setelah surat keempat

58 6 0
                                    

[ 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 4.5 ]

--

Haruto melipat kembali surat tulisan sang 'mantan sahabat' yang barusan ia baca. Perasaan kaget, senang, dan haru semuanya bercampur bersamaan.

Lelaki itu tak habis pikir. Ternyata Jisoo, sahabatnya yang satu itu, pernah mengemban rasa untuk dirinya. Ia tidak pernah tahu itu dan jujur saja, ia merasa bersyukur karena wanita itu baru mengungkapkannya sekarang.

Mengungkapkan jikalau ia mencintai sang lelaki ketika Haruto sudah memiliki tambatan hati lain. Sakura. Nama itu adalah satu-satunya yang terbesit kini di pikirannya.

Lantas, Haruto kembali mendesah. Kejadian makan malam tadi kembali terputar. Ia ingat betul bagaimana keduanya bertengkar hebat di depan Haru, sampai-sampai gadis kecil itu menangis.

Rasa lelah sehabis pulang kerja dan rasa kesal mendapati istrinya yang tadi siang pergi tanpa kabar membuat kepala Haruto hampir pecah.

Ia sadar perasaan khawatir sebenarnya adalah hal yang menggerogotinya. Bukan amarah. Namun entah kenapa, ia malah berakhir kesal dengan sang istri. Membentak Sakura hingga bahkan membuat putri kecilnya sendiri menangis.

Terkadang ego memang sejahat itu. Ia bisa mengubah rasa yang indah menjadi kejam dan kelam. Haruto tahu ia salah dan ia harus segera memperbaikinya.

Lelaki itu lantas menelepon sang istri. Naas, panggilannya itu justru teralihkan ke kotak suara. Haruto mengacak-acak rambutnya. Dimana wanita itu?

Hari sudah gelap, namun gadis itu belum juga pulang. Apakah ia tengah menghindar? Atau memang ia pulang telat karena masalah pekerjaan? Haruto tidak tahu.

Namun satu hal yang ia tahu pasti, dirinya tengah khawatir.

Nafas lelaki itu terpenggal. Terhambat oleh rasa lelah dan pegal. Ia belum juga menemukan Sakura.

Baru saja Haruto ingin berbalik, belari ke arah sebaliknya. Namun pemandangan sebuah toko kue antik telah terlebih dahulu menarik perhatiannya. Lelaki itu terdiam.

Bukan. Bukan karena dekorasi toko yang begitu sempurna dan indah. Tetapi justru karena hatinya yang mencelos melihat Sakura berada disana.

Berdua bersama seorang lelaki yang tidak ia kenal.

--

Hi, Ruto | Watanabe Haruto [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang