Avatar of Envy

2.4K 364 34
                                    

Envy
Leviathan x Reader!
.
Obey Me! © NTT. Solmare Corp.
Story © Nikishima Kumiko
.
.
.

Sudah beberapa hari Leviathan mengunci dirinya di dalam kamar, tak berniat sedikitpun untuk ke luar. Game yang ia tunggu-tunggu telah tiba, ia ingin menikmatinya dengan bebas karena itu ia tak ingin diganggu oleh siapapun. Bahkan dirimu pun tak diperbolehkan untuk melangkah masuk sejengkal saja.

Tak ingin merusak ketenangan, kau pun menyelipkan sebuah surat dari bawah pintu Leviathan tanpa berniat sedikitpun untuk mengetuknya. Seperti yang kau duga, Leviathan tak memberikan respon. Namun, kau tetap tidak menyerah. Bagaimanapun, kau juga ingin melihat perkembangan game tersebutーwalau, game yang Leviathan mainkan hampir semua tidak jelas.

Kau duduk di bawah, lalu memainkan DDD milikmu. Jari jemarimu bergerak, menari di atas layar demi mengirimkan sepatah kata dalam bentuk chat. Tentu saja, kau memanggil Leviathan.

"Hah ... masih tak ada jawaban, ya," gumammu.

Di saat helaan napasmu tengah ke luar dengan kasar, sesosok pria indah berjalan melewati koridor rumah dengan anggunnya. Ia mengerjap ketika mendapati dirimu duduk melantai di depan pintu Leviathan.

Asmodeus, pria cantik tersebut, mengulas senyum lebar ketika bertemu denganmu, "Honey, kenapa kau ada di situ?"

Memang, Asmodeus seringkali memanggilmu dengan sebutan 'honey' ataupun 'sweetie'. Dan kau tak keberatan sama sekali akan panggilan sayang tersebut. Itu menunjukkan kalau pemuda itu menyayangimu, bukan?

"Aku sedang menunggu Levi untukー"

Belum sempat kau menyelesaikan kalimatmu, Leviathan sontak membuka pintu. Tindakannya tersebut membuatmu mau tak mau terjatuh ke belakang karena sandaran yang kau gunakan telah menjauh.

Leviathan kaget, begitu pula Asmodeus. Pemuda dengan helaian rambut biru tua itu terlihat panik karena tak sengaja membuatmu terjatuh. Ia menyamakan tingginya denganmu, kemudian memperhatikan apakah ada luka atau tidak.

"Hei, K-kau tidak apa-apa, [Name]?" tanya Leviathan cemas. Mati, kalau ada luka goresan padamu, Lucifer atau Belphegor bisa saja membunuhnya. Walau tak dapat dihindari, hampir semua Demon Brothers telah mencoba untuk membunuh dirimu karena satu dan lain hal.

Tapi, sekarang situasinya menjadi berbeda. Leviathan menyukai gadis di hadapannya dan bertekad untuk melindunginya juga.

"Tidak, hehe. Aku baik-baik saja, kokーaduh!"

Kau segera bangkit, tapi malah tak sengaja bertubrukan dengan dahi Leviathan. Kalian berdua mengaduh kesakitan.

Leviathan memegang dahinya, membuat ia ditertawakan kecil oleh Asmodeus. Kesal, ia pun menarikmu masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu agar Avatar of Lust itu tak bisa ikut menginjakkan kaki di dalam.

Beberapa menit, Leviathan tersadar. Dengan wajah penuh merah, ia mengangkat tangannya, bergerak kaku seraya memalingkan wajah. Kau mengerjap, lalu mengusap lembut helaian rambut biru tersebut sampai ke dahinya.

"A-a-apa yang kau lakukan?!" bentak Leviathan, terlalu malu hingga nada kalimatnya menjadi tergagap.

Kekehan pelan kau ke luarkan, "Levi terlihat kesakitan karena dahi kita bertubrukan tadi. Jadi, aku minta maaf dengan cara ini."

"Tetap saja, kau tidak boleh seenaknya menyentuhku! Tidak boleh sembarangan, [Name]!"

Sebenarnya, Leviathan hanya merasa malu saja. Namun, ia cukup menyukai kontak fisik antara dirimu dengannya. Walau, tak sebanyak Asmodeusーdan itu seringkali membuatnya iri hatiーtapi, Leviathan sudah bersyukur bisa sedekat ini.

Kau menghela napas, mengerucutkan bibir, "Ya sudah kalau itu maumu."

Perasaan lega sekaligus kecewa menghinggapi diri iblis kedengkian tersebut. Namun, ia tak menunjukkannya secara langsung dan hanya kembali ke kursi gaming-nya. Tangannya bermain dengan mouse dan iris oranye serta shade ungu tersebut, kembali berfokus pada layar komputer.

"Kau tidak ingin mengajakku main game keluaran terbarumu, juga?" tanyamu di sampingnya.

Leviathan menyeringai, meremehkan, "Nope! Kau lihat saja caraku bermain dan menyelesaikan ini semua."

Namun, bukanlah itu balasan yang kau inginkan dari Leviathan. Kau ingin bermain dan menghabiskan waktu bersamanya. Rasanya kau iri sekali pada game tersebut yang dapat dengan mudah mengambil perhatian Leviathan, atau terkadang pada Ruri-chan, karakter favorit milik otaku itu. Dengan malas, kakimu berjalan menuju aquarium dan menatap Henry, sang ikan koi milik Leviathan.

"Hah ... aku main sama Henry saja."

Melihat dirimu yang down, Leviathan menjadi tak tega. Ia bangkit dari kursinya lalu mempersilahkanmu duduk di sana. Mata berbinar milikmu itu menatap dengan ceria.

Mana bisa Leviathan menolak?

Meskipun ia sedikit senang karena kau merasa iri, ia sudah senang kau terikat bersama dosa kedengkian. Memang tak salah, kalau ia menganggapmu sebagai sahabat.

The Scenarios ⇢Obey Me! × Reader [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang