9. Lamaran Dadakan

762 85 6
                                    

Si Kulkas malah pergi meninggalkanku. Ish ... aku sebal dan menghentakkan kedua kakiku. Sebel sebel sebel. Mau tak mau aku mengikutinya masuk kembali ke dalam ruangan.

"Gimana ngobrolnya tadi?" tanya simbah kakung.

"Ehm ... Zaza ... Zaza ...."

Suara Royya dan Rael sangat bising sekali sepertinya mereka sedang senang terlihat dari suaranya.

"Jadi bagaimana, Zahrana Maira Putri Salsabila. Apakah kamu menerima lamaranku? Mau menjadi istriku? Ibu dari anak-anakku."

"G—"

"Bunda ...," teriak duo krucil.

"G-Iyaaaa."

"Alhamdulilah," pekik semua orang.

Apa? Siapa yang sudah menerima? Aku? Loh kok. Bukan-bukan itu maksudnya. Aku mendapatkan pelukan dari semua wanita, Tante Sarah, mbah putri, Tante Rania dan Tante Nasha bahkan kedua pelukan berbarengan di kanan kiri dari Ayana dan Rafiqa. Hah ... kok gini sih?

"Makasih Sayang, insya Allah, Reihan akan jadi suami yang baik. Rei mana cincinnya."

Hah cincin?

Si Kulkas mengeluarkan kotak cincin dan mengeluarkan isinya lalu berjalan ke arahku.

Aku kaget dan tak bisa bergerak bahkan gugup saat dia mengambil tangan kiriku dan memasukkan cincinnya di jari manisku. Aku terpesona. Cincin yang cantik dan pas di jari manisku. Bagaimana bisa? Kapan dia memesan cincin ini?

"Ayok kita foto keluarga dulu buat kenang-kenangan." Teriak Damas kepada kami semua.

Mr. Kulkas menarik pinggangku sehingga tubuh kami berdekatan. Kami pun berfoto bersama. Entah sedih atau senang aku tak tahu tapi melihat senyum bahagia semua orang membuat senyumku ikut terbit juga. Entah sudah berapa kali kami berpose. Tanpa sengaja mataku dan mata tajam si Kulkas bertubrukan, aku menunduk malu sedangkan sepintas kulihat dia tersenyum dan pose kami terabadikan dengan sangat cantik oleh tangan Damas.

9. Mr. Kulkas Itu Suamiku (Novel Dan Ebook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang