Epilog

2.7K 335 123
                                    

Author pov

Seorang gadis sedang termenung di bawah pohon bunga sakura. Kelopak bunga yang gugur seringkali menempel di rambutnya yang dibiarkan tergerai. Sudah berkali-kali ia menyingkirkannya, tetapi kelopaknya terus saja menjadikan rambutnya sasaran untuk singgah.

(Y/n) menghela napasnya pelan seraya membenarkan tatanan rambutnya. Diusapnya wajahnya yang memerah karena terpaan angin yang lumayan dingin. Ia termenung sebentar sebelum suara berat khas laki-laki membuyarkannya.

"Lama, ya?" tanya Levi yang baru saja datang. Di kedua tangannya sedang membawa dua gelas kopi hangat dari kedai yang baru saja dibuka hari ini. Kopi di tangan kanannya ia beri ke (Y/n).

(Y/n) lantas menggeleng lalu menerina kopinya. "Tidak masalah. Aku sedang memperhatikan bunga sakura yang berguguran."

Levi tersenyum tipis. Tangannya bergerak untuk mengacak rambut (Y/n) yang dipenuhi kelopak bunga.

"Levi!" seru (Y/n) sambil tersungut-sungut. "Rambutku jadi berantakan."

Levi terkekeh, kemudian ia duduk di sebelah (Y/n). Ia berbicara pelan, "Habisnya, hari ini kau terlihat ...." Levi semakin memelankan suaranya, "Cantik."

(Y/n) hampir saja menyemburkan kopi yang baru ia teguk barusan lantaran Levi yang memujinya seperti itu. (Y/n) tersenyum senang pada akhirnya.

Meluluhkan Levi menjadi seperti ini memang sangat sulit. (Y/n) jadi ingat bagaimana sikap Levi pada saat pertama kali bertemu dengannya di rumah. Berbagai macam rintangan dan tantangan pun berhasil dilewati (Y/n) demi tetap bersama Levi.

Levi memang tetap bersekolah di sini, tetapi tidak mudah bagi hubungan keduanya. Dimulai dari banyaknya saingan gadis-gadis yang menyukai Levi atau orang-orang yang ingin tahu kenapa Levi bisa mirip dengan karakter di anime. Banyak sekali.

Namun, seiring waktu berjalan, hal ini sudah seperti keseharian bagi mereka berdua. Masa sekolah mereka telah selesai, kuliah, dan bahkan mereka berdua telah menggeluti minat mereka masing-masing.

Mereka mulai terbiasa dan ikatan di antara keduanya semakin kuat, walau hubungan Levi dan (Y/n) tidak ada kejelasan.

Yang dimaksud tidak ada kejelasan dalam hal ini adalah, (Y/n) dan Levi tidak terikat dalam hubungan apapun. Satu patah kata ajakan untuk menjalin hubungan tidak pernah terucap dari mulut Levi. Yang (Y/n) dan Levi tahu yaitu mereka berdua saling mencintai satu sama lain dan tidak akan berpisah.

"Saat malam festival itu, kau pernah bilang kalau aku adalah milikmu. Tetapi, aku penasaran apakah yang kau katakan saat itu benar-benar sebuah ajakan atau bukan?" tanya (Y/n).

Levi terdiam. Benar juga. "Menurutmu?"

(Y/n) memainkan jemarinya sambil mencuri pandang. "Yah ... kau tahu kalau biasanya ... ada sebuah pernyataan. Dan malam itu, aku benar-benar tidak yakin. Maksudku, itu sudah lewat lima tahun, tetapi aku masih tidak yakin."

"Aku belum menyatakannya dengan benar?"

(Y/n) menggeleng. "Kurasa begitu?"

Levi hanya diam saja. Kemudian ia mengalihkan topik. "Bagaimana pekerjaanmu?"

"Biasa saja," jawab (Y/n) seadanya. Suasana kantor yang membuatnya jenuh telah dirasakannya tiap hari.

Memang, beberapa tahun telah berlalu. Dimulai dari Levi yang telah terbiasa dengan kehidupannya di sini dan perlahan mulai mengejar ketertinggalan kehidupan saat di dunianya. Hingga keduanya telah lulus dari jenjang pendidikan. Mereka berdua kini telah bekerja di bidang masing-masing.

Suatu hari yang telah lalu, (Y/n) pernah menyinggung tentang kecintaan Levi terhadap teh serta keinginannya untuk membuka kedai teh. Hal tersebut membuat Levi kembali mengingat-ingat, apakah benar ia pernah memiliki keinginan yang seperti itu? Maka, setelahnya pun Ichiro langsung mengabulkannya. Dalam sekejap, toko teh milik Levi tahu-tahu sudah dibuka.

OUT?! (Levi x reader)[COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang