"Mas diminum kopinya. " ujar Nining pada Seung Gi. Seung Gi tengah berkutat dengan kayu yang baru siap dia amplas. Tripod alaminya sudah hampir jadi. Modal dari tutorial youtube tapi hasilnya cukup memuaskan. Jika tripodnya sudah jadi, Seung Gi bisa puas mengambil gambar keindahan Pulau Jalan."Imo, aku diundang ke rumah Pak RW. Katanya mau buat panitia 17 an. " cerita Seung Gi. Ia mengaduk kopi yang disediakan oleh Nining.
"Oh iya, bentar lagi 17 an ya mas? Haduh senangnya." Nining memang sangat bersyukur, saat 17 an merupakan saat-saat yang ia rindukan.
"Argh.. " teriak Seung Gi. Ia tanpa sadar minum kopi yang masih panas. Bibirnya melepuh dan tangannya tersiram sedikit kopi.
"Ditiup dulu mas, itu asapnya masih ngepul." ujar Nining sambil sigap mengambilkan serbet. Tangan Seung Gi masih kepanasan. Nining dengan telaten mengelap tangan Seung Gi yang tampak kemerahan.
"Imo.. " panggil Seung Gi
"Eoh.. " jawab Nining
"Apa menurut imo akan ada yang mengenaliku kalau aku pergi ke pertemuan?" tanya Seung Gi. Seung penasaran. Ada satu hal yang baru ia sadari setelah menyendiri selama beberapa hari. Ternyata dia memang suka berinteraksi dengan orang lain. Jujur dia mulai bosan dengan kesendirian. Ia rindu berinteraksi normal seperti manusia biasa, tanpa embel-embel bintang besar di belakang namanya.
"Entahlah mas, tapi selama mas jalan-jalan disini belum ada yang sadar kan? " tanya Nining sambil mengompres tangan Seung Gi dengan air. "Kenapa? Mas mau pergi?"
Seung Gi menengadah melihat langit yang bersih dari awan. Ia ingin pergi,tapi takut jika wajahnya dikenali.
"Kalau saya bilang, terserah mas aja, mending mas pikir baik-baik resiko dan untungnya. " ujar Nining. Nining meletakkan kompres pada tangan Seung Gi di atas meja.
"Tapi yah mas menurut penglihatan saya, penduduk Pulau Jalan ini simple. Mereka tidak terlalu terekspos infotainment. Wong rata-rata yang tinggal hanya orang tua, anak-anak remaja nya sudah pergi ke kota besar. Paling hanya pekerja pemerintah nya yang masih muda. Seperti mbak Hana dan Jasmin."
Sepertinya Nining mendukung Seung Gi pergi ke rumah Pak RW. Nining termasuk orang yang kasihan dengan Seung Gi. Sejak masih remaja sudah terekspos media. Temannya rata-rata dari kalangan selebriti juga. Tentu Seung Gi belum pernah merasakan bagaimana berbaur dengan masyarakat sebagai manusia biasa.
Seung Gi kembali mengamplas kayu yang sudah setengah jadi. Entah mengapa masih ada keraguan dalam diri Seung Gi. Terlebih kemarin malam Kim Won bilang sudah ada satu artikel yang terbit memberitakannya pergi ke luar negeri.
Malam hari, Seung Gi memutuskan untuk makan malam di teras rumahnya yang menghadap laut dan bukannya ikut pertemuan di rumah Pak RW. Lebih baik dia main aman.
Keindahan pantai saat malam hari tidak kalah dari saat siang hari. Seung Gi melihat ke langit. Masih langit yang sama dengan yang ia lihat saat di Seoul, tapi ada yang berbeda. Bintang-bintang jauh lebih terlihat. Angin sepoi-sepoinya juga sangat menyenangkan. Seung Gi jadi ingin minum soju. Saat seperti inilah dia sadar, ternyata dia memang bukan tipe orang yang suka menyendiri. Contohnya sekarang, Seung Gi memikirkan akan sangat menyenangkan kalau dia punya teman bicara saat minum soju. Nining tidak suka minum, dan dari tadi sibuk video call dengan suaminya di dapur.
Saat Seung Gi ingin beranjak untuk mengambil soju, ada sesuatu yang tertangkap matanya. Di ujung pantai ada seorang anak kecil, sedang berjongkok, dan memakai celana putih. Anehnya anak kecil itu botak dan tidak pakai baju. Seung Gi pikir anak kecil tadi adalah salah satu dari anak-anak yang bermain sore tadi. Seung Gi lalu melihat ke jam tangannya. Sudah pukul 10.25 malam dan anak kecil itu masih di pantai bahkan tidak pakai baju?. Seung Gi mengerutkan alis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulau Jalan
FanfictionPulau Jalan. Sebuah pulau di kepulauan seribu. Populasi 5648 orang. Hanya berjarak 1 jam dengan kapal untuk sampai Jakarta. Ada 5 minimarket, 1 pelabuhan, 7 klinik, dan yang lebih penting alam yang sangat indah. Semua orang mengenal satu sama l...