Tiga belas

148 30 3
                                    

Genap satu pekan Winwin berada di rumah milik Lucas, berbaring di tempat tidur hangatnya, dan bangun di pagi hari dengan aroma roti bakar yang begitu familier.

Namun kali ini, saat ia menengok ke arah dapur, Lucas justru sibuk memegang spatula penggorengan dengan satu tangan, sementara tangan lain digunakannya untuk menggenggam ponsel yang didekatkan ke telinganya.

"hari ini? bukannya besok?" Tampaknya ia sedang berbicara dengan seseorang di telepon. "jam dua belas?" Lucas lalu menatap jam dinding sejenak. "kenapa mendadak?"

Sementara Winwin yang tidak tahu apa-apa, karena mengira ini hanyalah masalah pekerjaan Lucas, memilih untuk melengos memasuki kamar mandi.

Namun,  baru saja menutup pintu, ia menyadari sesuatu sambil kemudian bergumam, "ponselnya,"

Ya, ponsel yang biasa Winwin gunakan untuk memberi laporan alias mengadu pada seseorang mengenai beragam situasi yang ia alami.

Biasanya winwin menggunakan ponsel yang disembunyikannya otu ketika berada di kamar mandi, tapi kini ia sadar bahwa ponsel tersebut tidak ada di tangannya.

"Tunggu, terakhir aku pakai kemaren, kan?" gumam Winwin masih mengingat-ingat.

"di kamar mandi," ucapnya lagi sambil menelusuri ingatannya yang ternyata parah. "di kamar mandi restoran." serunya spontan sambil kemudian cepat-cepat menutup mulut dengan kedua tangan.

Winwin ingat, ia menaruh ponsel tersebut di atas dudukan toilet saat menekan tombol flush demi menghindari pertanyaan dari Taeyong. Selanjutnya, tanpa ingat lagi pada ponsel tersebut, Winwin segera keluar dari sana dan kembali ke meja makan.

"ah, bagaimana ini?" kepanikan kembali melanda dirinya. ponsel itu memang hanya barang murah, bukan sesuatu yang bagus, tapi isinya adalah sesuatu yang penting. bagaimana jika ditemukan seseorang?

"Winwin!" Pintu kamar mandi diketuk.

"Sudah beres belum? aku mau bicara sesuatu."

Tak lama, Winwin keluar. "ya?"

"Kita disuruh ke studio sekarang."

"Studio?"

"iya. buat syuting."

Winwin terdiam, antara kaget dan bingung. "Bukannya ini masih hari Minggu?"

💙💙💙

Stasiun televisi memang tidak mengenal hari libur. bahkan di hari raya sekalipun, tempat ini selalu ramai dengan kehadiran para staf, kru, dan jajaran selebritas pengisi acara. keadaan di dalamnya pun jauh dari kata canggung karena antara yang terkenal dan tidak terkenal berbaur menjadi satu. mungkin karena mereka semua disini atas dasar profesionalisme hingga tidak memandang siapa yang lebih berkenan dan siapa yang tidak.

Begitu juga dengan Lucas yang menuntun Winwin memasuki lorong-lorong yang begitu ramai. jika bukan karena profesinya dan janjinya kepada kru yang lain, mungkin ia lebih memilih untuk menyembunyikan Winwin di rumah.

Walau tentu saja, kehadirannya disini bersama Winwin lebih banyak dilakukan untuk kebaikan Winwin sendiri.

Di ujung lorong, tampak Ten membawa sebuah papan dada dengan headset di kepalanya.

"Hai cas, hai Win," sapa Ten cepat. "Kalian sudah ditunggu. Winwin ikut aku dulu ya," dengan cepat pula Ten menarik Winwin memasuki ruangan lain yang dipenuhi dengan banyak orang.

Sedangkan Lucas yang sudah terbiasa dengan kondisi itu segera bergegas ke ruangan lainnya.

Ruangan yang Winwin masuki adalah ruang rias. terlihat dari banyaknya cermin di tempat itu, juga para penata rias yang berlalu-lalang kesana kemari.

Fake Princess (End) ~ Luwin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang