Jangan lupa vote dan komen yaa 🤗🤗❤️
"Bagaimana, Bob?" Tanya Amel.
Mereka ada di basecamp malam ini. Iya, mereka tanpa Renata. Mereka harus memaklumi kondisi Renata sekarang.
"Tadi siang polisi nggak nemuin keberadaan Dera. Ia sedang keluar saat itu. Anggap saja Dera masih beruntung." Jawab Bobi.
"Apa ada kemungkinan Dera terlibat?" Tanya Aldi.
Bobi menganggukkan kepalanya.
"Tentu saja. Lagipula Dera tak ada ditempatnya tadi siang. Juga di pasar sampai dalam dalam dan celah terkecilnya pun polisi tak menemukan keberadaan anak itu. Bisa jadi, Dera dibawa pergi oleh seseorang yang tak lain adalah pengendara mobil ini."
"Tapi..." Gea mulai berpikir. Seperti ada sesuatu yang janggal dengan kejadian ini.
Semua mata menatap Gea sekarang.
"Itu berarti Dera sudah tahu kalau kawanan polisi mencarinya. Dan jika dipikir, Dera masih sangat membenci kita..."
"Dan yang paling aneh. Kenapa orang ini membantu Dera. Apa hubungan mereka? Seolah mereka bekerja sama..."
Dugaan demi dugaan keluar dari mulut mereka. Mendadak Gea mempunyai ide.
"Bob. Kau pernah mengatakan kalau melihat orang itu kan? Bisa kau sebutkan ciri cirinya saja?" Tanya Gea.
"Wajahnya tak terlalu jelas. Karena posisinya memunggungiku. Badanya tinggi, kekar. Dia memakai setelan formal seperti pekerja kantoran. Tatanan rambutnya rapih. Mobilnya sangat mewah berwarna hitam. Persis saat kejadian Dita."
Sesuatu seperti mengetuk pintu hati Gea. Entah apa dugaannya benar atau tidak. Yang terpenting sekarang adalah seseorang yang ada di dalam rumahnya.
Tanpa banyak berkata, Gea segera bangkit dari tempat duduknya. Berlari keluar basecamp tanpa mendengarkan panggilan teman temanya.
"Kenapa anak itu?" Tanya Amel.
"Ayo kita ikut!" Komando Aldi.
Mereka mulai berlari mengekor Gea di belakang.
Gea mempercepat larinya. Ia benar benar bodoh meninggalkan ibunya sendiri dalam keadaan tidak baik seperti ini. Jika benar orang itu adalah seseorang yang ada dipikirannya, ia hanya berdoa semoga ia tak terlambat.
Gea berbelok saat sampai di ujung gang perkampungan belakang stasiun. Matanya membelalak, saat pintu rumahnya terbuka. Dan suara gaduh ada di dalam sana.
"Ibu.." Gumam Gea.
Ia segera masuk ke dalam rumahnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat keadaan kontrakan yang porak poranda. Bahkan sekerumunan orang tengah menyakiti ibunya.
Brakkk
"Berhenti!!" Teriak Gea saat sebuah pisau hampir saja mengenai leher ibunya.
Semua mata menatap Gea di ambang pintu. Termasuk Wati yang tercekik anak anak gila ini.
"Bagus. Lo datang juga..."
"Ehh... Jangan mendekat..." Ujar anak itu dengan seringaian. Gea menghentikan langkahnya.
"Atau ibumu yang akan pergi menyusul Dita?" Anak itu tertawa terbahak bahak.
"Gea..."
Gea benar benar tak tega. Ia bingung apa yang harus ia lakukan. Mendengar tangisan ibunya membuat Gea semakin meruntuki dirinya sendiri. Dia benar benar bodoh.
KAMU SEDANG MEMBACA
On The Traffic✓ [TERBIT]
Fiction généraleDeru kereta di stasiun dan bising lautan kendaraan terasa damai terdengar akhir akhir ini, seperti nyanyian merdu, seperti nada ringan untuk sekedar membuka mata bahwa kenyataan terkadang tak sesuai bayangan dan angan, bahwasanya banyak hal yang dap...