Dua belas

142 26 2
                                    

Lucas sepertinya harus menggagalkan rencana bersenang-senang dengan Winwin di akhir pekan karena Taeyong minta dipertemukan dengan Winwin secepatnya. Alasan yang diutarakan Taeyong masuk akal sebenarnya, yaitu ingin melakukan pendekatan.

Taeyong memang bergelar sarjana psikologi yang pastinya tertarik untuk menelusuri kepribadian dan Sisi psikologis winwin lebih dahulu sebelum mempublikasikannya.

Namun Winwin justru memikirkan sesuatu yang berbeda. walau tidak kenal dan tidak pernah bertemu dengan pembawa acara tersebut, Tapi winwin tahu bahwa Taeyong yang terkenal memiliki kemampuan di bidang psikologis, dan mungkin bisa menebak kebohongannya. itulah mengapa ia menganggap pertemuan ini gawat sekali.

Di sebuah restoran yang tidak begitu ramai, Winwin memikirkan cara agar kebohongannya tampil sempurna di hadapan Taeyong sembari menunggu, bersama Lucas yang sibuk membolak-balikkan buku menu.

"Kamu mau pesan apa?"

"eh?" ditanya begitu, tentu saja Winwin agak kaget. "samakan saja.."

"oke." Lucas kembali memilah menunya, mencari-cari makanan yang sekiranya ia inginkan.

"kalau makan steak, nanti Winwin susah. kalau makan pasta, hmm..."

Sampai di situ, Lucas belum memikirkan mau pesan apa. ia justru sibuk memikirkan apakah makanan tersebut akan cocok dengan winwin atau tidak. apakah akan merepotkan atau tidak. dan banyak hal lainnya.

Sampai pintu restoran kemudian dibuka, diiringi suara belnya yang nyaring. Seorang dengan tampilan rapi, diikuti dengan beberapa orang dibelakangnya. dia adalah Taeyong.

"Halo!" Sapaan Taeyong benar-benar ramah dan pembawaannya menyenangkan.

Namun, hal itu tidak membuat winwin menjadi tenang. keringat dingin masih bermunculan di pori-pori kulitnya, sambil perlahan menoleh pada Taeyong dengan pandangan dibuat seakan ia merasa penasaran. lalu sudut matanya melirik Lucas lagi.

Tidak menunggu lama, Lucas berdiri menjabat tangan Taeyong dengan akrab. "Silakan duduk."

"Sudah menunggu lama?" Tanya Taeyong berbasa-basi sambil kemudian duduk di hadapan Lucas dan winwin.

"Belum, kami baru sampai." Jawab Lucas kemudian, lalu sadar bahwa ia belum menyebut-nyebut soal Winwin yang terus memandanginya. "Oh iya, ini Winwin." ucap Lucas mengenalkan winwin pada Taeyong. "dan winwin, ini taeyong yang aku ceritakan."

Winwin hanya mengangguk, mencoba untuk menghindari kontak mata secara langsung. tidak banyak kata yang diucapkannya beberapa saat setelahnya, hanya membiarkan Lucas berbasa-basi soal menu makanan, pilihan minuman yang enak, sampai memanggil pelayan untuk memesan sesuatu. sampai di situ, Winwin masih merasa aman, kecuali ketika Taeyong mulai memperhatikannya secara tidak langsung.

"Kelihatannya Winwin tegang ya." Komentar Taeyong sambil terkekeh pelan.

"Selama ini Winwin di rumah saja, soalnya. jadi mungkin masih belum terbiasa sama suasana di sini." jelas Lucas cepat sehingga menyelamatkan Winwin setidaknya untuk sesaat.

"Kalian tinggal bersama?" Tanya Taeyong lagi.

"Ya, gitu." Lucas tidak bisa mengelak dari pertanyaan ini.

"Tinggal berdua juga tidak apa-apa. namanya darurat kan?"

Dikomentari seperti itu, Lucas hanya bisa tersenyum.

"Jadi Winwin, bagaimana perasaannya tinggal bersama Lucas?" kali ini Taeyong mengarahkan pandangan pada Winwin yang sejak tadi hanya bisa menunduk.

