Chpt.8

864 159 14
                                    

'Tidak. Ini tak mungkin terjadi. Ini hanya mimpi. Hanyalah mimpi.'

'Tidak.'

'Tidak.'

'TIDAK.'

"(Y/n)! AWAS!"

BRAKK

Kesedaran (Y/n) mulai menghilang. Tak lama kemudian datang seseorang, yangtak dapat ia kenali, pandangan menjadi kabur dan suara-suara yang berasal entah darimana menjadi samar.

* * *

Gelap. Hanya itu yang di lihat oleh (Y/n). Tak lama kemudian munculah sosok yang paling penting baginya.

'Nii-chan'

"(Y/n) percayalah dengan apa yang di katakan oleh Jean. Kau tak bisa menolak takdir, maaf, aku mengingkari janjiku. Dan juga kita pasti akan bertemu kembali suatu hari nanti, sampai saat itu tiba..."

"Kami akan menunggumu"

Sosok yang berdiri di depannya pun menghilang, lalu perlahan muncul cahaya, yang semakin lama semakin terang menyilaukan mata (Y/n). Beberapa saat kemudian (Y/n) pun tersadar.

Ia mulai melihat ke sekitarnya, dia berada di salah satu ruang pengobatan dan juga sepertinya ada seseorang di sebelahnya. Saat mencoba melihat lebih jelas, orang itu adalah Jean yang tertidur di sebuah kursi di sebelah kasur (Y/n).

"Jean..." lirih (Y/n)

Tak lama kemudian sosok yang terpanggil pun membuka matanya."(Y/n)! Untunglah kau sudah sadar." Ucapnya memeluk (Y/n) matanya bengkak seperti habis menangis.

Namun (Y/n) tak membalas pelukan itu, "Jean. Tolong katakan padaku."

"Katakan apa?"

"Dimana Nii-chan? Dia hidup kan? Mana dia?"

Jean terdiam, tak tau harus menjawab apa, dia menggigit bibirnya mengingat sahabatnya itu. " Dia—"

BRAK

Pintu ruang tersebut terbuka lebar, menunjukkan2 sosok yang tak kalah berharga bagi (Y/n).

Sasha langsung melesat kearah sabg gadis, "(Y/n)!!"  Memeluknya erat, "akhirnya kau siuman juga. "

"Oi! Sasha! Dasar tidak sopan, masuk ruangan tidak ketuk pintu terus malah langsung peluk-peluk orang sakit. " Omel Connie yang mencoba menarik Sasha yang memeluk (Y/n)

"URUSE Connie! Kau kan juga tadi bilang bahwa kau ingin memeluk (Y/-"

HAP

Connie menutup mulut Sasha agar tidak menyelesaikan kalimatnya. Kemudian, meminta maaf pada (Y/n). "Maaf (Y/n). . .dan juga jangan dengarkan yang dia katakan. Dia sudah gila. " Ucap Connie sembari tersenyum dan tetap menutup mulut Sasha yang memberontak.

"Kau juga tak waras!"

Dan mulailah adu bacot diantara dua orang tak waras ini. Membuat Jean kesal, "Oi kalian! Jangan berkelahi di ruangan ini apalagi (Y/n) barusan siuman!"

Namun mereka tak menghiraukannya karena kesal Jean pun mengambil segelas air dan melemparnya kearah mereka. Akhirnya mereka pun berhenti.

Seketika kedua orang seotak itu berhenti, menundukkan kepala mereka sembari duduk, sekali-kali menyenggol tangan satu sama lain halnya anak kecil yang bertengkar.

(Y/n) yang pertanyaanya belum terjawab, membuka suara, "Jean, kau belum menjawab, dimana Niichan? "

". . ."

Tak ada jawaban. Seketika ruangan yang sunyi itu terasa mencekam dan hawa-hawa sedih.

"Jawab pertanyaanku. Jean. " Ucap (Y/n) mencoba sabar,

(Y/n) yang kesal karena diabaikan Jean, beralih kedapa kedua temannya yang basah kuyup, "Sasha? Connie?" Tanya (Y/n) sembari melihat mereka satu persatu.

"Kenapa kalian diam?"

"Ada apa dengan kalian? Jawab pertanyaanku. "

Semakin lama, kesabaran (Y/n) semakin tipis, "hei! Aku sedang berbicara pada kalian! "

Mereka hanya melihat lantai dengan tatapan penuh rasa sedih dan juga kesal. (Y/n) masih tetap menolak kenyataan.

"Tidak. Kalian berbohong."

"Tak mungkin itu terjadi,"

"Tidak. Tidak. Tidak. Tidak. TIDAK. TIDAK!" Bentak (Y/n) menarik-narik rambutnya.

Sasha sigap berdiri,berjalan kearah temannya, tak tega. "(Y/n) tenanglah—"

BRAKK

(Y/n) berdiri dari kasurnya dan menarik kerah baju Sasha. Membuat ketiga temannya membulatkan mata mereka, Sasha pun terdiam.

"BAGAIMANA?!"

"Bagaimana caranya aku bisa tenang kalau mendengar bahwa kakakku mati?"

"Bagaimana?!"

Lalu terdengar suara yang familiar bagi (Y/n), "Yo, (Y/n)!"

"Ehh?"

Sosok itu pun segera berjalan kearah (Y/n), dan (Y/n)/pun melepaskan Sasha.

"Hange-san." Panggilnya, pada sosok berkecamata itu.

"Katakan padaku. Nii-chan, dia hidupkan?"

Mata (Y/n) penuh dengan air mata, tak mau menerima realita. Sosok yang di panggil Hange itu pun memeluknya. "Aku mengerti perasaanmu saat ini, tapi kau tak bisa menolak takdir. Tak apa, menangislah. "

Air mata (Y/n) mengalir deras, isakan demi isakan keluar dari mulut sang gadis. Trio bobrok yang sudah izin keluar dari ruangan, tak tega melihat teman mereka menjadi media begitu.

Diluar ruangan, mereka bertiga berjalan melewati koridor. Tak ada yany bersuara, hanya kesunyian, mereka saja sangat tertekan akan kematiaan Marco, bagaimana dengan adiknya sendiri.

Pada saat itu juga, Jean merasa gagal.

TBC





[REVISI&HIAT]|Attack On Titan x Fem Reader| Where stories live. Discover now