setelah surat kedua

79 9 0
                                    

[ 2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 2.5 ]

--

"Sudah lama sekali aku tidak melihat malam seindah ini."

Manik mata Sakura masih setia terpaku pada langit gelap yang behiaskan gemerlap bintang. Malam telah menerpa, melepas singgasana siang yang senantiasa bersinar.

Kini hanya ada rembulan malam yang ditemani biasan cahaya lampu kota.

"Ini udah malam. Kamu nggak capek?"

Sakura menggeleng. Matanya masih terpaku pada ruang kegelapan yang terlihat begitu indah bertengger di atas sana.

"Udah lama kita nggak habisin waktu bersama kayak gini. Aku jadi kangen masa-masa kita pacaran dulu," ujar Sakura menatap Haruto.

Walaupun keduanya hanya menghabiskan waktu setahun berpacaran sebelum benar-benar sah, namun satu tahun itu begitu berarti baik bagi Sakura maupun Haruto.

"Aku inget pas kamu muntah karena naik roller-coaster."

Haruto tertawa terbahak-bahak mengingat wajah Sakura yang nampak begitu pucat-- ketakutan.

"Ih mas... Yang kayak gituan jangan diinget dong," Sakura memanyunkan bibirnya.

Tangannya ia lipat di depan dada. Menunjukkan bahwasanya ia tidak suka.

"Ya tentu aja harus aku inget dong... Biar aku gak lupa untuk tidak lagi bawa istri tercintaku ini naik roller-coaster," ujar Ruto sembari memeluk pinggang Sakura dari belakang.

Kepala sang wanita ia biarkan bersender pada dada bidangnya. Sedangkan Sakura hanya bisa tersenyum malu dengan rona merah yang menjalar di pipinya.

"Makasih ya, mas..."

"Hm? Makasih kenapa?"

"Karena kamu udah jadiin aku wanita paling bahagia di muka bumi ini," jawab sang istri.

Haruto tersenyum. Tiba tiba saja ia kembali teringat akan surat tulisan Jisoo yang kemarin ia baca.

Bahagiakan dia selalu. Karena setidaknya dengan begitu ia akan tetap teringat akan seberapa besar engkau mencintainya.

"Itu udah jadi bentuk dari tanggung jawab aku. Aku, sebagai suamimun akan senantiasa membahagiakanmu selalu."

Keduanya berpelukan erat-- dan sadar atau tidak, perasaan hangat kian menjalar di dalam dada kedua sejoli itu; menghempas hawa dingin yang menusuk Tokyo malam itu.


"Aku sayang kamu, Sakura."

"Me too."

--

Hi, Ruto | Watanabe Haruto [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang