setelah surat ketiga

72 9 0
                                    

[ 3

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 3.5 ]

--

Entah sudah berapa lama Haruto tidak mengunjungi rumah makan ini. Rumah makan Soba paman Yuta yang selalu didatanginya dahulu sepulang sekolah.

Semangkuk soba selalu bisa membuat hari Haruto menjadi lebih baik. Setidaknya itu yang ia pikirkan dahulu. Hingga Jisoo datang dan mengubah semuanya. Gadis itulah yang mulai membuat Ruto membenci makanan lezat satu itu.

Namun setelah dipikir-pikirnya lagi, alasan itu sangat kuno dan kekanak-kanakan. Sudaj tidak lagi cocok dijadikan alasan bagi seorang Haruto yang telah menginjak umur 30 tahun.

"Papa! Haru juga mau coba..."

Ruto dan Sakura terkekeh kecil. Sosok buah hati keduanya yang imut memang selalu bisa memanjakan mata. Membuat sang ayah dan ibunda gemas bukan main.

"Iya. Papa udah pesenin satu kok buat kamu. Tunggu bentar ya," ujar sang lelaki sembari menepuk lembut pucuk kepala Haru.

Sedangkan anak gadis itu hanya bisa tersenyum lebar mendengar penuturan sang ayah.

"Hidangan datang!"

Tidak membutuhkan waktu lama bagi menu ketiganya untuk dihidangkan. Terkenal dengan penyajiannya yang cepat, resto ini memang tidak pernah mengecewakan pelanggannya-- Ruto sekalipun.

Sakura mencicipi mie gurih yang telah dicelupkan pada saus terpisah. Rasanya begitu lezat, sampai-sampai Sakura dibuat terperanjat olehnya.

"Soba-nya enak. Kamu tahu tempat ini dari mana, mas?"

"Tempat ini dulu langganan papa. Dari dulu aku suka banget ke sini. Selalu makan disini sepulang sekolah. Tapi karena sekarang sudah mulai sibuk dengan pekerjan, jadi sudah nggak punya waktu untuk makan di sini," jawab Ruto sambil mencucup mie Soba nan lezat itu.

Sakura tersenyum. Baru kali ini ia melihat sang suami begitu antusias hanya karena semangkuk Soba. Lantas wanita itu tersenyum hangat. Lagi-lagi ia dibuat terkesiap oleh sisi Haruto yang tidak pernah ia ketahui. Nyatanya, masih banyak yang harus ia pelajari tentang sang lelaki.

"Lain kali, kita kesini lagi boleh mas?"

Haruto terperanjat.

"Tapi bukannya kamu suka masak di rumah. Kan kamu juga bilang kalau makanan luar gak sehigenis makan rumah?"

Sakura lagi lagi tersenyum. Suaminya ini begitu lucu.

"Ya kalau gak setiap hari juga gapapa atuh, mas. Kita gak harus juga makan di rumah setiap hari. Soba-nya enak kok. Aku suka, Haru juga suka, apalagi kamu. Jadi gapapa kok kalau kita harus sering sering kesini."

Kini giliran Haruto yang tersenyum. Ternyata menggali sesuatu yang dulu pernah indah itu tidak sesakit itu.

Mungkin kembalj mencicipi semangkuk Soba tidak akan membuat semua kenangan buruk datang. Bahkan, yang ada, kini ia begitu bahagia karena bisa berbagi kebahagiaan dengan istri dan anak perempuannya.

"Ternyata belajar menyukai sesuatu yang dahulu mengingatkanmu akan seseorang, tidaklah seburuk itu," batin Ruto sembari menghabiskan mangkuk Soba miliknya.

--

Hi, Ruto | Watanabe Haruto [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang