Entah sejak kapan aku memulai.
Entah sejak kapan aku mulai merasakan bagaimana rasanya kembali memiliki dan menaruh harapan pada seseorang.
Entahlah aku tidak sadar.
Tapi sekarang apa yang harus kulakukan dengan ini? Apakah ku harus akhiri bahkan sebelum memulai atau melanjutkan namun tanpa kepastian?***
Tinggal beberapa hari lagi acara ulang tahun sekolah akan digelar. Acara itu berlangsung selama satu minggu penuh, dan biasanya pada akhir pekan akan digelar acara puncaknya. Semua orang sibuk merencanakan tentang apa yang harus dilakukan saat acara ulang tahun sekolah nanti, dan yang paling bekerja keras adalah para pengurus OSIS termasuk Rizan, Esa, Hadid, dan Raihan. Karena hal itu juga mereka sering pulang terlambat dan tak jarang pulang pada malam hari.
Selain para pengurus OSIS murid murid pun sama sibuknya, tak terkecuali Widya, Raisa, Salma, Yanti, dan Fira. Saat ini mereka sedang berkumpul sambil membahas tentang apa yang akan terjadi dan apa yang harus dilakukan saat acara nanti di kelas mereka, dan kebetulan juga kelas saat ini sedang jam kosong karena guru mata pelajaran Sejarah sedang ada keperluan dan mengambil cuti.
"Hey menurut kalian apa tema acara kali ini? Denger-denger sih tahun kemarin temanya tentang jaman 90-an gitu, jadi mereka tuh dari mulai lomba-lomba dan semuanya sampe dekorasinya aja berkaitan sama era tahun 90-an, dan katanya itu seru banget." Tanya Yanti, ia terlihat tampak antusias.
"Iya bener tuh, kata Esa aja acaranya seru dan berhasil juga. Tapi untuk tema kali ini, gue belum tau dan Esa juga gak ngasih tau gue, tapi katanya gue dijamin suka sama tema acara tahun ini." Widya ikut menjawab dan ia juga tampak menerka-nerka apa tema kali ini.
"Tunggu-tunggu ... Kata Widya tadi kan si Esa bilang tema tahun ini akan menjamin Widya akan suka, nah jadi Wid apa kira-kira tema yang bakal yang lo suka?" Seperti mendapat pencerahan, Raisa langsung menyambar dan bertanya pada Widya di ikuti oleh kedua ketiga teman lainnya.
"Oh iya bener juga tuh, apa tuh kira-kira Wid?" Salma ikut bertanya.
"Iya Wid apa yang lo suka? Yang lo suka kan banyak, kaya kartun, hal-hal yang romance-romance, Rizan---" Kini giliran Yanti yang berbicara.
"KOK BAWA-BAWA NAMA RIZAN SIH! Gue gak suka sama dia ya mohon maaf." Widya yang mendengar ucapan Yanti langsung memotong ucapannya itu dan menyangkal bahwa ia tidak menyukai Rizan.
"Iya iya deh gak suka, tapi cuma di depan kita doang kalau di belakang sih gak tau, ya gak Yanti ... Hahahaha." Fira ikut-ikutan mengejek Widya, padahal ia tahu apa yang sebenarnya terjadi.
"Udah deh Wid, lo itu harus mulai buka hati lo lagi dan lupain masa lalu. Kalau lo kaya gini terus dan tetep diem di masa lalu, lo gak akan pernah bisa buka hati selamanya dan kesannya lo itu masih ada rasa sama Azmi." Salma mencoba menjadi bijak, namun justru mendapat ejekan dari teman-temannya.
"Tumben lo bijak Sal"
"Bener tuh, tumben banget lo bijak"
"Dapet kata-kata darimana tuh? Dari film? Drakor? Apa lagu? Bagi-bagi kek."
"Gue ngomong serius malah di becandain, dasar temen gak ada akhlak!" Lalu Salma pura-pura merajuk, dan malah membuat teman-temannya tertawa terpingkal-pingkal.
Setelah berhenti tertawa, Raisa lagi-lagi menanyakan tentang Rizan pada Widya karena ia merasa ini kesempatan untuknya bertanya dan tahu apa yang dirasakan gadis itu.
"Eh ngomong-ngomong Wid, lo beneran gak ada rasa apapun sama Rizan gitu? Soalnya ya Rizan sama lo kan makin deket aja akhir-akhir ini." Tanya Raisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Harus Dia?
Teen Fiction[HIATUS] Widya adalah seorang gadis SMA yang sedang jatuh cinta pada seseorang tapi disaat dia sudah bahagia dengan orang yang dicintainya, tiba-tiba seorang pria dari masa lalunya kembali hadir dalam hidupnya. Apakah Widya akan memilih dia atau ses...