Surat

3 3 0
                                    

Yuhuyy enjoy reading this part 🤗
Maaf kalo banyak banyak yaa, idenya kadang ngalir sendiri:)



Wati merasa dadanya semakin sesak. Batuknya makin menjadi. Belum lagi ia memikirkan kecurigaan pada Gea.

Ia banyak menaruh curiga pada anaknya sejak beberapa hari. Bagaimana bisa Gea mendapatkan uang padahal dirinya tak bekerja sama sekali.

Wati juga selalu mendapati Gea pulang semakin terlambat. Di malam hari, Wati kadang tidak mendapati Gea ada di kamarnya. Tapi ia tak mau menayakan pada Gea.

Jawabannya akan tetap sama. Gea terlalu pintar menjawab pertanyaannya. Tanpa Gea tahu firasat seorang ibu tidak mungkin salah.

"Gea berangkat ya,Bu"

"Gea kapan ujianya?? Ibu nggak pernah liat Gea belajar lagi malam malam."

Mendengar perkataan ibunya, Gea segera memutar otaknya. Menelan ludahnya sendiri dengan kasar.

"Masih satu bulan lagi Bu, iya. Satu bulan. Emm Gea berangkat Bu. Udah siang, nanti terlambat,"

Wati hanya diam. Setelah Gea keluar rumah, Wati hanya berharap Gea tak menyembunyikan sesuatu darinya. Apapun itu.

************

"Dia nggak lebih dari pembohong. Membohongi ibunya sendiri,"

"Belum 24 jam. Lo udah kembali. Itu aja yang lo dapetin?"

"Dia anak orang kaya. Tadinya. Sebelum orang tuanya berpisah. Jadi hidup mereka luntang lantung nggak jelas. Dia tinggal di kontrakan perkampungan belakang stasiun. Cuma berdua sama ibunya yang sakit sakitan."

Dera tersenyum samar. Seperti merencanakan rencana buruk. Tapi masih belum ada tindakan lanjutan.

"Dia bolak balik ke toilet umum pasar yang pinggiran itu. Ganti baju seragam sama baju ngamenya. Tiap sore sama pagi. Pokoknya jam jam anak sekolah."

"Bagus. Lanjutin!"

Dera merasa puas dengan informasi sementara yang di dapat preman itu.  Nggak sia sia ia membayar preman tengik di depanya ini.

Dalam bayangannya. Mudah sekali melemparkan anak itu jauh jauh dari muka bumi. Tidak semudah menjatuhkan Renata.

Terakhir ia berduel denganya, beberapa tulang tubuhnya retak. Renata memang bisa dibilang sepadan dengan kemampuan Dera. Dera mengakui itu.

Jika saja ada obat penghilang ingatan di hadapannya, Dera ingin Renata meminumnya. Setelah itu, ia seret Renata masuk dalam gengnya. Apalagi jika tidak untuk menguatkan kekuasanyaa atas tempat ini.

********

"Aku ikut kau Gea. Kita jalan berdua bagaimana?" Usul Dita.

Gea hanya menganggukkan kepalanya. Anak lain mulai berpencar. Gea dan Dita berjalan bersama.

Bukan tanpa sebab Dita melakukanya. Ia sudah berunding dengan Renata sebelumnya. Hari ini Dita akan mengikuti kemanapun Gea pergi.

Ia yakin, setelah masalah kemarin di tangga pasar, Dera tak akan semudah itu melepaskan mangsanya. Bisa saja tiba tiba mereka datang bergerombol mengganggu Gea.

Mengingat beberapa waktu lalu mereka pernah membunuh seseorang. Hanya karena menabrak salah seorang dari mereka. Terlalu berbahaya membiarkan Gea berjalan sendirian.

"Masalah wilayah. Apa kau sudah memikirkannya lagi?" Tanya Gea.

"Emm. Semalam aku udah bicara sama Renata. Jalan satu satunya adalah ngadain pertemuan sama mereka. Tapi aku nggak yakin ini akan berjalan lancar. Mengingat mereka sama sama emosi." Jelas Dita.

On The Traffic✓ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang