Rizan tiba di rumahnya. Saat masuk ternyata Ayahnya sudah ada di rumah, dan sedang menonton televisi bersama Ibunya dan adiknya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam. Itu kepala kamu kenapa, kok diperban gitu?" Tanya Ibu Rizan khawatir.
"Tadi pas Rizan lagi ngobrol sama Widya di taman, tiba-tiba ada yang pukul kepala Rizan pake balok kayu. Widya sempet ngejar, tapi pelakunya lari cepet banget. Dan katanya yang mukul Rizan itu laki-laki, lebih pendek dari Rizan, pake baju serba item, wajahnya gak keliatan karena dia pake masker, dan dia pake sepatu sneakers warna putih kusam, katanya Widya pernah liat sepatu itu tapi dia lupa." Rizan menceritakan apa yang dia tau.
"Astaga, tapi kamu dan Widya gak kenapa-kenapa kan?" Tanya Ayahnya.
"Widya gak kenapa-kenapa, kayaknya dia cuma ngincer aku. Oh iya yah, tadi aku nemu ini di kaca spion motor pas mau pulang tadi." Jawabnya, sambil menyodorkan kertas catatan tadi.
Ayah Rizan membaca kertas catatan itu. Wajahnya tampak berpikir, lalu ia nampak mengingat sesuatu.
"Kayaknya Ayah tau dia siapa zan." Ujar Ayah Rizan sesudah ia membaca kertas itu.
"Siapa yah? Kasih tau kita, lagian ini udah keterlaluan sekali, ini termasuk pengancaman dan teror." Ucap Ibu Rizan setelah dirinya juga melihat isi catatan itu.
"Kayaknya karyawan yang pernah Ayah laporin ke polisi karena penggelapan dana perusahaan bu, Pak Toni, karena dia satu satunya yang bakal nekat kayak gini. Selain itu, dia juga pernah ngancam Ayah pas dia ditangkap waktu itu, cuma Ayah anggap itu sebagai angin lalu aja." Jelasnya panjang lebar.
"Kalau bener kayak gitu, kita harus lapor ke polisi yah, supaya gak terjadi hal yang tidak diinginkan, apalagi dia ngancam bakal celakain kita semua." Riksa ikut berkomentar.
"Tapi kita butuh bukti lain Riksa, catatan ini aja gak cukup." Jawab Rizan.
"Tunggu kak, bukannya kejadian kakak dipukul itu di sekolah? Mungkin ada rekaman cctv."
"Iya juga ya, tapi jarak cctv sama tempat kejadiannya agak jauh, mungkin kurang." Jawab Rizan membenarkan.
"Gak apa-apa kak, kita cek aja dulu. Dan bukannya kakak juga pernah nerima pesan yang sama? Yang dia ngomong tentang aku dan kak Widya yang ditahan sama dia sampe akhirnya kakak kecelakaan?" Riksa mengingatkan kembali kejadian waktu itu.
"Oh iya bener zan, kita bisa pakai itu. Gini aja, kamu print bukti pesan itu dan kita besok minta rekaman cctv di sekolah dan kecelakaan waktu itu, lalu kita kasih ke pihak polis supaya bisa ditindak lanjuti oleh mereka." Ayah Rizan mengusulkan.
"Boleh yah, kalo rekaman cctv disekolah besok Rizan minta ke petugas keamanan. Tapi untuk rekaman cctv yang kejadian waktu itu gimana yah?"
"Untuk yang satu itu biar Ayah yang urus, kamu ambil rekaman cctv yang di sekolah saja."
"Oke siap."
"Ya sudah kamu mandi dulu zan, terus kita makan malam bersama." Ucap Ibu Rizan.
"Siap bu."
Sementara itu di tempat lain ...
"Sial! Lain kali akan ku buat dia membayarnya dengan lebih menyakitkan. Lihat saja nanti Tedi, keluargamu akan merasakan apa yang keluarga saya rasakan." Ujar Pak Toni serasa memukul meja didepannya.
Ya dia Pak Toni, orang yang dibicarakan oleh Pak Tedi aka Ayah Rizan. Jadi dahulu Pak Toni ini merupakan seorang karyawan bagian perbendaharaan di tempat kerja Ayah Rizan. Suatu hari Pak Toni tercinduk oleh Ayah Rizan saat sedang menggelapkan dana perusahaannya, Ayah Rizan yang memang sudah curiga dan memiliki bukti lain segera melaporkan perbuatan Pak Toni kepada atasannya dan membuat Pak Toni dijebloskan ke penjara.
Namun karena mereka kurang mempunyai bukti kemana uang tersebut hilang, akhirnya Pak Toni hanya di hukum penjara sekitar 6-7 tahun lamanya, dan membuat keluarganya yang tidak tau apapun tentang penggelapan itu mengalami krisis ekonomi yang berat.
***
Widya yang mendapat kabar dari Fira tentang kertas catatan itu langsung kaget, tak terkecuali Esa dan orang tuanya.
"Kamu serius wid? Itu berarti keluarga Pak Tedi dalam bahaya." Tanggap Ayah Widya setelah mendengar kabar itu.
Kenapa Ayah Widya tau Pak Tedi? Karena ternyata tanpa diduga Ayahnya Widya dan Ayahnya Rizan dahulu pernah satu tempat kerja, namun Ayahnya Widya pindah ketempat kerja barunya. Itulah kenapa ia tahu nama Ayah Rizan.
"Kayaknya gitu pah, soalnya dia pernah nyelakain Rizan dua kali dan pasti pesan ancaman itu bukan cuma omong kosong doang." Jawab Widya.
"Papah kira-kira ada gambaran gak, siapa gitu yang berkemungkinan ngelakuin itu semua?" Tanya Ibu Widya.
"Gak ada ma, terlalu banyak orang yang bikin papah curiga."
"Ada pah, barusan Rizan ngasih tahu Esa orang yang mungkin ngelakuin itu semua." Esa yang sedari tadi diam mengeluarkan suara setelah mendapat kabar dari Rizan.
"Siapa sa?" Tanya Ayah Widya.
"Kata Ayahnya Rizan itu mungkin Pak Toni, tapi itu cuma kemungkinan." Jawab Esa seadanya.
"Toni? Bukannya dia orang yang menggelapkan dana perusahaan waktu itu ya?" Ibu Widya berusaha mengingat-ngingat.
"Iya ma dia. Oh iya, kan waktu itu yang ngelaporin tindakan Toni kan Pak Tedi, kayaknya memang bener dia." Ayah Widya mengingat kembali kejadian 9 tahun silam.
"Kalo kayak gitu artinya mereka dalam bahaya pah, kita harus bantu mereka." Usul Widya.
"Boleh. Besok Papah akan hubungi Pak Tedi dan tanyakan lebih jelasnya. Sebaiknya kalian semua tidur, sudah malam."
"Baik pah." Jawab Widya dan Esa bersamaan.
****
Masih belum agak jelas ya keterangannya TT
Tapi tenang nanti akan terkuak lagi fakta-fakta lainnya yang pasti bikin kaget.Tinggal vote oke^^
Makasihhh:3
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Dia?
Teen Fiction[HIATUS] Widya adalah seorang gadis SMA yang sedang jatuh cinta pada seseorang tapi disaat dia sudah bahagia dengan orang yang dicintainya, tiba-tiba seorang pria dari masa lalunya kembali hadir dalam hidupnya. Apakah Widya akan memilih dia atau ses...