delapan

2 0 0
                                    



Sehabis makan siang di warung Mbok Iyem, kumpulan pendaki itu pilih buat leyeh-leyeh sambil cerita ngalor ngidul. Mereka rencananya mau muncak sore ini, mau ngejar sunset katanya.

"Eh, kowe-kowe tau krungu gak, jarene Hargo Dalem angker-e sak mbiyen-mbiyen." Yuta mulai bercerita dengan heboh, pakai logat Jawanya yang sangat fasih. Javier, Chan, Prima dan Nana langsung merapat ke cowok Jepang itu, karena keempatnya suka dengar cerita horor. (eh, kalian pernah denger gak, katanya Hargo Dalem angker parah)

"Gak tau, bang." Hana membalas.

Kevin yang mulai tertarik pun menggeser tempat duduknya mendekat, "Emang denger darimana, bang?"

Yuta nyengir, "Baca buku, hehe."

"Bukune genre opo?"

"Fiksi."

"YAAAAAAAH," Kelimanya bersorak kecewa, tatap bengis Yuta yang kini malah tergelak keras sampai hampir terjungkal kebelakang.

"Ancen juancok arek iki," Chan yang terlampau geram gerak toyor kepala cowok setahun diatasnya itu, buat si empunya meringis. "Yo ra usah ditoyor toh, brengski!"

Nana kekeh pelan, kepalanya toleh kekanan kala bahunya memberat. Rupanya itu Javier, sandarkan kepalanya yang ditutupi beanie hitam ke bahu Nana.

"Ngantuk, Jav?"

"Nggak, capek aja. Kakiku rasane koyok meh remuk."

Cewek berhoodie abu abu itu gerak tepuk pelan bahu Javier, "Istirahat dulu, muncaknya masih dua jam-an lagi."

Javier anggukkan kepala, matanya dipejamkan. Ia tak niat untuk tidur, hanya pejamkan matanya yang terasa panas, entah mengapa.

"Kene, kene. Aku wae sing crita." Jevan beringsut kedalam lingkaran yang mereka buat, paksa dirinya duduk diantara Kevin dan Nana. "Aku duwe crita horor akeh, soale." (sini, sini. Aku aja yang cerita) (aku punya banyak cerita horor soalnya)

Prima langsung antusias, "Ayok bang."

Sebelum mulai, cowok pirang itu berdehem pelan terlebih dulu. "Mbiyen pas SMP, aku kan pernah melu kemping Pramuka ning pedalaman ngono--"

"Van, gak usah pake bahasa Jawa ah. Berantakan bahasa Jawa lo." Sela Kevin, cowok yang pakai baseball cap hitam itu tutupi kedua telinganya pakai tangan. Dengar kata Kevin, Jevan langsung tabok bahu sahabatnya itu. "Sialan."

Kevin tergelak, sementara Jevan lanjutkan ceritanya yang sempat tertunda. Kali ini pakai bahasa Indonesia--pakai logat kota asalnya, Jakarta.

"Dulu pas SMP, gue pernah kan, ikut Persami gitu di pedalaman. Pokoke jauuuuh dari pusat kota gitu lah. Kevin waktu itu gak ikut, lagi dirawat di RS gegara kena DBD. Kan, bro?" Jevan senggol lengan Kevin, buat si empunya angguk saja. "Heem."

"Pas hari pertama, normal normal aja kan, tidurnya juga nyenyak aja. Tapi pas pagi hari keduanya, kita setenda dibangunin sama suara lagu lagu kuno gitu. Gue mikirnya, ooh mungkin ini kakak pembinanya alarm keliling kan. Taunya pas anak setenda bangun terus pada keluar tenda, diluar masih gelap gitu, pas dicek masih jam setengah empat, tenda tenda juga masih pada nutup, belom ada yang bangun. Jadi yaudah, pada balik lagi kedalem ngelanjutin tidur."

Jevan jeda ceritanya, tatap muka sebelas orang yang sedang perhatikan ceritanya dengan muka serius.

"Beberapa menit habis itu, ada suara lagu kuno lagi. Satu orang ngecek keluar tenda kan, tapi gak ada apa apa. Udah takut duluan anak setenda kan itu, terus kalian tahu?"

"Gak."

Cowok pirang itu tahan tawanya dengar suara kompak sebelas pendaki didepannya.

"Itu suara nada dering hapenya salah satu anak regunya kita! BWAHAHAHAAAANJIIR AMPUN PIN!!"

Lagi lagi Kevin, cowok bule itu jambak surai pirang sahabatnya. "Jevan taiii!"

"Bang Jekop ih!" Nana ikut tabok bahu Jevan yang duduk disampingnya. Sementara Jevan? Cowok yang kini pakai kemeja kotak kotak sebagai luaran kaos hitamnya masih terbahak--sesekali meringis karena rambutnya yang dijambak makin brutal oleh Kevin.

Jeviar ikut tergelak, tatap muka kesal Nana sambil nyengir lebar. Rasanya ia ingin cubit gemas pipi gembul itu, sampai pemiliknya keluarkan protes. Ia terlampau gemas.

"Javier bulol," Yang dikatain toleh kekanan, lihat Hilo yang terkikik sambil tunjuk mukanya. "Ini belom jadian, kalo udah gimana ya?"

"Gak tau," Javier naik turunkan alisnya, "Makannya doain aku jadian sama Nana, ya?"

"DENGAN SENANG HATI, CUK!"

Haris disamping Hilo ikutan manggut manggut, "Daripada ngeliatin Javier ngenes sendiri entar."

"Oalah juancok."












Bersambung...

HAI GES WKWKWK sori nunggunya kelamaan

Nih bonus babang Jekop

Published on; May 2nd 2021, 16:45 wita

Hanendra's; ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang