"Rambut Bunda panjang gak?" tanya Royya saat aku sedang mengepang rambutnya.
"Iya."
"Panjangnya sampai mana? Mommy sama Mami sebahu. Kalau Bunda panjangnya sampai mana?"
"Bokong."
"Wow. Lihat ... lihat ... lihat Bunda."
Aku tertawa melihat tingkahnya yang kepo maksimal.
"Iya ... iya."
Mau tak mau aku menggerai rambutku.
"Rapunzel. Bunda kayak Rapunzel," teriak Royya setelah melihat rambutku.
Aku melanjutkan mengepang kembali rambut Royya. Setelah selesai Royya memintaku untuk mengepang rambutku juga.
"Kok gak sama Bunda." Royya protes karena aku mengepang rambutku dengan model biasa.
"Soalnya kalau bikin kepang susun dengan tangan sendiri Bunda gak bisa harus dibantu."
"Oh gitu. Nanti aku minta Mami kepangin Bunda ya. Mami pinter juga kalau ngepang rambut Royya."
"Oke deh."
Kami terus bercanda. Bahkan sekarang kami sibuk memakai make up hahahaha.
"Royya," panggil seseorang dari luar.
Aku langsung menyambar kerudung instanku.
"Iya Ayah."
"Ayok pulang, udah jam lima. Besok Royya kan sekolah."
"Yah ... Bundaaaa," rengek Royya.
"Gak papa. Kapan-kapan kita main lagi oke."
"Oke Bunda."
"Ayok Bunda anter ke depan."
Aku menggendong Royya dan di depan kamarku sudah berdiri si Kulkas dengan tampannya. Memang dasar tampan ya tetap tampan sayang kulkas.
"Sudah cantik rupanya, ayok pulang."
Royya langsung mengulurkan kedua tangannya ke arah Kulkas dan si Kulkas langsung mengulurkan tangannya mengambil alih Royya.
"Bunda ikut bareng Ayah kan?"
"Enggak sayang bunda kan tinggalnya di sini."
"Kok gitu, Mami sama Papi tidurnya bareng, Mommy sama Daddy juga bahkan Oma sama Opa. Kok Ayah sama Bunda gak bareng?"
"Soalnya Ayah sama Bunda belum nikah sayang? Gak boleh tidur bareng," jawabku.
"Yah. Gak asik. Padahal Royya nanti bisa tidur di tengah."
"Kamu mau tidur bareng Ayah dan Bunda?" tanya si Kulkas.
"Mau Ayah."
"Sabar ya," jawab Kulkas
"Asikkk. Bener Bunda?"
"Eh ... itu ... itu ...." Aku bingung mau jawab apa.
Aku gak kuat lihat puppy eyes milik Royya. Sehingga mau gak mau akhirnya menjawab pertanyaannya.
"Iya kapan-kapan," jawabku sambil meringis.
"Kapannya kapan?" Royya masih ceriwis bertanya.
"Sebulan lagi," jawab si kulkas.
"Iya sebulan lagi. Hei ...." Aku kaget dengan jawabanku sendiri.
"Bener Bunda."
"Itu ... itu ...."
"Bunda."
"Itu ...."
"Bener sayang, nanti kalau Bunda gak mau jadi istri Ayah, kita culik aja oke."
"Oke Ayah."
"Yuk pulang. Duluan."
Ck. Pamitan model apaan itu. Dasar Kulkas.
"Royya pulang dulu Bunda. Dadah Bunda."
"Dadah Royya. Ati-ati ya."
"Iya Bunda muah ...." Royya melakukan kiss bye.
"Muah ...." Aku refleks membalas Royya dengan melakukan kiss bye balik.
"Bunda ... muah ...." ulang Royya.
"Muah," balasku lagi.
Berulang-ulang kami melakukan kiss bye sampai Royya sudah masuk ke dalam mobil.
Si Kulkas menatapku dan dia mengedipkan matanya ke arahku dan tersenyum genit. Astaga.
Dih. Apaan si Kulkas. Malah kiss bye lagi. Dia ngapain sih? Lagi kasih salam cinta buat aku atau gimana nih. Ckckck.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
9. Mr. Kulkas Itu Suamiku (Novel Dan Ebook)
RomanceSaran: Baca terlebih dahulu: 1. Bukan Calon Kakak Ipar 2. Terpikat Upik Abu Rasa Ratu 3. Si Mata Elang Penakluk Hati 🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁 Kisah ini merupakan sekuel dari 'Bukan Calon Kakak Ipar' ***** Zaza, guru matematika di salah satu sekolah menengah...