"Iki melu kabeh toh?" Yuta tatap sebelas pendaki didepannya yang serempak anggukkan kepala. Sebagai pendaki tertua disini, tentu dia yang harus bertingkah jadi pemimpin, secara natural. (ini ikut semua kan?)
"Nanaaaa,"
Yang dipanggil toleh kebelakang, dapati Jeviar yang jalan kearah dirinya. "Apa?"
"Kamu bawa Milo dong keatas, aku mau bikin entar." Katanya sambil acungkan sebuah termos kecil kedepan Nana. Cewek yang sedang pakai sarung tangannya itu kekeh pelan, anggukkan kepala. Ia memang sudah dikenal jadi duta Milo, jadi kalau tiba tiba kepingin minum yang panas panas, minta saja satu sachet Milo ke Nana.
"Aku bawa kok, tenang aja."
Jeviar senyum kecil, usak sayang surai cewek didepannya. "Ayok, yang lain udah duluan keatas."
Nana angguk kikuk, ekori Jeviar yang jalan duluan sambil hembuskan nafas gugup. Entah, ia tiba tiba jadi gugup, mungkin karena efek usakan Javier tadi.
Yang ini juga sama bulolnya.
Dari Hargo Dalem sampai ke puncak kira kira makan waktu setengah jam-an, kalau tidak pakai istirahat 5 menit yang molor jadi 15 menit.
"Reee!" Nana alihkan kegugupannya sambil panggil Regan yang jalan didepannya, buat yang dipanggil langsung toleh kebelakang sambil angkat sebelah alis. "Napa?"
"Kamu bawa kamera, gak?"
Cowok berdarah Tionghoa itu anggukkan kepala, tepuk pelan tas pinggangnya. "Bawa kok, tenang aja. Nopo? Meh nyileh?" (kenapa? mau pinjem?)
Nana nyengir, "Hehe, hooh. Kameraku memorinya penuh, kalo udah kirimen ning Whatsapp-ku wae."
"Oke."
Sekitaran setengah jam lewat sedikit, rombongan pendaki berisi dua belas orang itu sudah sampai dipuncak. Hampir semua langsung ngacir ke sebuah menara kecil yang tingginya mungkin cuma sekitar dua meter, apalagi kalau bukan untuk ambil foto?
"Nana potoin akuu!"
Itu Felix, yang sedari tadi tidak Nana dapati dalam radius pandangannya. Cowok bersurai cotton candy itu menghilang dari tadi, dan datang datang langsung minta Nana untuk ambil foto dirinya.
"Kamu kemana sih dari tadi? Aku nggoleki lho, Peliks." Nana menggerutu, ambil hape Felix dari tangan si pemilik. Yang diomeli malah nyengir, "Aku daritadi bareng kak Chan, hehe. Ojo ngambek dong, cantikku." (nggoleki: nyariin)
"Iya iya sana gaya, tak potoin."
Felix langsung kembali kedepan menara kecil itu, buat berbagai pose sementara Nana ambil banyak potretnya pakai hape milik Felix.
"Kamu gak gelem tak potoin juga?" Tanya Felix, goyangkan hapenya yang sudah dikembalikan Nana. Cewek berturtleneck navy itu berdecak, "Yawes, boleh deh."
Sementara cowok berjaket navy itu memekik senang, mulai sesuaikan kamera hapenya untuk ambil foto sepupunya itu. Soalnya, jarang jarang kan, seorang Hana Xavery mau difoto?
"Udah!" Felix angkat jempolnya, buat Nana langsung beranjak dari menara kecil itu. Tapi tidak jadi, kala suara Javier terdengar.
"Na bentar dulu!"
Cowok yang sudah lepas beanie-nya itu langsung arahkan kameranya kearah Nana. "Say cheese!"
Nana yang masih kebingungan langsung ambil pose tergampang yang biasa ia pakai, masukkan tangan ke saku celana sambil beridir miring angkat kaki kanannya kekanan.
Javier nyengir ketika Nana berjalan kearahnya dengan wajah kebingungan. "Ngagetin aja kamu."
"Hehe, sori. Kamunya cantik ih, kan sayang kalo gak dipoto." Cowok berjaket hitam dan masker motor itu lanjut nyengir, buat Nana yang salah tingkah refleks tendang pelan betis Javier. "Jav, ih."
"Udah, ayo ke tebing sana, ikut poto poto bareng bang Yuta sama kak Chan." Javier tunjuk ke satu arah, lalu lanjut setel kameranya untuk kembali mulai vlog. "Duluan sana, aku ngevlog bentaran."
Nana angguk pelan, jalan kearah gerombolan yang sedang heboh pasang dua bendera merah putih tiruan di tongkat daki. Mereka adalah Kevin, Jevan, Haris, Yuta yang hanya nonton tanpa bantu tapi ikutan heboh, bersama Chan yang sibuk tertawa lihat kehebohan mereka.
"Eh Na, bantuin sini!" Chan labaikan tangan kearah Nana, buat cewek surai pendek itu langsung menyusul kearah gerombolan yang sibuk teriak heboh itu.
"IKI PIYE CARANE--EH NANA BANTUIN GUA DONG," Itu Haris, entah kenapa anak Jaksel itu tiba tiba berbicara pakai bahasa Jawa--mungkin ketularan Regan, karena dua manusia itu selalu bersama daritadi. (ini gimana caranya)
Nana langsung jongkok, rebut tongkat daki yang sudah dipasang bendera dengan berantakan itu. "YA ALLAH HARIS KALO DIIKETNYA GINI YA GAK BAKAL KEPASANG!"
"Oke guys, aku gak bawa drone, sori banget pemandangannya gak bisa kerekam semua huhuhu." Javier datang, langsung sorot kameranya kearah Nana. "Ini cantikku lagi ngapain?"
"Cantikku ndasmu segitiga."
Javier tergelak, cowok yang pegang kamera itu langsung beri ucapan sampai jumpa pada kameranya sebelum matikan benda itu. "Kalian heboh ngapain sih??"
"Haris ra iso masang bendera, padahal yo ngene thok lho ya???" Nana yang masih emosi langsung sodorkan tongkat yang sudah diikat bendera dengan rapi. Haris nyengir, "Hehe, gak usah ngamuk dong, cantiknya Javier." (ngene thok: gini doang)
"KENE NGOMONG SEKALI NEH TAK GEBUG!"
×××
"Na,"
Nana toleh, "Iya?"
Jeviar malah tidak jawab, netranya masih tatap kagum pemandangan matahari terbenam didepan mereka. Ia kemudian tundukkan kepala, terkekeh sendiri.
"Gak jadi deh, besok aja."
Jarinya gerak, dilesakkan diantara tangan kecil Nana, genggam tangan milik kesayangannya itu hangat hangat.
"Salah gak sih, aku mulai sayang sama seseorang kurang dari tiga hari?"
Bersambung...
maap kalo jadi krinj ya🙏
btw
WTF HE'S SOOO CUTE AND FINE AF 😭😭
published on; May 3rd 2021, 23:03 wita