Sebelas

149 27 8
                                    

Lucas terbangun dengan perasaan tak tentu. ada sedikit ketakutan jika dirinya melakukan tindakan diluar nalar karena harus tidur seranjang dengan winwin, misalnya lebih parah dari sebelumnya.

Begitu duduk dan memandangi bagian lain dari tempat tidur itu, winwin tak ada lagi di sana. "Ke mana dia?" tanya Lucas dalam gumaman sambil beringsut turun.

Sekilas Lucas melirik wajahnya di cermin yang ada di atas meja. tampak berantakan memang, tapi tidak semengenaskan itu. demamnya sudah turun dengan sempurna dan jika pagi ini bukan jam-

"Ah shit!" umpatnya kemudian sambil berlari melewati dapur menuju kamar mandi, tapi terhenti karena menyadari sesuatu.

"Winwin kamu sedang apa?"

Di dapur tepatnya, Winwin sedang memegang pisau dan juga roti. "membuat sarapan."

"Jangan!" sergah Lucas cepat, lalu berbalik pada Winwin dan mengambil pisau serta roti dari tangan Winwin.

"nanti kalau kamu salah pegang bagaimana?" rupanya Lucas masih memiliki kekhawatiran terhadap winwin yang ingatannya masih belum pulih.

Sementara winwin, tentu saja hanya bisa menghela napas dalam diam. "tidak apa-apa, aku tidak akan menyalakan kompor." ucap Winwin lalu mengambil roti dan pisaunya lagi. "Oh lucas sudah sembuh?"

"Sudah dong..." pamer Lucas penuh semangat pagi ini. "Ah, tapi hari ini aku harus ke kantor." dengan perasaan enggan, Lucas melirik winwin sekali lagi. "Kamu yakin bisa membuat sarapan?"

"Aku cuma membuat roti oles."

"Aku mandi dulu kalau begitu. Kamu sarapan saja."

Setelah berseru, sosok Lucas menghilang di balik pintu kamar mandi. sedangkan Winwin hanya bisa menggeleng. "heran, semangat sekali dia." katanya sambil berkomentar pelan, lalu memakan rotinya. lupa, kalau itu disiapkan untuk Lucas.

Sebenarnya saja, jika sedang tidak pura-pura hilang ingatan, winwin bisa memasak sesuatu yang lebih baik dibanding hanya membuat roti oles. bubur, misalnya. atau memasak nasi goreng pun ia bisa.

Sayang, logikanya masih berjalan. tidak mungkin seseorang yang terkena amnesia akut seperti dirinya saat ini, yang Bahkan tidak mengenali banyak hal, tiba-tiba saja memasak sesuatu dengan kompor. bisa-bisa Lucas menjerit karena merasa tindakannya akan membuat kompor tersebut meledak. padahal tentu saja tidak.

Hingga akhirnya, Winwjn hanya mengoles-oleskan selai pada roti, membuatkan satu tangkup untuk Lucas dan satu lagi untuk dirinya.

Sampai tidak Berapa lama, lucas sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian kerja lengkap dengan gerak-gerik yang agak terburu.

"Sarapan?" tawar Winwin sambil melirik rotinya.

"oh, iya." Lalu cepat-cepat Lucas menjejalkan makanan tersebut ke mulut, sementara kedua tangan sibuk mengancingkan kemeja hitamnya.

Melihat itu, winwin merasa terpanggil. ia kemudian berdiri, dan mengambil alih kancing-kancing kemeja tersebut untuk dipasang.

Apa yang Winwin lakukan, jelas membuat Lucas malu. saat ini khayalannya persis seperti lelaki-lelaki seusianya, yang menggambarkan situasi pagi hari bersama seorang istri.

Cepat-cepat Lucas menggeleng sambil menelan gumpalan roti di dalam mulut, lalu meraih gelas berisi air putih di atas meja.

"Hari ini aku ada meeting." bahkan bicaranya saja sudah persis seorang suami yang sedang memberi wejangan pada sang istri. "Jadi mungkin pulang agak terlambat. kalau sudah gelap, jangan lupa menyalakan lampu. makan siangmu nanti biar aku pesan dari delivery service ya."

Winwin mengangguk-angguk sambil melihat Lucas yang berpindah tempat ke sana kemari. dari kamar ke ruang tamu, memakai sepatu, mengecek isi tasnya, kembali lagi ke kamar, lalu beralih keluar menuju mobilnya.

Winwin juga malah ikut melangkah sampai berada di luar pintu, di teras tepatnya ketika Lucas memasuki mobil dan melambaikan tangan dari jendela. seperti seorang suami.

💙💙💙

Rapat harian kali ini memang berbeda dari biasanya. ya, jika biasanya Lucas berada dibelakang, bersama kru teknis membicarakan tentang pengambilan gambar dan hal-hal semacam itu, kini ia duduk di ruang rapat bersama dengan kru redaksi, bahkan Taeyong sang pembawa acara menjadi bintang utama dalam program mereka.

Lantas untuk apa Lucas ada disana?

Tentu saja melanjutkan ide pembicaraan yang pernah dicetuskan Ten tempo hari. rupanya ide tersebut mendapatkan lampu hijau dari Miss Irene selaku produser acara, dan juga Taeyong yang tampaknya tertarik dengan kasus Winwin.

"Jadi, bisa kamu ceritakan siapa Winwin ini?" Tanya Miss Irene ketika pembahasan mereka mulai fokus pada ide Lucas dan misteri besar yang hadir dalam hidupnya.

Kedua bahu lelaki itu mulai agak rileks, sebelumnya ia sangat tegang, tapi setelah melakukan itu rasanya jadi sedikit lebih santai. "Tidak ada yang bisa saya ceritakan soal Winwin, Miss."

Kalimat tersebut tentu membuat Ten yang ada di sebelahnya spontan menyikut lengan Lucas, dan beberapa orang lainnya saling berbisik sambil mengerutkan dahi.

"Dia tidak tahu siapa dirinya, namanya, keluarganya, alamat rumahnya, bahkan hal-hal kecil seperti roti bakar, es krim. ada yang hilang dari dirinya, yaitu memori yang kemudian membuatnya seperti terlahir kembali seperti anak-anak dalam tubuh orang dewasa."

Entah kemampuan dari mana, tapi Lucas merasa kemampuan bicaranya meningkat. mungkin karena diam-diam ia mengenang kembali waktu yang dihabiskan bersama Winwin sejak akhir pekan lalu.

"Saya sudah melakukan pencarian di situs-situs orang hilang, situs kepolisian, dan lembaga swadaya masyarakat yang mungkin menangani masalah seperti ini, tapi tidak ada satupun dari kasus mereka yang sedang mencari orang dengan ciri-ciri seperti Winwin.

ditambah lagi, Winwin mengenakan gaun Cinderella saat saya temukan. tetapi kenyataan ia seorang laki-laki. Bukankah itu mencurigakan?"

Miss Irene tampak mengangguk-angguk. "Winwin ini menarik. kalau bisa menampilkannya di depan publik, mungkin akan banyak orang yang mengaku sebagai keluarganya. ingatannya juga hilang tanpa jejak, pasti ada banyak orang yang justru mungkin mengambil kesempatan. tapi kamu tidak mau Winwin diambil oleh dinas sosial, benar?"

Kali ini, Lucas mengangguk. "Winwin tidak terbiasa dengan orang asing." Ujarnya sebagai alasan. "Saya cuma takut kalau nanti dia kenapa-kenapa."

"Hm, bagus." Miss Irene ikut angkat suara. "Kalau begitu kita bisa undang orang dari dinas sosialnya juga."

Sampai disitu, sebenarnya pertanyaan Lucas hanya satu, apakah setelah proses syuting selesai, Winwin akan ditangani dinas sosial? atau justru menemukan keluarganya kembali?

"Dua hari lagi," Ucap Lucas pada dirinya.

Dalam dua hari ini, ia akan memanfaatkan waktu dengan baik bersama Winwin, dan mengungkapkan perasaannya.

Fake Princess (End) ~ Luwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang