pergerakanmu. Kau menoleh, kembali menatapnya dengan tatapan penuh kebingungan. Pemuda berhelai rambut hitam tersebut berdiri, lantas iris semerah darahnya terarah padamu sepenuhnya. Lucifer berdehem kecil, lalu berjalan di sampingmu seraya membuka pintu.

"Lucifer? Ada apa?" tanyamu heran.

Ia menggeleng kecil, kemudian menarikmu ke luar dari kamarnya. Wajah Lucifer terlihat serius, "Lain kali, kau harus beristirahat dengan tenang, juga."

"E-eh?"

Kau mengerjap sebentar, lalu berjalan mundur. Waspada karena perkataan Lucifer seolah menyuruhmu untuk meninggal dengan segeraーwalaupun, ia tak bermaksud seperti itu. Lucifer menghela napas dengan kasar menyadari perkataannya yang terdengar membuatmu salah paham.

"Maksudku, sekali-sekali perhatikan juga dirimu. Kalau kau terlalu mengurus adik-adikku yang bodoh itu dan jatuh sakit, bagaimana? Hm?"

Anggukan pelan kau berikan sebagai respon. Kau pun menengadah, ikut menatapnya dengan seksama seraya mengulas senyuman, "Lucifer sendiri juga. Kau harus beristirahat dan kalau punya masalah, kau bisa membagikannya padaku. Mari memikulnya bersama-sama."

Lucifer hanya bisa tersenyum melihat tingkahmu yang sangat baik. Ia mengacak helaian rambutmu dengan lembut lalu menatap ke arah belakangmu, mengulas senyum mengerikan.

"Kalian dengar itu? Mulai dua hari ke depan, tidak ada yang boleh mengganggu istirahatku dengan [Name], paham?" ancam Lucifer. Mendengar perkataan sang sulung, Mammon hendak protes, namun tidak bisa. Begitu pula dengan yang lain, hanya bisa menggerutu tertahan.

Benar-benar, Lucifer dapat merendahkan harga dirinya hanya untukmu seorang.

The Scenarios ⇢Obey Me! × Reader [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang