setelah surat kelima

46 3 0
                                    

[ 5

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 5.5 ]

--

"Siapa cowok tadi?"

Haruto menatap Sakura lekat. Kedua sejoli itu kini tengah berbicara 4 mata. Sedangkan Haru, sang buah hati, telah terlelap sedari tadi.

"Dia teman SMA aku, Ruto. Dia baru balik dari Amerika. Lagipula, aku udah text kamu kalau aku bakalan pulang telat kok."

Untuk masalah itu, Haruto mengaku plin-plan karena tidak terlebih dahulu mengecek pesannya. Tetapi, lelaki itu juga memiliki hak untuk cemburu.

"Tapi kamu gak bilang kalau bakal ketemuan sama seorang 'cowok'," tegas Ruto sekali lagi.

Ia sedang tidak ingin marah, apalagi berdebat. Hari sudah larut malam, dan keduanya lelah. Tidak perlu menyulut api pada rasa cemburu yang telah membara.

Sakura menghela nafas.
"Kamu cemburu?" lempar gadis itu.

Haruto terdiam. Iya, aku cemburu. Sangat cemburu.

Ingin sekali lelaki itu meneriakan kalimat tersebut, namun sialnya ego tengah menghalangi.

Haruto hanya memilih untuk diam. Lagi lagi, Sakura dibuat pusing sendiri dengan perilaku suaminya.

"Kamu gak percaya lagi sama aku, To?"

Kini manik mata gadis itu menatap lurus padanya. Manik mata yang selalu membuat Haruto jatuh cinta. Manik mata yang membuatnya bertekuk lutut-- mabuk kepayang.

Sebelum Haruto bisa menjawab, segelintir kalimat dari surat yang baru saja dibacanya terlintas.

Percayalah, siapapun wanita itu nantinya, ia benar-benar tulus mencintaimu.

Kali ini Haruto menatap Sakura lekat sembari menggenggam tangan sang gadis.

"Aku percaya. Aku sayang sama kamu dan aku percaya kamu gak akan bohong ke aku. Aku cuma gak mau kepercayaan aku disia-siain."

Keduanya saling diam sembari melempar tatap. Saling berusaha mengerti satu sama lain tanpa sepatah kata terucap.

"Aku juga sayang sama kamu, Ruto. Jadi aku harap kamu selalu tau kalau aku gak akan bohongin kamu."

"Kamu janji?" tatapan Haruto melemah.

"Janji."

Senyuman manis Sakura berhasil meluluhkan keraguan sang lelaki. Mungkin memang seperti itulah jalan sebuah hubungan. Terkadang datang ragu, terkadang datang kecewa.

Namun bukan berarti keduanya datang untuk merusak. Terkadang mereka hanya datang untuk mengusik dan meninggalkan pembelajaran. Memperkuat hubungan yang memang telah disematkan oleh semesta.

Haruto lantas memeluk Sakura erat. Ia tenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher sang istri.

"Maaf udah meragukan kamu, sayang. I love you."

"Me too."

Dan malam yang indah itu berubah hangat-- dengan sedikit rasa lega diatas ragu yang ada.

--

Hi, Ruto | Watanabe Haruto [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang