setelah surat terakhir

108 5 0
                                    

[ last ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ last ]

--

"Kamu siap?"

Tanya Sakura yang dihadiahi anggukan oleh Haruto. Keduanya telah memutuskan untuk pergi menemui Jisoo dan keluarganya, oleh karena itu, disinilah mereka berada.


Di hadapan batu nisan sang gadis.

Ya, wanita bernama lengkapkan Han Jisoo itu kini telah tiada. Hanya setumpuk surat yang kini tertinggal dari luka batin sang gadis. Surat yang ditunjukkan kepada sang tambatan hati.

Sayang, kata-kata dan janji Jisoo yang ingin bertemu dengan Haruto suatu hari nanti harus lenyap karena penyakit Cystic Fibrosis yang dimilikinya. 4 tahun setelah menikah, gadis itu harus dirawat intensif sebelum kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.

Haruto tidak pernah tahu. Mulai dari batuk parah yang diderita Jisoo, hingga isi hati sang gadis, lelaki itu tidak pernah tahu.

"Jangan nyesel ya, sayang. Jisoo gak mau kamu nyalahin diri sendiri. Lagipula, dia udah mutusin dari awal kalau memang dia gak mau kamu tahu. Dia gak mau kamu khawatir dan terlebih lagi, dia gak mau kamu nyalahin diri sendiri," Sakura memeluk Haruto erat.

Dielusnya punggung sang suami. Haruto yang tengah menatap batu nisan sang gadis hanya bisa terdiam-- menatap foto Jisoo yang terpampang pada batu marmer tersebut.

"Dia gak pernah berubah ya..." batin Ruto.

Haruto melepaskan pelukan Sakura sebelum kemudian mengecup pelan pucuk kepalanya.

"Semua yang udah terjadi, biarlah terjadi. Sekarang Jisoo gak perlu lagi menahan sakit. Dia udah tenang di atas sana. Sehat dan bahagia."

Kalimat lelaki itu terhenti sesaat sebuah suara berat memecahkan momen keduanya.

Haruto melirik ke arah belakang, mendapati sosok Jeongwoo-- suami Jisoo, di belakang sana. Kedua lelaki itu saling tersenyum satu sama lain. Mengutarakan rasa rindu seorang sahabat melalui sebuah tatapan.

Lantas, Jeongwoo kemudian berjalan mendekat; dengan kedua tangan yang diselipkan ke dalam saku celana.

"Kalau mau mesra-mesraan, jangan di kuburan. Nanti kalau ada hantu yang cemburu, malah dihantuin lo nya. Kan gak seru," cibir Jeongwoo.

Haruto terkekeh. Sahabatnya yang satu ini juga tidak berubah. Masih tetap Jeongwoo laknat yang dari dulu ia kenal.

Keduanya terdiam sembari menatap makam Jisoo.

"Dia cantik banget hari itu. Dengan gaun putih mutiaranya. Saking cantiknya, sampai gue lupa kalau sebenernya dia masih sayang sama lo. Bahkan sampai akhir hayatnya."

Entah kalimat itu dimaksudkan untuk apa, namun ada sirat pahit di dalamnya.

Haruto terdiam, tidak tahu ingin berkata apa. Dan keheningan pun membesuk keduanya. Bukan, bukan kediaman yang menusuk, melainkan kediaman nyaman yang menghanyutkan.

Tak berselang berapa lama, Jeongwoo kembali terkekeh.

"Padahal, dia dulu selalu bilang gimana nanti mau ketemu istri dan anak lo. Bahkan sampai sampai, anak kita mau dijodohin sama dia."

Lucu memang; mengingat kembali memori manis yang pernah ada dan tak pernah ingin dibuang. Semuanya bagaikan wasiat indah yang tidak pernah tergantikan.

Haruto turut terkekeh.

"Gapapa. Biar keinginannya terwujud, kita bisa setidaknya saling jaga hubungan baik. Kayak dulu lagi."

Haruto menatap Jeongwoo sembari tersenyum. Senyum simpul yang sedari dulu sering keduanya umbar satu sama lain.

"Pastilah! Nanti kalau anak kita udah gede, kita bisa jadi besan-an sekalian biar bisa lebih sering ketemu," canda Jeongwoo.

Haruto dan Sakura hanya bisa tertawa mendengar jawaban sang lelaki.

Gelak tawa diumbar oleh ketiga insan itu. Entah bagaimana masa depan Haru dan Rowoon, anak lelaki Jeongwoo dan Jisoo, akan jadi nantinya. Tapi untuk sekarang, biarlah semuanya berbahagia dan tertawa.

Merayakan kembalinya benang persahabatan yang pernah kandas. Mengembalikan rasa nyaman dan kekeluargaan yang pernah ada.

Biarkanlah pula Jisoo turut berbahagia di atas sana, melihat semua permintaannya terkabulkan. Permintaannya untuk mendapatkan kembali kebahagiaan bagi Ruto dan dirinya, sekaligus kebahagiaan mengetahui semuanya akan baik baik saja.

Kebahagiaan yang ia dambakan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.





Karena teruntuk kamu, Haruto, lelaki manis yang telah meninggalkan bercak warna pada hidupku. Sampai kita bertemu lagi... suatu hari nanti.

• FIN •

Hi, Ruto | Watanabe Haruto [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang