11. Mas, Selamat Malam

846 79 2
                                    


"Beautiful."

"He em. Apalagi ada air mancurnya dan lampu warna warni yang bikin tambah W.O.W," kataku sambil melihat kearahnya dan mata kami pun bertubrukan. Aku langsung mengalihkan pandanganku lagi, gugup namun sempat kulihat senyum terukir dari bibirnya.

Entah berapa lama kami berada di alun-alun. Kami sibuk dengan pikiran masing-masing.

Perhatianku teralihkan oleh sekelompok anak muda yang tengah melakukan dance cover tarian K-POP. Mau tak mau aku berdiri untuk melihatnya. Aku bahkan ikut bersorak dengan yang lain. Aku senang melihat anak muda yang menyalurkan hormon adrenalinnya ke hal-hal positif seperti ini. Daripada buat nongkrong-nongkrong gak jelas kan mending ikut aktivitas yang mengasah otak, keterampilan dan kedewasaan.
"Tadi heboh lihat kenthongan sekarang K-Pop-an juga."

"Bagus tahu. Biar otak releks gak tegang terus."

Sekali lagi aku ikut menggerakkan kaki sambil bertepuk tangan. Bahkan ikut menyanyi lirik lagu yang aku tahu.

Kulirik Kulkas yang hanya sibuk menatapku. Aku memelototinya, dia malah tertawa membuatku ingin mencubit lesung pipinya. Gemas.

Kulkas tiba-tiba menarikku ke arahnya saat ada segerombolan pria yang berdiri di dekatku. Aku menoleh ke arahnya. Entah posesif atau berusaha melindungi, tapi perlakuannya menurutku sangat manis. Karena penampilan gerombolan pria itu terlihat urakan dan tampangnya kasar.

"Pulang," ajaknya. Aku melirik jam di tanganku. Pukul sembilan kurang lima belas menit, memang sudah waktunya aku pulang.

"Ayok."

Sekali lagi kami bersepeda dengan posisi aku berada di depan dan dia yang mengayuh. Entah mengapa refleks aku sedikit menyender pada dada bidangnya. Dan si Kulkas diam saja tak berkomentar.

Keheningan menyelimuti kami sampai kami tiba di kost-an.

"Langsung istirahat."

"Iya."

Dia langsung balik menuju pintu gerbang kost dan menguncinya. Setelah itu berjalan menuju pintu sambung yang menghubungkan kost dengan rumah Tante Rania.

"Pak ...." Dia tidak  menoleh malah masih membuka kunci pintu. Huft.

"Mas ...."

Dia baru menengok ke arahku.

"Iya."

"Hati-hati."

"Hem ... tidur yang nyenyak," katanya.

"Masuk gih. Cepetan kunci pintu kamarnya," lanjutnya.

"Iya."

Aku berjalan menuju kamar kostku. Aku menoleh ke arah Kulkas. Dia masih menatapku dengan tajam.

"Masuk."

Aku diam.

Dia menghela nafasnya lalu akan berkata sesuatu, tapi aku potong ucapannya.

"Hati-hati Mas. Selamat malam."

Tanpa menunggu balasannya aku langsung membuka kamar dan masuk ke dalamnya.

9. Mr. Kulkas Itu Suamiku (Novel Dan Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang