Chapter - 22

26K 1.9K 211
                                    

Sebenarnya Taehyung marah karena wanita tersebut telah berani menunjukan tubuh sialnya di hadapan Jungkook.

‘Sial, bahkan dirinya saja belum pernah menunjukan miliknya dihadapan Jungkook. Wanita tersebut malah duluan mencuri start darinya.’ Gigi Taehyung langsung bergemetuk kuat mengingat betapa polosnya Jungkook menatap tubuh wanita itu.

***

Waktu berlalu dengan cepat.

Tidak banyak hal yang berubah, hanya saja Jungkook dan Taehyung semakin sibuk. Jungkook mulai menyesuaikan dirinya sendiri dengan tumpukan kertas dan dokumen yang selalu menggunung di atas meja kerjanya. Walaupun dia tidak terlalu mengerti dengan isinya, namun dia bersyukur sekertaris Taehyung, Jimin hyung selalu membantunya.

Mengenai insiden wanita kali itu, ternyata bukan hanya satu kali. Jungkook sepertinya sudah terbiasa, mendengar wanita yang meraung-raung di depat pintu kerja Taehyung.

‘Ckckck.’

Jungkook tidak habis pikir berapa banyak wanita yang dipermainkan oleh laki-laki yang sedang duduk di kursi kebesarannya itu.

Ah, harus Jungkook akui kalau Taehyunglah yang membuatnya mulai terbiasa dengan semua kejadian yang ada. Pria itu sungguh ahli menjungkir balikkan jantungnya. Taehyung sangat tidak tertebak, entah apa yang dilakukannya kemudian saja dia tidak tahu.

2 tahun dia harus bekerja disini agar dia bisa bebas, seperti janji Taehyung dan dia harus segera terbiasa dengan semuanya.

Harus!

***

“Setelah ini anda ada rapat dengan Mr. Tom perwakilan dari J Holding mengenai pembangunan cabang perusahaan baru di Milan.”

“Anda juga ada janji temu dengan Mr. Lim saat makan siang di Hotel  Signiel.”
“Setelah makan siang anda ada rapat dengan divisi internal mengenai pengembangan program baru pukul 14.30.”

“Apakah anda punya jadwal lain?” tanya Jimin.

“Tidak ada, hanya saja tambahkan waktu rapat dengan Mr. Tom. Sepertinya pembahasan kali ini akan sedikit lebih lama.” Ujar Taehyung.

“Baik.”

Jungkook mendengarkan dengan seksama apa yang dibahas mereka berdua, sambil mencoba mensejajarkan langkahnya, ‘Apakah mereka tidak lelah berjalan secepat itu?’

Mereka akhirnya sampai di pintu besar berwarna coklat kayu, Jimin langsung membuka pintu tersebut membiarkan Taehyung masuk terlebih dahulu. Disana ada seorang pria yang terlihat cukup dewasa dengan balutan jas berwana abu-abu dan seorang wanita berdiri dengan tegap dibelakangnya.

‘Sekertarisnya, kah?’

Dengan langkah besar Taehyung menghampiri pria tersebut dengan senyum tipis, senyum formalitas. “Morning Mr. Tom,” ucap Taehyung sambil mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.

“Morning Mr. Kim.” Balas Mr. Tom menjabat tangan Taehyung.

“Bisa kita mulai saja?” tanya Taehyung.

“Tentu.” Mr. Tom langsung memerintahkan sekretarisnya untuk menyerahkan berkas yang sudah mereka siapkan sebelumnya.
Jungkook hanya bisa memperhatikan semua itu dengan keadaan diam, dia tidak tahu harus melakukan apa disini selain mencatat apa yang dirasa perlu. Ah, sebenarnya Jungkook juga bingung apa yang harus dicatat. Hanya coretan tinta tidak beraturan di buku kecil yang ada ditangannya.

Untuk mengusir rasa bosan dan ketidaktahuan dirinya mengenai semua pembicaraan berat yang dilakukan oleh orang-orang berpendidikan tinggi yang berada diruangan itu, kecuali dirinya.
Rasa kantuk mulai menyarang, Jungkook berusaha untuk mempertahankan posisi tegap, setidaknya dia terlihat lebih professional dengan posisi itu.

Tiba-tiba Jungkook merasakan elusan lembut di paha kanannya, membuat Jungkook secara spontan melihat apa yang sedang memegang pahanya.  ‘Ahjussi satu ini.’ geram Jungkook dalam hati.

‘Tidak bisakah dia melakukannya ditempat tertutup dan tidak ada orang lain seperti ini? Bagaimana kalau mereka melihatnya?’
‘AGGHHRR, APA YANG AKU PIKIRKAN?! MELAKUKANNYA DITEMPAT TERTUTUP?! APA AKU SUDAH GILA?! YANG BENAR SAJA!’
Jungkook mencoba secara natural untuk menyingkirkan tangan Taehyung dari pahanya. Namun, bukannya menyingkir Taehyung malah dengan erat menggenggam tangan Jungkook sambil mengelus dengan lembut mengelus pungggung tangan Jungkook.

Jimin yang sedari tadi melihat itu hanya bisa tersenyum kecut, mengapa sahabatnya menjadi semaniak itu?

Sahabat gilanya ini apakah tidak tahu situasi dan kondisi? Tidak bisakah dia melakukannya setelah selesai rapat? Sepertinya dia harus menyewakan kamar hotel setelah ini.

---

Rapat suntuk itupun akhirnya berlalu dengan pembahasan yang sangat memuaskan dan berakhir dengan masaknya kedua pipi Jungkook yang sedari tadi bersemi menahan rasa malu dan marah.
“Senang berkerja sama dengan kalian, Mr. Tom.” Taehyung tersenyum tipis.

“With Pleasure, Mr. Kim.” Mereka berdua akhirnya berlalu keluar ruangan, meninggalkan Jungkook dan Taehyung berduaan saja diruangan itu.

Dimana Jimin? Terntu saja dia sudah keluar, dia tahu situasi dan kondisi daripada kena amukkan Taehyung lebih baik dia terlebih dahulu melarikan diri.

Taehyung masih saja belum melepaskan genggaman tangan kirinya, yang masih erat memegang tangan kanan Jungkook. Jungkook yang sedari tadi hanya bisa diam tidak bisa berbuat apa-apa walaupun dalam hatinya sudah meledak sumpah serapah yang dia tunjukan kepada orang disampingnya ini.

Tanpa aba-aba tiba-tiba Taehyung menarik kursi yang diduduki Jungkook sehingga tubuh Jungkook sekarang sendag berhadap-hadapan dengan Taehyung.
Dengan mudahnya Taehyung mengkat tubuh kurus Jungkook sehingga dia sekarang duduk di pangkuan Taehyung. “Dengar Jungkook, kau tidak perlu takut apapun ataupun bingung. Apapun yang terjadi milik Kim Taehyung tidak akan pernah menundukan pandangannya.” Telunjuk Taehyung mengangkat dagu Jungkook dengan perlahan.

Taehyung memajukan wajahnya mulai mengecup lembut bibir Jungkook sebelum menjadi lumatan-lumatan yang semakin intens yang memabukkan.

Tapi, sebenarnya Jungkook sangat takut dan bingung terhadap Taehyung sendiri.

Dan authornya yang mulai bingung cerita ini mau dibawa kemana.

***

Akhirinya setelah sekian purnama.

Semoga kalian bisa tetap menikmati cerita ini guys!

Happy reading!!💚💜

When the Devil Fall in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang