Tiga

200 37 8
                                    

"Dengar Winwin, Jangan pernah buka pintu untuk siapa pun. aku sudah kasih tahu kan, cara mengunci pintunya bagaimana? Terus, jangan pernah menyalakan kompor. kalau kamu lapar, ada roti di kulkas. nanti siang, aku pulang membawakan makanan sekaligus untuk malam, karena sepertinya aku akan pulang terlambat. Terus lagi, kalau kamu mau tidur, semua lampu jangan lupa dimatikan, terus pintu kamar dikunci. mengerti?"

Mungkin Kekhawatiran Lucas agak berlebihan, tapi menurutnya itu masih masuk akal. makanya begitu akan berangkat bekerja, setelah kemaren meliburkan diri dengan alasan sakit kepala, Lucas menyampaikan sederet nasehat yang entah dapat dimengerti atau tidak oleh Winwin.

Winwin hanya mengangguk-angguk dengan wajah dipenuhi senyum.

"kalau begitu aku pergi dulu."

Lucas menyambar tas di atas Sofa yang telah ia persiapkan. sambil menoleh kembali, melihat seisi rumah untuk mengecek apakah kompor sudah dimatikan, apakah kunci sudah ditaruh di tempatnya, apakah masih ada yang janggal, rasanya baru kali ini Lucas berangkat kerja dengan segudang pikiran.

Biasanya yang menjadi beban baginya hanyalah tangki bensin mobil yang tinggal satu garis di akhir bulan.

"aku pergi dulu." ucap Lucas kembali. terdengar tidak yakin, tapi pada akhirnya ia melangkah ke luar.

Winwin kembali mengekor, tapi anehnya saat Lucas hendak melangkah, Winwin justru menahannya.

"kenapa?" Tanya Lucas heran. Bukannya ia tadi sudah pamit? apa masih ada lagi yang kurang? batinnya bertanya-tanya.

"Lucas mau kemana?"

"Ke kantor. aku mau kerja ke kantor." Jawab Lucas menanggapi pertanyaan Winwin yang tentu saja aneh.  "Tadi kan aku sudah menjelaskan, kalau aku akan ke kantor."

"Kantor itu dimana? Jauh?"

Pertanyaan Winwin selanjutnya membuat Lucas yakin kalau ia akan terlambat sampai di kantor karena sepertinya ia tidak akan bisa selesai dalam waktu singkat. sayangnya, Lucas tidak mau terlambat.

"Winwin dengar," Akhirnya Lucas berusaha tegas. Lucas menaruh kedua tangannya di atas bahu Winwin sambil memberikan tatapan serius. "aku harus bekerja ke kantor. tapi tidak lama nanti pulang lagi. kantorku tidak begitu jauh, tapi aku harus naik mobil karena bawaanku banyak." Kenapa juga cerita soal bawaan? "Pokoknya aku pergi bekerja dulu, ya."

Seperti saat dinasehati tadi, sepertinya Winwin tidak tahu jika yang namanya bekerja berarti pergi meninggalkan rumah ke tempat yang lain.

apa Winwin kira aku tidak akan pulang?

Bisa saja, karena raut wajah Winwin begitu melepasnya di ambang pintu tampak sangat sedih. padahal hanya pergi ke kantor. dan siang nanti ia juga berencana pulang lagi demi mengecek bahwa Winwin memang sudah bisa ditinggalkan.

Namun, jika keadaannya seperti ini, beban untuk pergi bekerja rasanya lebih berat.

"Huh.." Napasnya terembus ketika membuka pintu mobil dan melihat sosok Winwin berada di balik jendela menatapnya dengan pilu. "Pergi kerja saja, harus drama begini." Komentar Lucas pada kehidupannya sendiri.

💙💙💙

Gedung kantornya berada di pusat kota, dengan bangunan tinggi yang menyimpan puluhan studio di setiap lantainya.

Setelah melewati beberapa ruangan, pagi itu cepat-cepat Lucas menaruh perlengkapan yang ia bawa di ruang kendali. kemudian melangkah menuju ruang HRD yang ditempati oleh Miss Wendy.

"Hai." Sapa Lucas di ambang pintu kaca. "apa saya mengganggu Miss?"

"Hai, Lucas. tidak kok. ada apa?"

"Jatah cutiku, masih banyak kan?" Tanya Lucas kemudian, masih belum beranjak dari tempatnya seakan masih berbasa-basi.

"Kapan kamu pernah cuti?" Namun, Miss Wendy malah melempar balik pertanyaan tersebut sambil terkekeh. "Tiga tahun bekerja disini, baru kali ini kamu menanyakan cuti. kenapa?"

"Ya, mau cuti lah." jawab Lucas yang agak merasa tidak enak.

Setiap pegawai disini memang memiliki  jatah cuti, tapi Lucas jarang berpikir untuk cuti. Paling ia hanya mengambil jatah libur mingguan saja, dan ia rasa cukup.

Namun, kali ini berbeda. ada waktu kosong lebih banyak yang ia butuhkan untuk Winwin. setidaknya, urusan Winwin ini jauh lebih penting daripada posisinya di kantor yang tentu bisa digantikan oleh rekan kerja lainnya.

Miss Wendy meraih selembar kertas di dalam lacinya. Formulir untuk cuti yang nanti harus Lucas isi dan ditandatangani oleh atasannya, Miss Irene. "Kamu mau menikah, ya?"

"Tidak." Jawab Lucas kemudian sambil terkekeh. "Lagi ada urusan penting saja. urusan keluarga." Ucapnya beralasan.

"Urusan keluarga apalagi coba kalau bukan menikah?"

"ya, pokoknya ada deh. acara keluarga, penting sekali."

"iya. iya. saya tidak akan bertanya-tanya lagi. tapi kalau kamu mau ambil, maksimal cuma satu minggu, ya" Miss Wendy lalu menyerahkan lembaran surat itu pada Lucas yang segera diambil dengan penuh senyum.

Sekarang hanya perlu membuat Miss Irene menandatangani formulir ini, lalu sepenuhnya Lucas akan berkonsentrasi untuk menyelesaikan urusannya dengan Winwin.

Ini tidak bisa ditunda lagi karena bisa jadi masalahnya tambah parah.

💙💙💙

Secepat kilat Lucas berlari menuju mobilnya di parkiran sambil merogoh saku celana untuk mengeluarkan kunci.

Jam satu siang, dan saking asiknya bekerja, sampai lupa janji pada Winwin untuk pulang dan mengecek apakah Winwin sudah menghabiskan jatah makannya, apa kompor tidak menyala, tabung gas tidak meledak, air di keran sudah dimatikan?

Terlalu banyak pertanyaan dan kekhawatiran dalam benaknya sehingga ia tidak mendengar namanya dipanggil dengan keras.

"Lucas, tunggu!"

Barulah saat membuka pintu mobil, Lucas menyadarinya, dan menoleh ke arah sumber suara yang ternyata adalah Ten.

Laki-laki berambut hitam dengan wajah yang terlihat cantik itu tampak terengah-engah. "mau kemana, buru-buru sekali?"

"eh, ada yang ketinggalan di rumah, Ten." Jawab Lucas dengan alasan yang ia yakin pasti sempurna.

"oh, kebetulan. aku numpang ya. Miss Irene minta aku ambil bahan script untuk suting nanti sore di rumah Pak Suho. Berkas script nya harus aku kerjakan siang ini juga. rumah Pak Suho kan sejalan sama rumah kamu, lagipula sopir kantor penuh, baru ada jam tiga." Jelas Ten panjang lebar.

Namun, tentu saja permintaan itu membuat Lucas mematung sejenak.

Hell No!

Hampir ia berseru karena sudah pasti Ten akan ikut mampir ke rumahnya. dan apa yang terjadi jika rekan kerjanya ini melihat Winwin di rumah?

"Eh, tapi Ten, sepertinya aku mau ke tempat lain dulu. mobilku aki nya agak Soak, takut nanti mogok di jalan." ucap Lucas lagi semakin beralasan.

"Oh, ya sudah, nanti aku tunggu di rumahmu dulu saja setelah mengambil script dari Pak Suho, bagaimana?"

Justru itu masalahnya, komentar Lucas dalam hati, Ia hanya bisa menyengir. akhirnya otak Lucas dipaksa berpikir cepat, "kita ke rumah Pak Suho dulu, kamu tunggu di sana sementara aku membereskan aki mobil."

"Kamu tidak jadi ke rumah?" Tanya Ten lagi.

"Urusan script kamu sama aki mobil lebih penting."

Sedikit memiringkan kepala untuk berpikir. akhirnya Ten setuju juga dan memasuki mobil tanpa banyak bertanya. kali ini setidaknya lucas aman, walau entah apakah ia bisa pulang dengan tenang atau tidak karena bisa saja Ten berubah pikiran.

Sekarang hanya bisa berharap semua berjalan sesuai dengan rencana. Jika tidak? Jika tidak, mungkin Lucas akan mengurungkan niatnya untuk pulang dan berharap rumahnya tidak terbakar atau meledak.

Fake Princess (End) ~ Luwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang