Gluttony
Beelzebub x Reader!
.
Obey Me! © NTT. Solmare Corp.
Story © Nikishima Kumiko.
.
.Lenganmu memijat pelipis dengan kasar, mengeluhkan bagaimana bisa kau tersesat di sekolah sendiri? RAD memang besar, dan masih ada beberapa bagian yang belum kau jelajahi karena sibuk. Tapi, tersesat karena sedang banyak masalah hingga melamun, sangatlah tidak keren sama sekali.
Dan yang paling penting, kau merasa lapar. Sepertinya sudah sekitar tiga puluh menit kau berputar-putar dan kembali di tempat yang sama. Terlebih lagi, para murid yang ber-ras demon melayangkan tatapan menyeramkan padamu, seolah-olah kau adalah santapan mereka jika masih berada di sana untuk waktu yang lebih lama. Bukannya merasa takut, tapi kau cemas saja jika berada di tempat asing sendirian.
Bagaimana ini? Matamu terasa panas, seolah ingin menangis, namun kau mencoba untuk menahannya dengan kuat. Terkutuklah kau, yang menitipkan DDD milikmu pada Solomon dan berniat untuk mengembalikan sendiri dokumen-dokumen pada Lucifer di ruangannya.
"[Name]?" panggil sebuah suara bariton yang familiar.
Kau menengadahkan kepala, menangkap sosok pemuda tinggi dengan helaian rambut berwarna oranye. Iris ungu dengan shade kemerahan tersebut menatapmu dengan polos. Sontak saja, kau memeluknya, membuat Beelzebubーiblis kerakusan ituーterkejut setengah mati. Namun, ia dengan cepat mengelus rambutmu, seolah tahu bahwa ketakutan tengah melanda dirimu.
"Beel!" ujarmu, menenggelamkan wajah di dada bidangnya. Lantas dengan cepat, kembali menengadahkan kepala, "Kenapa lama sekali muncul?!"
Ekspresi Beelzebub menjadi sedih, ia merasa tidak enak hati karena terlalu lama menemukanmu. Solomon meminta bantuannya karena dirimu belum juga kembali untuk waktu yang cukup lama. Dan beruntunglah ia, dapat menemukanmu dengan cepat.
Beelzebub paham kenapa kau merasa ketakutan seperti ini, aura di sekitarnya sungguh terasa mencekam. Seolah para iblis rendahan tersebut tengah memberikan kode bahwa dirimu akan segera menjadi santapan mereka. Ia tidak suka hal ini. Dengan cepat, Beelzebub mendelik ke arah mereka, seolah memberitahukan ia sigap untuk memakan mereka semua sepersekian detik.
"Maaf, [Name]. Aku minta maaf ..."
Kau menormalkan kembali napasmu, tidak adil rasanya menumpahkan emosi pada Beelzebub yang tidak tahu apa-apa tapi terseret, "Tidak, tidak. Harusnya aku yang minta maaf karena tiba-tiba membentakmu."
Senyum kecil kau ulas, dengan paksa tentunya. Beelzebub mengerutkan dahinya tak suka. Perlukah ia memakan seluruh iblis di koridor ini yang membuatmu merasa tidak nyaman? Beelzebub pun menggendongmu, membuat kau tersentak kaget akibat tindakannya.
"B-Beel?"
"Apa perlu aku memakan mereka? Aku tidak yakin rasanya akan enak atau tidak, tapi mereka membuatmu merasa sedih. Walau aku tidak tahu kenapa, tapi aku tidak suka," ujarnya serius.
Paham akan maksudnya, kau menggeleng sebagai jawaban. Menyuruhnya untuk menahan diri dan mengatakan bahwa para lowly demon tersebut bukanlah alasan mengapa kau merasa gelisah seperti itu.
Dirimu telah melewati rintangan maut setelah tinggal bersama ketujuh bersaudara itu. Dan sekarang takut hanya karena para lowly demon? Sungguh lucu. Lagipula, meskipun mereka ingin melukaimu, mereka tidak akan sebodoh itu untuk mengganggu hal yang berkaitan dengan demon brothers.
"Aku hanya panik saja karena tersesat. Sendirian di tempat asing cukup menakutkan," jelasmu seraya mengulas senyum untuk meyakinkannya.
Beelzebub mengangguk, lalu membawamu kembali menuju kelas. Tak perlu ditanya, posisi kalian berdua masih sama. Kau yang diangkat oleh Beelzebub dan duduk di atas bahunya, hanya bisa menutup wajah untuk menyembunyikan rona merah di pipi. Siapa yang tidak malu jika dilihat seperti itu sepanjang berjalan di koridor.
Tibalah kalian berdua di kelas. Solomon hanya bisa menyunggingkan senyum melihat pemandangan yang ditangkap oleh irisnya, "Yah, [Name], apa kau sudah mengantarkan dokumennya?"
Kau mengerjap, tersadar kalau dokumen-dokumen tersebut nampaknya tertinggal di koridor asing tadi. Segera, Beelzebub menurunkan dirimu. Wajahmu terlihat pucat pasi, nampaknya kembali panik. Sosok dengan helaian rambut oranye itu mengelus rambut milikmu, mencoba menenangkan.
Beelzebub benar-benar anak baik. Bahkan, kau merasa seperti menjadi kembarannya jika Belphegor tidak berada di tempat. Kalian berdua seperti mempunyai sebuah telepati, namun bukan dalam bentuk persaudaraan.
"Aku bisa mengambilkannya lagi untukmu, tapi ... aku lapar," ujar Beelzebub dengan perut berbunyi.
Senyuman kecil diulas oleh Solomon, ia memberikanmu salinan dokumenーatau mungkin saja dokumen yang asli? Penyihir berambut putih itu terkekeh kecil, "Ini. Segera serahkan pada Lucifer. Lalu, nikmati kencanmu bersama Beelzebub."
Rona merah memenuhi wajahmu. Dengan cepat kau mengambil dokumen tersebut, mengajak Beelzebub ke luar dan mengabaikan teman manusiamu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scenarios ⇢Obey Me! × Reader [✓]
Fanfiction"Sebuah cerita tentang kau dan karakter Obey Me! Shall We Date." [Obey Me! Shall We Date? x Reader] Obey Me! © NTT Solmare Corp. Story © Nikishima Kumiko