Barulah saat ditanya seperti itu, winwin mengangkat wajah dan sedikit memiringkan kepala. ia tidak tahu harus menjawab apa saat ini, yang jelas dirinya berada dalam situasi bahaya karena mungkin saja Taeyong ini,,,

"Ma-mau ke... kamar mandi, Lucas" Ucap Winwin tiba-tiba pada Lucas dengan nada tegang.

"oh, kalau begitu sama-sama saja, yuk!" namun yang menanggapi justru Taeyong yang ikut bersiap untuk angkat kaki dari tempat duduknya.

Winwin mengumpat dalam hati. sepertinya hari ini ia sedang sial. kalau sudah seperti ini, apa boleh buat. Mana ada orang yang berniat buang air, lalu tidak jadi? akan jelas terlihat kalau sebenarnya winwin hanya mencoba menghindar.

"ya sudah, kalau begitu titip winwin ya." Bahkan lucas sama sekali tidak curiga.

Dengan langkah enggan, akhirnya Winwin mengikuti Taeyong menuju toilet yang ada di sudut ruangan.

Toilet di restoran ini cukup besar dengan dua bilik yang berada pada satu ruangan khusus bercermin lebar ditambah dua buah wastafel yang membuat Taeyong menghentikan langkahnya di sana. winwin sendiri dengan cepat berbelok dan masuk ke salah satu bilik sebelum mengeluarkan ponselnya, membuat laporan akan situasi gawat ini, tentu saja.

"Winwin sepertinya senang ya, tinggal bersama Lucas?"

Dari luar bilik sana, tiba-tiba saja Taeyong bertanya.

benar-benar orang ini!, Gerutu winwin dalam hati, sambil tetap mengirimkan laporan melalui ponsel.

"ehmm,, iya." Sementara sebagai jawaban, Ia hanya berucap pendek.

"Sepertinya Lucas juga senang. kalau nanti kalian harus pisah, bagaimana?"

Kali ini winwin tidak menjawab. sambil menekan tombol flush agar seolah dirinya tidak mendengar ucapan Taeyong, lalu keluar karena urusannya sudah selesai.

"ya?" Dengan wajah polosnya, Winwin kemudian bertanya.

"ah, tidak." Taeyong lalu menggeleng pelan. "kamu mau duluan?"

"iya."

Hanya jawaban singkat seperti biasa, sebelum Winwin membuka pintu dan kembali ke meja tempat Lucas tengah terduduk bersama makanan yang sudah tersedia.

Tak menunggu lama, kemudian taeyong kembali. "Wah, makanannya sudah datang. kalau begitu, kita sambil makan, yuk." ajakan tersebut terdengar ramah dan menyenangkan.

Sisa pembicaraan setelahnya juga terasa sangat menyenangkan karena Taeyong bisa membawakannya dengan baik. kecuali mungkin winwin yang merasa sedikit tertekan dengan beberapa pertanyaan yang ada hingga kembali memilih diam daripada salah menjawab.

Sampai semuanya selesai.Taeyong ternyata hanya memiliki waktu untuk makan siang bersama, makanya ia mengajak Lucas dan Winwin bertemu.

"selanjutnya nanti kita ngobrol di studio saja ya, Winwin tidak usah tegang." kata Taeyong lagi dengan ramah.

Winwin lagi lagi mengangguk, tapi batinnya masih tidak tenang. Apakah kepura-puraan nya hari ini dapat diketahui oleh Taeyong atau tidak. jika dari gerak-gerik dan ekspresi wajah yang digambarkan, sepertinya Taeyong masih belum mengetahui apa-apa.

Namun Taeyong itu sangat cerdas. kalau adu kebohongan pun mungkin bisa menang. jadi demi mencari aman, Winwin tak banyak bertingkah. bahkan, demi menyelamatkan diri, ia memilih keluar restoran lebih dulu sambil melihat-lihat tampilan kue yang dipajang di display.

"Ayo Winwin, kita pulang."

Ajakan tersebut segera disambut oleh winwin sambil sudut matanya mengikuti sosok Taeyong yang Melambaikan tangan sambil berjalan kearah lain.

"Sampai nanti ya, Winwin!"

"Ya." Sebagai balasan, winwin hanya ikut Melambaikan tangannya sambil berucap singkat, diiringi dengan tanda tanya besar dalam benaknya yang belum terjawab.

Apakah setelah ini dirinya masih selamat atau tidak.

Fake Princess (End) ~ Luwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang