Prolog

19K 716 54
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak yorobun! Biar gua tambah semangt, dan update terus😆

Happy Reading!

Braiano berdehem. "Mau gue foto?"

"Gue belum pernah sih foto orang, lo yang pertama." lanjutnya.

Bella mengalihkan tatapannya dari kamera ke Braiano. "Mau nggak?" tanya Braiano.

Bella mengangguk. "Mau!"

"Lo duduk di sofa itu." tunjuk Braiano pada salah satu sofa yang terdapat meja kecil di sampingnya dan dikelilingi oleh berbagai jenis bunga, menambah keindahannya.

Bella berpose seperti yang diperintahkan oleh Braiano. "Lo model?" tanya Braiano.

"Bukan Yano,"

"Tapi lo lumayan bagus. Oke sekarang, lo geser ke ujung sofa, terus senderin tangan satu lo disana."

"Gini? Atau gini?" tanya Bella membenahi posenya.

Braiano berjalan mendekati Bella, membenarkan pose Bella yang menurutnya belum pas. Braiano memegang tangan Bella menuntunnya bersender pada ujung sofa, lalu Braiano mengambil bunga yang berada di belakang sofa itu.

Tiba-tiba Bella merasa tangannya licin ia pun berniat mengubah posisi dan alhasil ia pun hampir terpeleset. Bella menarik leher Braiano agar ia tidak jatuh. Braiano pun dengan segera menyangga kepala Bella dengan tangannya. Untung saja Braiano dengan gesit menangkap kepala Bella, kalau tidak pasti kepala Bella sudah terpentok di lengan sofa, yang memang berbahan dari kayu.

Perlahan Braiano mengambil bantal sofa yang berada di tengah sofa. Braiano menempatkannya dibawah kepala Bella, untuk dijadikan sebagai bantal.

Shit! Bola mata mereka saling bertemu.

"Apa kita pernah kenal?" tanya Braiano menatap dalam bola mata kehijauan yang cantik itu.

Bella mengerutkan kening.

Braiano dengan pelan mengulurkan jarinya menyelusuri wajah Bella. Dimulai dari dahi perlahan turun melewati mata, membuat Bella memejamkan matanya. Lalu turun dihidung Bella yang mancung dan sekarang turun dibibir Bella.

Braiano mengusap pelan bibir Bella. "Boleh?"

-----------

Italia, 06.30 PM.

"Baik, Daddy izinkan kau pergi. Bersekolahlah seperti remaja lain, seperti yang kau inginkan itu." tegas Gerardo Eduardo Moretti yang duduk disofa dengan merangkul mesra istrinya.

"Tidak ada pengawal, pengawasan dan uang." lanjut Gerardo membuat Bella membelalakkan matanya.

"Daddy!" Ia tidak peduli pada pengawal dan pengawasan yang akan ditiadakan oleh Daddy-nya itu. Namun kalau menyangkut uang ia maju siap memberontak.

Caterina Rosabell Moretti tersenyum pada suaminya. "Honey," peringatnya agar menyudahi candaan garing suaminya itu.

Gerardo terkekeh, menatap lembut Caterina, lalu mengecup dahi istrinya itu. "Semua Daddy serahkan pada Saveri, jika kau ingin uang, kau minta padanya."

"Ck. Oke," Bella menggigit bibirnya sebal.

"Dan ingat jangan berani-beraninya kau mendekati anak itu." perintah Daddy-nya dengan tegas.

"Kenapa? Bella nggak pa-pa sekarang. Lagipula itu semua bukan salahnya."

"Menurutlah!" tegas Gerardo yang tak dapat dibantah.

"Tidak mau!"

"Sayang, sopanlah kepada suamiku, maksudku Daddymu." perintah Caterina tak lupa tersenyum dengan manis pada putrinya yang duduk di sofa tepat di sebarangnya.

"Mommy," ucapnya manja. Bella cemberut, ia sedikit kecewa dengan Mommynya yang tidak membelanya.

"Kalau begitu- kalian baik sedikitlah pada anakmu ini. Orangtua macam apa kalian ini. Seenaknya saja perintah ini, perintah itu, melarang ini, melarang itu. Dengan alasan untuk kebaikan." lanjutnya merasa perlakuan orangtuanya kelewat batas.

Caterina menghela nafas, putrinya itu sama saja seperti dirinya yang dulunya suka sekali melawan. Mungkin ini yang dialami oleh orangtuanya ketika membesarkannya dan sekarang ia pun turut mengalami hal persis seperti yang orangtuanya rasakan dulu.

"Lihatlah anakmu itu." tunjuk Caterina kewalahan.

"Anak kita Honey," ralat Gerardo.

"Ugh ..." Bella bergidik ngeri menatap orangtuanya yang tidak malu mengumbar-ngumbar kemesraan padahal banyak orang disini.

Bella bersedekap dada bersandar pada sofa tempat kerja Daddynya itu.

Gerardo menatap putrinya. "Apa susahnya kau setuju dengan perintah daddy, ini demi kebaikanmu. Kau tidak perlu susah-susah pergi." Bella menghela nafas malas menjawab.

"Dad kita sudah membahas ini sebelumnya." ia sudah muak dengan pembahasan itu, selalu itu saja yang dibahas.

Hening.

Memangnya dirinya ini apa? Kenapa ia harus selalu mengikuti setiap perintah Daddynya.

Gerardo berdehem. "Mommy dan Daddy akan mengunjungimu kapan-kapan. Jangan membuat ulah selesaikan sekolahmu disana dan cepatlah pulang."

Bella menghampiri Daddy dan Mommynya itu. "Kalian tau, aku menyayangi kalian sebelum kalian merencanakan itu semua." Bella memeluk orang tuanya, tak terasa air mata telah membasahi pipinya. Namun dengan segera ia mengusapnya.

"Oh sayang, ini demi kebaikanmu. Kami akan merindukanmu." Caterina membalas pelukan putrinya dan melempar senyuman pada Suaminya.

Gerardo mengecup kening putrinya. "Saveri jaga putriku. Jangan terlalu memanjakannya." Bella mendengus sebal.

"Baik tuan."

Bella menghampiri Saveri. "Papa kau memanggil Daddy 'tuan' terus."

"Itu harus sayang, Papa hanya bawahan disini." ucap Saveri hendak mengelus surai panjang Bella.

Gerardo menatap tajam Saveri.

"Maaf tuan." ucap Saveri, urung mengelus surai halus itu. Ia melakukan itu semata-mata karena menyayangi Bella. Bella sudah ia anggap sebagai putrinya sendiri.

"Daddy! Jangan begitu pada Papa kandungku."

Sontak Ceterina tertawa, "Apa ini lucu bagimu?" tanya Gerardo menatap istrinya.

"Tidak kok." Caterina berdehem.

"Saveri kuingatkan jangan terlalu memanjakannya. Lapor padaku setiap hal-hal aneh yang ia buat."

"Baik tuan." jawab Saveri sopan.

Mendengar itu membuat Bella berdecak sebal. "Daddy kau kan sudah janji tidak mengekangku!"

"Bukan berarti kau bertindak semaumu Sayang."

"Sudah-sudah, sebaiknya kita makan malam, kita sudah sangat terlambat." intrupsi Caterina mencoba menengahi.

20-02-2022

CHEATING WITH YOU?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang