2. Sesak Dalam Kenangan

879 73 21
                                    

"Mbak. Mau nyari kost dimana? Sokanegara aja gimana? Deket, lagian Mbak belum ada motor juga." Damas dan aku sedang berbincang sambil mengupas singkong yang akan dibuat menjadi keripik singkong di teras belakang rumah. Selain admin di salah satu klinik, Tante Sarah nyambi jualan keripik singkong kalau ada pesanan.

"Iya."

"Udah dapat."

"Udah. Mbak langsung nyari waktu pemberkasan kemarin."

"Syukur deh. Kamar mandi dalam apa luar Mbak?"

"Dalam. Kebetulan dapat yang murah cuma lima ratus ribu per bulan, tempatnya nyaman lagi."

"Syukurlah. Minggu kita nganter Mbak kan?"

"Iya. Om Heru udah nyewa mobil buat bawa kita sekalian nganter kalian mbalik ke Unsoed."

"Iya. Haduh udah mulai kuliah lagi ini. Ya Allah ternyata aku baru satu tahun jadi mahasiswa kurang tiga tahun lagi."

"Hehehe. Ya sabar Damas. Semangat," ucapku.

"Pada ngobrolin apa sih? Seru banget kayaknya." Dimas datang dengan membawa keripik yang sudah digoreng.

"Ini ngobrolin Damas katanya capek kuliah," terangku.

"Halah cuma Akuntansi mah kecil, ini loh Keperawatan lebih pusing tahu. Banyak yang harus dipelajari," sombong Dimas.

"Justru di Akuntansi itu lebih pusing daripada di Keperawatan tahu."

"Pusingnya apa? Orang tinggal ngitung doang."

"Lah itu, justru tingkat kepusingannya lebih tinggi tahu."

"Maksudnya?" kali ini aku yang penasaran.

"Di Akuntansi itu pusing ngitung jumlah pemasukan dan pengeluaran tapi duitnya gak nyata."

"Hahahaha."

Baik aku dan Dimas tertawa, ya menertawakan kegokilan Damas. Oh astaga.

******

"Mbak Zaza sudah datang?"

"Iya Tante." Aku menyalami  Tante Rania. Wajahnya cantik sekali seperti ada garis keturunan blasteran gitu walau gak kentara banget. Tapi kedua putranya beneran berwajah blasteran.

"Sini-sini. Ayok selamat datang."

Tante Rania mengajak kami masuk ke rumahnya terlebih dahulu. Tante Rania dan suaminya adalah dosen di Unsoed.

Kost-an miliknya berada di samping rumah terpisah dari rumahnya dan memiliki gerbang sendiri. Model kost-nya tiap kamar dengan kamar mandi dalam. Ada sepuluh kamar disana dengan dua lantai. Lima kamar di lantai bawah, lima kamar di lantai atas.

Ada gazebo berisi kursi dan meja yang bisa digunakan untuk menerima tamu, sebuah ruangan tempat nonton TV bareng plus dapur komplit dengan perkakasnya. Bahkan ada garasi juga kalau mau bawa motor atau sepeda. Pas aku tanya kenapa bisa murah harga sewanya, katanya buat nyari pasar dulu, baru selesai dibangun soalnya.

Aku bersyukur menjadi kandidat yang dipilih menempati kost-nya. Soalnya yang ngincer banyak juga. Nah, entah kebetulan atau gimana kok ya semuanya masih berstatus siswi baru dan hanya aku yang statusnya guru. Bakalan jadi guru mereka lagi. Ya Allah.

*****

"Bu Zaza, jangan lupa nanti anak PMR-nya disiapkan buat upacara di hari kemerdekaan ya?" titah Pak Mulyo, Waka Kesiswaan di SMADA.

"Siap Pak."

"Bu Zaza selamat pagi," sapa Pak Alan salah satu rekanku, usianya sudah 35 tahunan. Tapi masih single.

9. Mr. Kulkas Itu Suamiku (Novel Dan Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang