19. Alasan

59 1 0
                                    

Widya kembali ke UKS tempat Rizan berada, tapi ternyata Rizan sudah pergi ke aula tanpa sepengetahuannya. Padahal tubuhnya belum sepenuhnya pulih tapi ia sudah mulai menjalankan tugasnya lagi, kalau sudah seperti ini Widya pun hanya bisa berharap Rizan akan baik-baik saja.

Karena Rizan tidak ada di UKS, Widya memutuskan untuk ke aula bergabung dengan teman-temannya.
Melihat Widya menghampiri, Yanti, Salma, Raisa dan Fira memutuskan untuk menghampirinya.

"Kak Rizan gak ada di UKS wid?" Tanya Yanti.

"Gak ada, katanya udah ke aula bareng Esa. Palingan dia mau mantau lagi." Jawab Widya.

"Ya udah deh, mending kita ke aula juga yuk, kita lanjut menikmati acaranya." Ucap Raisa tiba-tiba.

"Gaya lo pake kata menikmati segala, formal banget dah." Fira yang sedari tadi diam kini tertawa mendengar ucapan Raisa

"Iya tau nih si Raisa, kesambet apaan tumben ngomongnya formal banget." Salma ikut mengolok Raisa

"Yaelah salah mulu gue, dahlah mending gue ke aula sendiri aja." Jawab Raisa sambil meninggalkan mereka, melihat Raisa yang pergi membuat mereka mau tak mau ikut pergi juga.

***

Acara hampir mendekati puncaknya, tapi Widya kini justru merasa bosan.

"Pulang duluan boleh gak sih? Gue pengen rebahan sambil marathon." Ucap Widya.

"Marathon? Lari gitu?" Tanya Yanti.

"Maksud gue marathon drama. Tapi serius deh, gue pengen banget pulang." Keluhnya lagi.

"Boleh kayaknya wid, tadi gue liat di gerbang ada yang keluar." Saut Salma.

"Kata Hadid boleh aja, tapi pake alasan." Ujar Fira tiba-tiba.

"Alasan gimana?"

"Ya misalkan sakit, ada keperluan keluar mendesak, dan lainnya."

"Oh engga ada. Ya masa alasannya cuma mau rebahan di rumah, nanti bisa bisa gue dijitak sama Rizan."

"Ya makanya udah diem aja, bentar lagi juga beres. Nih makan aja" jawab Raisa serasa menyodorkan snack yang entah ia dapat darimana.

Bener juga! sebentar lagi juga acara berakhir, ia tunggu saja sambil menghabiskan snack milik Raisa.

40 menit berlalu, akhirnya acara sekolah selesai dan para siswa pulang ke rumahnya masing-masing. Seperti biasa Widya akan pulang bersama Esa, dan sekarang ia menunggunya.

"Pulang bareng Esa?" Tanya Azmi yang sedang mengambil motornya.

"Iya"

"Oh ya udah, hati-hati dijalannya. Gue duluan ya."

"Iya, lo juga."

Azmi pergi, Widya sendirian lagi. Tapi serius, kenapa aura di sini tiba-tiba mencekam? Widya merasa ada yang sedang mengawasinya. Tapi untungnya dari kejauhan terlihat Esa datang dengan Rizan, Hadid, dan Fira. Melihat itu Widya bernafas lega dan perasaan tentang ada yang mengawasinya tiba-tiba menghilang.
Apakah karena Esa datang atau memang orang itu pergi, Widya tak tau.

"Lah lo kok disini sendiri, kenapa gak sama Fira aja tadi ke ruang panitia?" Tanya Esa saat melihat Widya duduk sendiri di tempat parkir, bukan apa-apa hanya saja Esa mau takut bagaimana jika hal yang terjadi Rizan terulang lagi pada Widya? Apalagi tadi ia sedang dengan Rizan saat itu terjadi.

"Mager, gue capek jalannya." Jawab Widya seadanya.

"Dasarnya lo emang tukang rebahan, apa apa pasti mager." Balas Esa

"Ya udah bentar gue keluarin dulu motornya." Sambung Esa.

"Heem"

Rizan menghampiri Widya yang tengah menunggu kakaknya mengambil motor, lalu duduk disebelah Widya.

"Wid, maaf ya kayaknya lo kaget sama kejadian tadi siang." Ujar Rizan membuka percakapan.

"Gak usah minta maaf, lagian bukan lo kok yang salah. Tapi lo sekarang udah gak kenapa-napa kan?" Jawab Widya seadanya.

"Gue baik-baik aja, lo sendiri gimana? Ada yang luka?"

"Engga kok, makasih udah khawatir sama keadaan gue."

"Santai aja, lagian wajar kalau gue khawatir." Balas Rizan seraya mengacak rambut Widya, Widya yang diperlakukan seperti itu tersipu dan wajahnya memerah.

"Udah dulu pacaran, waktunya pulang." Ujar Esa tiba-tiba, sontak Rizan menjauhkan tangannya dari kepala Widya dan Widya pun menghampiri Esa kikuk.

"Paan sih lo, siapa juga yang pacaran."

"Halah nyangkal aja lo, muka dah merah gitu masih aja nyangkal." Hadid ikut mengompori.

"Serah deh serahhh ... Ayo cepetan jalan, gue pengen rebahan." Jawab Widya buru-buru, ia benar-benar malu saat ini.

Rizan, Esa dan Fira yang melihat itu hanya bisa tertawa kecil. Widya benar-benar lucu saat ini, wajahnya yang memerah dan sikapnya membuat Rizan gemas sendiri.

"Ya udah deh, gue duluan ya Rizan, Hadid, Fira, byeeee-" ucap Esa sambil perlahan menjalankan motornya.

"Bye bye."

Widya dan Esa sudah pergi, tinggal Fira, Hadid, dan Rizan yang tersisa di parkiran. Saat akan mengambil motornya, Rizan melihat sebuah kertas kecil yang sepertinya sengaja diselipkan pada kaca spionnya. Rizan tak ragu-ragu mengambil dan membacanya.

Dalam kertas itu berisi sebuah catatan.

'Bagaimana permulaan tadi? Cukup menyakitkan bukan?  Lain kali aku akan membuatnya lebih menyakitkan, dan tak hanya kamu saja, tapi seluruh keluargamu. Kalau saja Ayahmu tak melakukan itu padaku, aku tidak akan melakukannya sejauh ini.
Sampai jumpa di waktu yang akan datang!'


Apa ini? Apa artinya semua ini? Apa itu artinya 'dia' juga akan menyakiti keluarganya juga? Lalu apa maksud dari perkataannya tentang Ayahnya yang melakukan, memang Ayahnya melakukan apa?

Berbondong-bondong pertanyaan menghantui Rizan. Hadid yang melihat Rizan melamun sambil memegang kertas itu menghampirinya. Melihat catatan yang ada pada kertas itu, Hadid jelas kaget.

"Apa maksudnya? Lo bakal dicelakain lagi? Dan bukan hanya lo aja, tapi keluarga lo juga?" Ujar Hadid tak percaya.

"Kayaknya gitu." Jawab Rizan.

"Kita harus ambil tindakan, ini udah keterlaluan. Tapi sebelum itu, kita harus tau dulu siapa pelakunya." Ucap Fira begitu melihat catatan itu juga.

"Bener! Tapi kayaknya bakal susah."

"Kalau kita bener-bener nyari pasti gak bakal susah, lagian ini udah kelewat batas zan, udah sampe nyelakain segala."

"Iya, gue rasa gue harus tanya Ayah tentang ini, karena di catatan itu dia bilang Ayah awal dari semua ini."

"Setuju, gue dukung lo. Ya udah kita pulang, udah hampir maghrib."

Mereka pun meninggalkan sekolah, dan pulang ke rumah masing-masing.

****
Hampir mencapai ending nih, tinggal 5-10 part lagi^^
Maaf kalau mungkin tiba tiba kayak gini kejadiannya, tapi tenang nanti bakal dijelasin lebih banyak di part-part yang akan datang.

Tinggalkan vote ya^^

Kenapa Harus Dia?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang